19 - An Asshole

Ale menatap horror Gita yang tengah menatapnya dengan pandangan bingung. Apa yang sedang dilakukan gadis itu di sini? Sejak kapan dia berada di sana? Apa Gita mendengar semuanya? Banyak pertanyaan yang mengitari kepala Ale.

“Ciuman apa maksudnya, Le? Siapa yang ciuman?” tanya Gita yang berjalan mendekat.

“Ta, aku jelasin. Ini—“

“Aku nyium Ale. Aku ngambil kesempatan saat dia lagi pingsan di UGD, jadi Ale gak salah apa-apa,” jelas Laras.

“Apa?” Gita memandang Laras tak percaya, dengan satu langkah, Gita berada lebih dekat di depan Laras. “Lo bilang apa tadi? Lo nyium cowok gue?”

Laras mengangguk dengan mantap.

“DI SAAT LO TAU DIA UDAH PUNYA CEWEK?!”

Ucapan Gita dengan nada tinggi itu menarik perhatian banyak murid yang baru saja keluar dari sekolah, mereka saling berbisik bertanya apa yang sedang terjadi dan berhenti untuk sekedar melihat.

“Ta, jangan gini yah. Diliatin banyak orang,” nisik Ale.

So what? Dia udah nyium kamu, Le! Kamu juga gak ngomong apa-apa masalah ini ke aku.”

“Oke, aku salah. Makanya aku mau jelasin ke kamu, tapi gak di sini.”

“Tapi—“

“AKU SUKA ALE!!”

Semua pasang mata yang menyaksikan itu melebar sempurna. Semua orang, tidak terkecuali, kaget mendengar Laras mengatakan hal itu dengan lantang. Bahkan Gita sudah mematung di tempatnya.

“Ras, gak lo juga yah,” lirih Ale, dia tak menyangka Laras yang dia kenal mendadak menjadi berani dan lantang seperti ini.

“Emang salah aku suka sama Ale? Itu hak aku buat suka semua orang, kan? Kamu cuma pacarnya juga gak berhak ngelarang aku suka sama Ale.”

Ale dapat mendengar getaran di suara Laras, bahkan Ale dapat melihat bibir Laras bergetar dari jarak yang tak terlalu dekat. Gadis itu pasti sedang berpura-pura kuat sekarang.

Gita mendengus. “Gue gak ngelarang lo buat suka sama cowok gue, toh bukan satu-dua orang yang suka sama dia,” Gita melangkah maju lagi, kali ini cukup untuknya mengukur tinggi badan gadis itu yang lebih pendek darinya. “Tapi gak dengan nyium dia, kan?!”

“ITU JUGA HAK AKU BUAT CIUM SIAPA AJA! BAHKAN KAMU SEBAGAI PACARNYA GAK BERHAK NGELARANG AKU!” ucapan Laras tesebut membuat semua orang yang berada di sekitarnya menahan napas.

Oke. Jika diukur dari skala 1 sampai 10, jarum amarah Gita sudah berada di atas angka itu, dan itu membuat gadis tersebut ingin mencakar wajah orang yang ada di hadapannya ini. Gita mendorong bahu Laras hingga gadis itu melangkah mundur.

“Gak tau malu juga lo yah!”

Ale berdiri di tengah Gita dan Laras. “Ta, gak ada kekerasan yah!”

Gita mendorong tubuh Ale ke samping dan berhadapan langsung lagi dengan Laras. “DASAR CEWEK KAMPUNG!”

Gita mengangkat tangan kanannya tinggi, cukup tinggi hingga bisa membuat suara yang sangat nyaring jika tangan itu mendarat di atas pipi Laras, namun kenyataannya berkata lain. Tangan kanan Gita justru berada di dalam cengkraman Ale, sangat keras cengkraman itu hingga Gita dapat merasakan nyeri di pergelangan tangannya.

THAT’S ENOUGH, TA!” bentak Ale dan menghentakkan tangan Gita dengan kasar.

Nino dan Sandra yang sedari tadi hanya menonton segera mendekat, Nino mendorong bahu Ale pelan dan berdiri di antara sobatnya tersebut dan Gita. “Le,” tegur Nino.

“Kamu apa-apaan sih kayak gini?! Kenapa malah jadi kayak cewek barbar?! Kemana Gita yang aku kenal, huh?!”

