3. Begin To
3
|Shawn|
Hari pertama diskors, tak ada yang menarik. Hanya menunggu Mia pulang di apartemen yang kami tinggali. Sekarang hampir jam pulang sekolah, dan aku hanya bersantai sambil membaca buku Time Travel dari Dr.Ronald L. Mallett. Sebut aku kutu buku atau cupu, tapi aku sangat menikmati buku ini.
Dengan nilaiku yang selalu tinggi di sekolah, bagiku diskors layaknya libur yang diberikan khusus hanya untukku. Tak perlu memikirkan tentang tugas dan pelajaran, hanya bersantai sambil menghabiskan satu minggu ini.
Suara pintu apartemen yang terbuka dan tertutup terdengar, namun aku tanpa sadar aku tak memerdulikan hal itu dan membalik lembar buku yang kubaca.
"Shawnnn! Aku rindu padamuuu!" sebuah tubuh melesat dan memeluk diriku yang di atas sofa.
"Demi Tuhan— lepaskan, kau bau." Aku berusaha menjauhkan tubuh orang berambut pirang itu.
"Apa? Aku tidak bau kok." Katanya sambil menciumi tubuhnya.
"Bagimu. Bagiku kau bau." Ucapku.
"Kejutannnn! Selamat skors selama satu bulan!" sebuah suara cempreng mendekat. Perempuan dengan mata cokelat itu mengangkat plastik yang berisi makanan dengan gembira.
"Satu minggu, Shella, aku hanya diskors selama satu minggu." Koreksiku.
Perempuan setengah Korea itu mencebikkan bibirnya. "Yah, aku kira satu bulan." Katanya dengan nada masam.
"Hey! Segitunya kah kau ingin aku terlihat hina?" ucapku cepat, lalu melihat ke arah Mia yang hanya berdiri. "Mia! Kenapa kau membawa dua makhluk menjijikkan ini?" ujarku.
"Hey, aku tidak menjijikkan. Aku makhluk tampan yang pernah ada." Sahut Jeremy dengan mengibaskan rambut pirang pendeknya. Yang kusambut dengan wajah mau muntah.
Mia meringis, "Mereka memaksaku setelah tahu bahwa kau diskors." Jawabnya berusaha berdamai kepadaku tetapi aku bersungut.
"Sudahlah, ayo kita rayakan ini!" kata Shella dengan cekatan mengeluarkan satu box pizza dan menuangkan soda ke beberapa gelas.
"Untuk skors Shawn!" celetuk Jeremy sambil menaikkan gelasnya.
"Cheers!" semua orang, bahkan aku ikut menaikkan gelas dengan pasrah.
***
Setelah menghabiskan semua pizza ditambah dengan makanan di kulkasku, semua orang kecuali aku sudah tertidur saat pertengahan film Disney Tangled. Atas usulan Shella yang sebelumnya berdebat dengan Jeremy yang mengusulkan film horror Death Bell. Yah, karena Mia dan Shella takut dengan film horror, dan aku yang tak ingin menonton film, Jeremy harus mengalah dan terpaksa ikut menonton Tangled.
Dan pada akhirnya mereka sudah tenggelam di alam bawah sadar pada pertengahan film. Aku menyampirkan rambut yang menutupi dahi Mia. Ia sekarang tertidur di atas sofa di sebelahku. Sedangkan Jeremy dan Shella yang tertidur di bawah lantai.
Aku mematikan televisi lalu menyelimuti Mia, Jeremy, dan Shella, masing-masing dengan selimut yang kuambil dari lemari kamarku.
Mataku tak sengaja melihat kunci rumahku yang dulu yang sengaja kugantung di dinding dekat televisi. Sudah lama aku tak mengunjungi rumahku sendiri. Mungkin sudah sepuluh tahun? Aku tak tahu. Tepat ketika hari malapetaka itu datang dan merebut keluarga yang kucintai, pemerintah dengan cepat menyelamatkanku yang notabene aset yang sangat langka. Yaitu anak jenius dari kedua orang tua yang jenius pula.
Singkat cerita, apartemen, biaya hidup, bahkan mobil pun diberikan untukku. Asalkan pada dewasa nanti aku harus bekerja untuk pemerintah sepenuhnya. Aku tak terlalu memusingkan hal itu. Karena aku sudah mewarisi otak orang tuaku, dan aku tak perlu susah-susah bekerja untuk membiayai hidupku nantinya.
Ujung jariku memainkan kunci rumah lamaku. Mungkin ini sudah saatnya untuk aku mengunjungi rumah itu.
***
Langit hitam membentang di atas kepalaku. Dengan berbekal lampu mobil, aku membuka gembok sebuah gerbang rumah yang besar. Dan rumahnya pun terlalu besar menurut seleraku.
Aku dengan sembarang menaruh kunci rumah di atas suat meja ketika memasuki ruang laboratorium. Tak ada perbedaan yang mencolok dari hari malapetaka. Hanya lantai yang sudah di bersihkan dan kabel-kabel kusut yang sudah dipindahkan di ruangan yang berbeda. Selain itu, komputer, meja, hingga mesin waktu yang diciptakan oleh orang tuaku pun masih berdiri di sana.
Itu membawa sejuntai memori pahitku kembali.
"Aku tahu kau akan ada di sini." Sebuah suara ringan terdengar di belakangku.
"Yeah, mungkin aku akan mulai memperbaiki mesin bandel itu." Ucapku pada Mia.
=============================================
AN: Sorry for short chapter///////
-km
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top