18. Kalung Brisingamen

"Loki! Apa yang kau lakukan---"

"Sshhh! Diam! Jangan berisik!" Loki membekap mulut Freyja dengan sebelah tangan agar sang dewi tidak lanjut berteriak. Lelaki itu menatapnya dengan amat tajam. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku? A-aku hanya berjalan-jalan saja, lalu melihat mereka sedang membuat kalung yang indah, jadi aku ...."

"Kau ingin menyerahkan segalanya untuk bisa memiliki kalung tersebut, termasuk tubuhmu. Benar, kan?"

"Hah? Kenapa kau bisa tahu--- eh!" Freyja gelagapan ketika tindakannya tertangkap basah oleh Loki. Sang dewa pun mendengkus kasar sembari geleng-geleng. 

"Walaupun Odr jarang ada di rumah, setidaknya pikirkan kedua putrimu! Mereka akan sangat terpukul, begitu mengetahui kalau ibundanya seperti ini!"

"Kau pikir, aku mau menjalani kehidupan yang seperti ini, hah?! Aku juga sudah capek! Tapi ... tapi Odr tidak pernah mengerti. Dia selalu bepergian sendiri. Dia tidak pernah tahu kalau aku kesepian tanpanya. Aku ... aku ...."

Freyja kembali terisak. Kedua tangannya refleks menutupi wajah yang telah banjir air mata. Tubuhnya bergetar, menahan perih dalam dada yang selama ini tak pernah terungkap. Dewi Freyja memang dewi tercantik, tetapi juga adalah wanita paling kesepian.

Loki menghela napas panjang. Kemudian, ia mengusap kepala Freyja dengan lembut. "Sudah, pulanglah ke rumah. Sigyn sudah menunggumu di sana. Ia sangat mengkhawatirkan dirimu."

"Sigyn?" Freyja sedikit terkejut ketika tiba-tiba Loki mengusap kepalanya. Ia mendongak ke arah lelaki tersebut. Sejak kapan ia berubah jadi selembut ini?

Loki mengangguk. "Benar. Dia juga yang memintaku untuk berjaga-jaga di gua ini. Katanya, kau akan datang dan melakukan hal yang tidak baik demi sebuah kalung."

"Hah?" Freyja benar-benar kebingungan di sini. "Dari mana Sigyn bisa tahu, kalau aku akan pergi ke gua ini? Aku bahkan tak tahu aku mau pergi ke mana sampai barusan saja! Apa dia punya kekuatan sihir meramal masa depan?"

"Entahlah. Dan sepertinya, dia tidak punya kekuatan semacam itu." Loki mendengkus. "Kalau bukan karena permintaannya untuk menyelamatkanmu, aku lebih baik menghabiskan waktu bersamanya semalaman!"

"Hah, menyebalkan sekali! Maaf ya, kalau sudah merepotkan!" cibir Freyja. Sesaat kemudian, ia tersenyum kecil, seraya menatap Loki lekat-lekat, hingga pemuda itu merasa risi. "Apa?"

"Kamu sudah berubah, ya?"

"Berubah bagaimana?"

"Banyak hal! Pasti karena Sigyn!" celetuk Freyja cekikikan. Loki mengernyit. Ia pun tak begitu menyadarinya. "Benarkah?"

Loki jadi termenung. Memang, selama setahun belakangan setelah menikah, ia banyak mengalami banyak hal yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Dan semua itu biasanya menyangkut Sigyn. 

Sesaat kemudian, Loki tersadar, ketika mendengar suara palu tempaan yang masih berbunyi. Para kurcaci itu belum menemukan mereka di celah lorong sempit ini. "Sudah cepat sana, pulang! Aku masih harus melakukan beberapa lagi permintaan Sigyn di sini."

"Tega sekali kau, meminta seorang wanita untuk pulang sendirian jalan kaki di malam larut begini!" sahut Freyja keki. 

Loki membalasnya dengan tak kalah gusar. "Hei, kau juga ke sini sendirian! Kenapa sekarang malah tak bisa pulang sendiri! Lagi pula, siapa bilang kau akan jalan kaki?"

"Bukan jalan kaki? Aku tidak bawa kereta atau jubahku. Aku harus naik apa?" tanya Freyja tak mengerti. 

Seketika itu juga, sebuah cahaya kehijauan muncul dari kedua telapak tangan Loki. "Aku akan menyihirmu menjadi lalat. Segera sampai rumah, karena sihirku hanya akan bertahan sebentar."

"Lalat?? Apa tidak bisa jadi serangga yang lebih cantik, begitu?" protes Freyja. "Kupu-kupu, misalnya!"

"Menyusahkan!" seru Loki. Namun, ia tetap mengabulkannya. Dalam sekejap, aliran sihir menyelimuti tubuh Freyja, lalu mengubahnya menjadi kupu-kupu berwarna biru muda yang bercahaya. "Nah, sudah. Sekarang, pulanglah!"