“Le, kamu—“

“Aku gak suka kamu kayak gini, Ta. Sikap kamu yang kayak gini justru nunjukkin siapa sebenernya di sini yang cewek kampung!”

Nyutt.

Dada Gita seperti sedang diremas oleh tangan tak terlihat, sakit. Matanya panas menatap Ale yang sedang menatapnya dengan tatapan yang tidak pernah Gita lihat sebelumnya. Ini pertama kalinya Ale membentaknya, dan mengatakannya seperti anak kampung? Tentu saja itu membuatnya kalah telak.

“Aku—“

“Kamu pulang aja, Ta. Aku lagi gak mau berantem.”

Dan runtuhlah pertahan Gita, air matanya turun begitu saja sebelum akhirnya dia berlari menerobos kerumunan yang tengah menonton, bahkan beberapa sudah ada yang merekamnya di ponsel mereka.

“Gita!” Sandra menatap Ale dengan murka. “Asshole!!” Sandra berlari menyusul Gita setelah memberi Ale jari tengahnya.

Nino menatap punggung Sandra yang hilang ditelan kerumunan yang kembali rapat. Lelaki bermata coklat itu mendesah dan menatap Ale. “You overdid it, bro.”

Ale berdiri diam menatap Nino yang pergi setelah memberinya tinju pelan di lengannya. Sepertinya benar kata Nino, dia telah keterlaluan terhadap Gita. Ale hanya tak suka melihat Gita menjadi hilang akal seperti itu.

“Yuk, gue anter lo.” Ale menarik lengan Laras.

Laras menarik kembali tangannya. “Kamu kayak gini lagi 'kan,”

Ale menghembuskan napas berat. “Kayak gini gimana?”

“Kenapa kamu masih aja baik sama aku? Aku udah bikin kamu berantem sama pacar kamu, kalo kamu mau nampar aku pun wajar, bukannya malah nganterin aku pulang gini.”

“Urusan gue sama cewek gue bukan salah lo, itu urusan gue sama dia. Gak usah banyak omong, ayo gue anter lo.”

Bukannya mengikuti Ale, Laras justru berjalan berlawanan arah. Ale menoleh dan mendapati Laras sudah menghentikan bis yang lewat. Sudahlah, tidak ada gunanya juga dia memaksa. Ponsel Ale bergetar, sebuah pesan masuk.

Elnino
Bro, gue balik.
Gita masih nangis, kalo lo mau tau!

Ale menatap pesan terakhir Nino. Sepertinya Ale sudah menjadi seorang bajingan yang membuat gadisnya menangis hari ini.

Ale
Oke, take care

Ale memasukkan ponselnya ke saku celananya dan berjalan menuju motornya. Tidak ada waktu merenungi hal seperti itu saat ini. Ale akan mencari cara untuk meminta maaf kepada Gita. Harus.

Di balik kerumunan Rendi menyaksikan kejadian itu dalam diam, dia tak menyangka kalau semuanya akan menjadi serumit ini. Ale bahkan tak mengejar pacarnya sama sekali, dia sudah tidak seperti Ale yang ia kenal.

Rendi menghela napas. Tak tahu harus berbuat apa lagi pada sobatnya itu, yang jelas sepertinya besok Tunas Pemuda memiliki gosip panas yang akan segera menyebar dengan cepat.

Sedangkan di sisi lain, Gita hanya menangis sambil membenamkan wajahnya ke dalam jaket hitam milik Sandra. Sandra yang berada di sampingnya tak berhenti mengusap punggung gadis itu dan mengatakan kata-kata yang seharusnya dapat menenangkan Gita.

Tentu saja Gita tak dapat tenang begitu saja, hubungannya dengan Ale dua minggu belakangan ini sudah sangat berantakan dan di saat dia ingin memperbaiki hubungan mereka, Gita justru dikagetkan dengan berita tentang gadis yang selama ini tak dia anggap sebagai rival justru mencium kekasihnya. Jika sudah seperti itu, siapa yang tidak akan marah?

Gita merasakan getaran pada ponselnya. Gita merogoh ponselnya dan mendapati satu pesan baru dari Ale. Sebenarnya Gita sangat tak ingin membuka pesan itu, namun dia juga penasaran apa yang ingin lelaki itu katakan.

My Ale
Sabtu nanti aku balik ke Jakarta. Nanti kita bicarain lagi, sekalian ada sesuatu yang mau aku omongin.

