Vol. 02 -- Independence Day Song
Pada akhirnya tidak ada sepatah kata pun lagi yang keluar dari mulut gadis bernama Sarah tersebut. Yugo dan Valentino sudah berusaha lebih dekat dan mencoba untuk mengajak orang itu berbicara. Namun, satu hal yang membuat kedua lelaki itu yakin, bahwasanya Sarah sedang bersembunyi dari sesuatu atau entah sedang mengintai sesuatu. Karena terlalu lama tidak mendapat kepastian, Yugo pun menyerah.
"Ayo, balik aja, Val, biarin tinggalin dia sendirian." Yugo mendekatkan wajahnya ke arah telinga Valentino. "Kayaknya dia orang gila," lanjutnya seraya berbisik.
"Iya, ayo. Lanjutin ngerjain dekor buat acara tujuh belasan nanti aja mendingan." Valentino pun setuju, dia merasa muak juga berlama-lama membujuk seseorang yang tidak mau berbicara.
Seolah-olah melupakan apa yang membuat mereka kembali ke arah toilet, keduanya pun pergi meninggalkan gadis bernama Sarah dan melangkah pergi menjauh. Namun, sebelum itu satu perdebatan kecil lagi-lagi terjadi. Yugo yang suasana hatinya gampang sekali berubah, menginginkan buang air kecil terlebih dahulu. Permasalahan tidak berhenti di sampai di situ, Yugo tidak berani pergi ke toilet sendiri. Si badan atletis itu takut dengan hal-hal berbau angker.
"Ayo ih, temenin gue sebentar ke toilet." Paksaan Yugo bernada seperi anak kecil meminta dibelikan mainan pada orang tuanya.
"Kenapa gak ngomong dari tadi, anjir, udah jalan jauh mesti balik lagi buat ke toilet doang." Valentino sedikit kesal karena tingkah laku Yugo yang seperti bocah tujuh tahun. "Tolol."
"Ya maaf, Val. Daripada gue ngompol di celana coba."
"Bagus lu ngompol di celana, dah, biar gue ada bahan bulian."
Meski menggerutu terus-menerus, kedua sejoli itu tetap masuk ke dalam toilet secara bersamaan. Ruangan toilet laki-laki dan perempuan dibedakan, Yugo dan Valentino jelas memasuki toilet laki-laki. Sesampainya di dalam toilet, suasana sangat dingin dan sedikit mencekam. Namun, toilet tersebut ternyata sudah bersih juga beberapa hiasan dekorasi bahkan sudah terpasang di sana. Hal ini menjawab pertanyaan kenapa di wilayah tersebut sudah tidak ada orang yang melakukan bersih-bersih.
Sementara Yugo masuk ke salah satu bilik tengah toilet, Valentino hanya bercermin yang letaknya selaras dengan empat bilik di dalam toilet. Di bawah cermin tersebut terdapat empat meja cuci tangan berjajar ke samping. Lantai keramik kotak-kotak dengan motif catur dan dinding granit bermotif abstrak warna putih menjadikan tempat tersebut nyaman sebenarnya. Namun, entah mengapa lampu yang kelap-kelip sejak mereka masuk itu membuat tidak nyaman.
Cukup lama, Valentino mencurigai sesuatu ketika Yugo tidak kunjung keluar dari bilik toilet. "Yugo, jangan tidur, woy."
"Lu jangan banyak bacot, gue panggil lu dari tadi lu kagak nyaut." Terdengar suara Yugo yang kesal.
"Lah, kapan lu manggil?"
"Udah buruan ambilin gue tisu dulu, air nya ga jalan ini. Toilet duduk sialan."
"Anjirlah, ada-ada aja. Bentar."
Drama tidak ada air mulai melanda keduanya, lampu yang tadinya sudah berkedip secara perlahan seakan mendukung situasi mereka. Setelah Valentino memberikan beberapa helai tisu pada Yugo dan bocah french crop itu keluar, secara total seluruh lampu di dalam toilet pun padam. Sontak Yugo dan Valentino panik. Keduanya berlari tunggang langgang ke arah pintu keluar toilet. Bahkan, Yugo sambil berteriak.
Namun, pintu toilet yang tertutup ternyata tidak bisa dibuka.
"Val, Vale, Valentino! Buka tolol buruan, jangan bercanda!" Teriakan Yugo tepat di telinga Valentino.
"Ini lagi gue coba buka! Gak usah panik, lu badan aja kotak-kotak tapi takut sama gelap," omel Valentino karena merasa greget pada sahabatnya ini.
Ting!
Suara dentingan keras mulai terdengar di telinga mereka berdua. Yugo dan Valentino yang semula panik pun menjadi terdiam, keduanya benar-benar tidak bergerak untuk beberapa waktu. Seolah-olah membeku dengan otomatis, hanya napas terengah-engah mereka saja yang terdengar, bahkan degup jantung keduanya bisa terdengar juga.
[Notification! Play 'Hari Merdeka by Husein Mutahar']
[Alert! Tujuh belas Agustus tahun empat lima, itulah hari kemerdekaan kita.