Sesuai instruksi Loki, Freyja terbang pulang menuju rumahnya dalam wujud kupu-kupu. Sepeninggal Freyja, Loki masih harus melakukan berbagai macam hal lagi. Salah satunya, adalah mengubah dirinya sendiri menjadi Freyja. 

Kemudian, Loki, dalam wujud tubuh barunya, melangkah masuk ke dalam ruangan dan berbicara dengan empat kurcaci yang tengah menempa kalung emas yang indah itu.

***

Sementara itu, di rumah Freyja, Sigyn menunggu kepulangan sang nyonya rumah dengan harap-harap cemas. Ia berharap agar Loki mampu menyelesaikan permintaannya kali ini. Permintaan yang aneh, dan hanya Sigyn yang mengetahui alasannya.

Kali ini, ia ingin Loki dapat menyelamatkan Freyja dari keinginan sesaatnya terhadap kalung emas indah bernama Brisingamen. Freyja yang kesepian, hanya bisa tenang apabila melihat benda cantik. Demi mendapatkan Brisingamen, ia rela menyerahkan tubuhnya pada empat kurcaci. 

Setelah mendapatkan kalung tersebut, berikutnya perjalanan hidup Freyja menjadi tak mudah. Odin yang mengetahui hal tersebut, meminta Loki untuk mencuri kalung tersebut dari Freyja. Kemudian, demi mendapatkan kalungnya kembali, Odin memerintah Freyja untuk menciptakan peperangan di antara dua raja manusia. Freyja harus terus membangkitkan mereka apabila salah satu tentara mati. Peperangan harus berjalan seperti itu terus, hingga akhir dunia. Sebagai dewi cinta kasih, permintaan Odin begitu menyeramkan.

Ada dua hal yang Sigyn tak mengerti dari kejadian tersebut di kehidupan lalunya. Siapakah yang memberitahu Odin mengenai kalung Brisingamen yang dimiliki Freyja? Atas dasar apa Odin memerintah Freyja untuk menciptakan peperangan di dunia manusia?

Dari semua yang terjadi, tindakan Loki yang mencuri kalung Freyja adalah kejadian kedua yang membuat suami Sigyn tersebut dilabeli sebagai dewa kelicikan. Meskipun sebenarnya tidak ketahuan, tetapi siapa lagi yang mampu melakukannya selain si pengubah wujud Loki? Masyarakat Asgard pun mencurigai Loki meski ia melakukan hal itu atas dasar perintah ayahnya.

Maka dari itu, Sigyn meminta Loki untuk menyuruh Freyja pulang. Sigyn tahu, takdir akan tetap berjalan, meski detail-detail di dalamnya telah berubah. Kalung Brisingamen tetap akan dicuri. Akan tetapi, setidaknya, Sigyn tak ingin Freyja harus mengalami malam bersama para kurcaci itu. Sigyn juga tak mau apabila Freyja terpaksa menciptakan peperangan di dunia manusia. 

"Kalau begitu, aku akan menjadi Freyja dan menggantikan posisinya. Aku bisa mengubah seekor hewan untuk menggantikanku saat terpaksa harus melayani nafsu para kurcaci. Aku hanya kepikiran hal itu untuk saat ini," usul Loki, sebelum dirinya berangkat ke gua.

"Baiklah. Seseorang tak akan merasa kehilangan, apabila tak memiliki sejak awal, terlebih lagi bila ia tak harus mengorbankan apa-apa untuk mendapatkan hal tersebut."

Begitu pintu depan rumah diketuk, Sigyn terkesiap. Ia mendapati Freyja ada di depan rumah, dalam keadaan utuh tanpa kekurangan satu hal apa pun. Sigyn langsung berlari menghambur ke dalam pelukan wanita itu.

"Kumohon, jangan bertindak gegabah! Kau masih punya diriku dan Loki. Juga Frey dan ayahmu. Hnoss dan Gersemi juga selalu ada untukmu. Kamu tidak sendirian, Freyja!"

Seruan Sigyn menyadarkan Freyja yang masih bimbang, apakah ia harus rela melepaskan kalung emas tadi. Sigyn membuka matanya lebar-lebar. Ia membalas dekapan itu. Air matanya terurai sekali lagi.

"Terima kasih! Terima kasih! Aku hampir termakan keinginan sesaat untuk bisa bahagia. Aku hampir terjebak dalam jurang yang tak mungkin bisa kembali. Terima kasih, Sigyn!"

Freyja berulang kali mengucap rasa terima kasihnya pada Sigyn. Beruntung sekali, ada seseorang yang dapat mengerti kehampaan yang dirinya alami selama ini.

Sementara itu, pagi menjelang. Sesuai rencana, Loki masih dalam wujudnya sebagai Freyja. Ia keluar dari gua tersebut, dengan seuntai kalung emas Brisingamen melingkar di leher. Sosok yang tadi malam mengikuti Freyja menyunggingkan senyum dari balik bebatuan di dekat gua tersebut. Hari ini, ia memiliki sesuatu yang dapat dilaporkan pada Odin untuk mengangkat reputasinya. 

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top