Gita tak bisa menahan sesegukannya. Apa yang ingin Ale bicarakan dengannya? Gita tak pernah secemas ini saat Ale bilang ingin membicarakan sesuatu. Sepertinya Gita harus mempersiapkan diri akan hal yang paling buruk sekalipun.

*****

“Serius ini kejadian kemarin?”

“Gak nyangka si Laras ternyata begitu yah.”

“Kok aku kasihan sama pacarnya Ale yah, datang jauh-jauh dari Jakarta cuma buat dapat berita kayak gitu.”

“Jadi kesal sama Laras deh, gak tau diri dia.”

“Lagian si Ale juga kenapa mau aja sama Laras padahal pacarnya cantik kayak gitu.”

“Ale buta apa yah mau sama Laras?”

Kira-kira begitulah omongan-omongan pedas yang terlontar dari mulut para murid SMA Tunas Pemuda yang melihat video tentang kejadian kemarin yang sempat menggemparkan seisi sekolah itu.

Bagaimana tidak, pacar Ale yang cantiknya luar biasa itu datang ke Surabaya hanya untuk mengetahui kekasihnya selingkuh dengan gadis lain yang tidak jauh lebih cantik dari dirinya, justru terbilang biasa saja.

Para murid SMA Tunas Pemuda menyayangkan sikap Ale yang membentak pacarnya hanya demi membela Laras yang notabene nya bukan siapa-siapanya, dan dia bahkan baru mengenalnya tidak beberapa lama.

Suasana kelas Ale menjadi hening seketika saat sang main character pada gosip panas hari ini menampakkan dirinya di depan kelas. Laras berjalan menuju tempat duduknya dengan menunduk dalam, tak berapa lama Ale muncul di belakangnya hingga membuat banyak spekulasi tentang kedatangan mereka yang berbarengan pun muncul.

Rendi langsung berjalan menghampiri Ale dan merangkul sobatnya itu. “Jangan masuk sekarang, Le. lo bisa jadi bulan-bulanan ntar.”

Ale mendorong tubuh Rendi yang mulai menyeretnya keluar dari kelas. “Apaan sih, Ren?”

“Udah ikut gue aja! Kelas lagi panas gara-gara masalah kemaren.”

Ale mengedarkan pandangannya ke sekitar kelas dan menatap seluruh teman sekelasnya tengah menatapnya. “Kemaren emang kenapa? Itu masalah gue yah, gue gak peduli orang mau ngomong apa.”

“Ya ampun, Le. Oke gue ngerti lo orangnya masa bodo-an, tapi di sini bukan cuma lo aja yah yang jadi bahan omongan orang-orang.”

Ale menatap Rendi tidak mengerti, yang ditatap hanya mengedikkan dagunya ke arah Laras yang menunduk di tempatnya. Ale mengikuti ke arah yang ditunjuk Rendi dan terdiam menatap Laras. Rendi benar, di sini bukan hanya dia yang jadi bahan perbincangan, Ale juga harus memikirkan perasaan Laras.

Ale mendesah berat dan menoleh ke arah Rendi. Tanpa banyak omong, Ale langsung berjalan keluar kelas melewati Rendi.

Melihat temannya yang menurut begitu saja tanpa perlawanan jika itu menyangkut Laras membuat Rendi terkadang frustasi. Ale memang selalu mengelak jika dia dituduh berselingkuh dengan Laras, namun gerak-geriknya yang selalu melindungi Laras sangat wajar untuk disangka berselingkuh dengan gadis itu.

Rendi menghela napas dan keluar mengikuti Ale yang sudah berada jauh di depannya. Dapat Rendi lihat beberapa orang yang Ale lewati menatap lelaki itu dengan sinis dan bibir yang mencibir. Ingin sekali Rendi menarik mulut-mulut itu hingga terlepas dari tempatnya.

Walaupun sangat kesal oleh respon berlebihan dari seisi sekolah, namun Rendi tak bisa melakukan apa-apa untuk membuat apa yang sudah sobatnya lakukan kemarin menjadi terhapus begitu saja.

Rendi sadar, kali ini bukan hanya para pencibir yang melontarkan kata-kata sindiran yang sangat pedas itu yang salah, namun Ale juga memiliki andil yang besar dalam menciptakan segerombolan orang itu ada untuk membencinya.

*****

TBC

BESOK UPDATE LAGI?

YAY OR NAY?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top