Hari merdeka, nusa dan bangsa ...,]
"Suara dari mana itu?!" Dengan refleks, Yugo mencengkeram tangan Valentino yang sama kagetnya dengan dia.
"Gue gak tau." Jawaban singkat dari Valentino tersebut tidak membuat diri Yugo tenang.
"HALO? JANGAN JAIL, WOY, GAK LUCU!" teriak Yugo kemudian. Namun, tidak ada jawaban dari luar.
Sementara itu, lagu Hari Merdeka terus berkumandang di langit dengan sumber yang tidak diketahui mencapai di penghujung lagu. Setelah hal tersebut terjadi, cukup lama hening sampai akhirnya pintu toilet bisa terbuka kembali. Valentino dan Yugo jatuh ke luar karena saking kerasnya mendorong pintu tersebut sejak tadi.
Adegan di mana keduanya terjatuh membuat mereka tidak menyadari kalau suasana di sekitar mereka sudah berbeda. Yugo yang pertama kali menyadari hal tersebut, dia tercengang tak kepalang melihat kondisi sekolahnya yang beberapa menit yang lalu masih dalam kondisi baik-baik saja. Air mata Yugo tidak terasa menetes, ketika dia mendengar satu suara tembakan utuh di hadapannya.
Valentino yang masih tersungkur pun ikut sadar atas suara tembakan itu terdengar. Tanpa pikir panjang, dia langsung menoleh ke arah Yugo. Lelaki itu langsung bangun berdiri dan bergegas memeluk Yugo untuk menutupi matanya dari kejadian yang ada di depan.
"MAMA!" Yugo menjerit histeris.
Sosok tembakan tersebut dilancarkan oleh seseorang berpakaian tentara dengan penutup muka penuh hingga mengenai seorang wanita yang Yugo sebut sebagai 'mama'. Entah hanya halusinasi Yugo dan Valentino saja atau bagaimana, yang pasti melihat kejadian tersebut Yugo merasa sangat hancur.
Yugo memberontak keras dari pelukan Valentino yang erat. Dia menangis meronta-ronta ingin berlari pada jasad sang ibu dengan darah yang berceceran di tanah. Namun, dalam pemikiran logika, keduanya masih memikirkan dan bingung atas apa yang sedang terjadi pada mereka.
"Yugo, Yugo, dengerin gue! Ini cuma halusinasi lu doang, Yugo." Valentino tidak akan melepaskan sahabatnya tersebut sampai benar-benar tenang.
Namun, Yugo tetap mengamuk sampai pada akhirnya satu tinjuan mendarat telak di pipi. Valentino geram karena Yugo tidak kunjung tenang. Saat Yugo ambruk, Valentino kembali memukul dua kali di pipi sahabatnya itu untuk menyadarkan. Ternyata hal tersebut manjur, Yugo terdiam dengan air mata yang terus mengalir deras dari matanya.
"Lu harus tenang, kendaliin emosi dan rasa takut lu. Lu liat ibu lu ditembak, kan? Sama, gue juga liat ibu gue ditembak." Valentino perlahan menjelaskan pada Yugo dengan napas menderu. "Ini ada yang aneh, kita harus tenang. Liat? Sekolah kita bentukannya bukan kayak gini, kan? Ini pasti ada yang salah."
Terdiam, Yugo perlahan menjadi tenang atas perkataan Valentino. Benar apa yang dikatakan oleh sahabatnya tersebut. Kejanggalan mulai mereka dapati ketika tokoh fiksi yang menjadi legenda SMANTUBA muncul di dekat tumpukan kardus di tepi toilet, Sarah. Namun, apa yang harus mereka berdua lakukan sekarang?
"Lu pukul gue tiga kali, gue bakal inget itu." Perkataan Yugo yang keluar dari konteks ketegangan membuat Valentino ingin memukulnya tiga kali lagi.
"Lu liat sekarang, kalo gue ga sadarin lu, dan lu jalan pergi ke tempat halusinasi tadi ... liat!" tunjuk Valentino.
Yugo menengadah dan duduk, tidak lama dia melihat satu lubang besar berdiameter dua meter menganga dengan kepulan asap keluar dari dalamnya. Sontak bulu kuduk Yugo berdiri.
"Lu harusnya berterima kasih sama gue," tambahnya.
[Congratulation! Welcome to The Longevity System
Happy Indonesian Independence Day!
You have been selected to become a player on our server]
Suara antah berantah tersebut kembali terdengar. Yugo dan Valentino masih mencerna perkataan tersebut. Ada beberapa kata yang membuat mereka tertarik untuk mendapatkan jawaban.
"Player? Apa maksudnya itu?" tanya Yugo.
Valentino tidak menjawabnya, dia terdiam seolah-olah menyusun serpihan teka-teki yang mungkin bisa disimpulkan sementara. Pikirannya tidak bisa mencerna situasi dengan cepat pada saat situasi genting seperti ini. Valentino memejamkan matanya untuk mengatur fokus. Dia benar-benar kebingungan.
[Alert! You will play several competitions that are usually held during Indonesia's independence day.
Be the winner in every challenge!]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top