15. Freyja

Hari-hari di istana Valaskjalf berjalan seperti biasa, dan Sigyn amat bersyukur karena hal itu. Hari berganti bulan, bulan pun berganti tahun. Ada dua hal yang telah berubah secara signifikan, bila dibandingkan dengan kehidupan Sigyn sebelumnya.  

Pertama, Loki makin sering berada di dekat Sigyn, untuk mengobrol atau sekadar bertemu tatap muka dan menemani makan siang. Hal itu benar-benar yang Sigyn harapkan terjadi di kehidupan barunya ini, untuk lebih dekat dan mengenal suaminya lebih dalam. Sigyn berharap, hal baik akan terus terjadi di ke depannya. 

Kedua, rambut Sigyn yang makin menampakkan keindahan setiap harinya. Permukaannya yang perak transparan selalu bercahaya putih ketika ditimpa sinar mentari saat pagi dan siang hari. Ketika senja tiba, cahaya merah semi jingga yang mewarnai rambut sang dewi. Kemudian, ketika angin berembus, anak-anak rambut yang jatuh ke pundak akan tertiup pelan layaknya rambut asli. Bahkan, sebagian masyarakat Asgard yang melihat rambut Sigyn sudah mulai melupakan kalau itu hanyalah rambut buatan.

Tentu saja, hal ini membuat Sif makin keki dibuatnya. Berkali-kali, ia hanya bisa menggigit jari ketika melihat para dewi terkagum-kagum pada rambut Sigyn tersebut. Beberapa kali pula, ketika Sif mengadakan jamuan teh para dewi di aula istana, selalu Sigyn yang ditanya kehadirannya oleh para tamu, meskipun itu sebenarnya adalah acara Sif. 

Begitu pula yang terjadi siang ini, ketika Sigyn berjalan-jalan di taman pinggir danau, yang berlokasi di tengah-tengah kota. Sigyn sedang menimang bayi kecilnya yang baru berusia enam bulan, ditemani para pelayan dan prajurit yang ikut mengawalnya setiap saat. 

Sif juga kebetulan ada di sana, bersama teman-teman sepermainannya sejak kecil. Ia melihat Sigyn yang tengah mencuri perhatian para pengunjung taman, baik pria maupun wanita.

Apakah aku memang tidak ditakdirkan untuk bisa tenang, tanpa melihat keberadaannya di sekitarku?! keluh Sif dalam hati.

Begitu posisi Sigyn hanya berjarak beberapa langkah dari Sif, istri Thor tersebut langsung menghampirinya bersama para dewi.

"Hai, Sigyn," sapa Sif, tetapi nadanya tak terdengar ramah sama sekali. Sigyn sedikit kaget ketika Sif tiba-tiba muncul di hadapannya. "O-oh, hai, Sif."

"Semakin lama, rambutmu itu terlihat makin indah, ya." Sif membuka percakapan. Sigyn heran, tumben sekali Sif memuji sesuatu yang sebenarnya ia sendiri inginkan tak pernah terjadi pada orang lain.

"Terima kasih. Pujian darimu yang memiliki rambut terindah sepanjang masa benar-benar sangat berarti bagiku," sahut Sigyn sembari tersenyum. Namun, senyuman tersebut dibalas dengan tatapan yang merendahkan oleh Sif.

"Oh, kau begitu senang dengan rambut palsu itu rupanya." Sif sengaja memberi penekanan pada kata palsu, dan Sigyn menyadarinya. Akan tetapi, Sigyn tak terpancing amarah di sini. Ia mencoba untuk tetap menjawab dengan tenang.

"Yah, insiden di masa lalu memang tak bisa dihindari. Namun, aku harus tetap menatap masa depan. Aku tahu, rambutku ini memang buatan, tetapi aku akan tetap menjaga dan memperlakukan selayaknya rambut asli. Terlebih lagi, suamiku yang memesankan ini langsung untukku."

Melihat Sigyn yang tak terpancing membuat Sif makin emosi. Ia berusaha mengungkit bahwa rambut yang dipuja-puja semua orang itu hanyalah buatan belaka. 

"Tapi, tetap tak sama dengan rambut yang asli, bukan? Perawatannya tidak sebanding dengan milikku yang telah kupunya sejak lahir ini." Sif membelai rambutnya yang lurus jatuh di atas pundak. Ia meraih sebagian dan mengusapnya dari atas ke bawah, memperlihatkan warna emas yang halus pada Sigyn.

"Benar, perawatan rambut asli pasti memerlukan usaha lebih. Sementara rambut palsu, tanpa dirawat pun akan tetap terlihat indah!" Salah satu dewi teman Sif menimpali, dan ikut tersenyum sinis. 

Sampai di sini, emosi Sigyn mulai naik. Namun, ia tak dapat membalas. Apa yang dikatakan Sif dan teman-temannya memang benar adanya. Karena sudah indah sejak awal, rambut palsu yang dibuat dengan sihir seperti milik Sigyn tidak memerlukan banyak perawatan. Sementara itu, rambut asli bila tidak dijaga lama kelamaan akan rusak dan tidak indah lagi dengan sendirinya.

Sigyn terdiam tak berdaya. para pelayan dan pengawal pun saling melempar pandang, tak berani ikut campur atas perseteruan yang ada. Teman-teman Sif makin mencemooh dengan sukacita.

"Jangan bangga hanya dengan rambut palsu! Bagaimanapun juga, kau tidak memilikinya sejak lahir!"

"Benar sekali! Mereka semua buta, telah memuji-muji sesuatu yang hanya buatan belaka!"

Di tengah semua itu, tiba-tiba ada satu suara wanita berbeda, yang menyela pembicaraan. "Kalian tertawa-tawa seperti itu, apakah tidak menyadari sesuatu?"

Dari arah ujung jembatan kayu yang melintang di atas danau, Freyja muncul. Ia berjalan begitu elegan, dengan kedua mata biru yang menatap tajam pada Sif dan kawan-kawannya.

Tentu saja, Sif tidak terima bila musuhnya mendapatkan bantuan untuk melawannya. "Apa maksud ucapanmu, Freyja?"

"Hmm? Apa kau lupa?" Freyja menunjuk Sif dengan kipas tangan yang masih terlipat. "Kau yang  memiliki andil dalam perusakan rambut Sigyn, bukan?"

"Apa?! Fitnah macam apa yang kau telah lemparkan pada---"

"Fitnah?" Freyja langsung memotong kalimat Sif. "Jangan kau kira aku tak melihatnya! Kau sengaja memberikan sesuatu ke dalam anggur yang akan dimakan Sigyn!"

Wajah Freyja sampai maju ke arah Sif untuk bisa memelototi istri Thor tersebut. Sif sampai bergidik. tatapan Freyja yang biasanya penuh kelembutan, ternyata bisa berubah menjadi sangat tegas seperti itu. 

"Apakah kau mau menantangku, kalau aku berani melaporkannya pada Dewa Odin atau tidak? Bagaimanapun, tindakanmu itu bertentangan dengan kebijaksanaan yang selama ini beliau amat junjung."

Freyja telah mengancam. Sif tak dapat berkutik lagi. Sembari memandang sebal, ia memerintahkan teman-temannya untuk pergi dari sana. Namun, sebelum benar-benar pergi, Sif tersenyum sinis pada Freyja dan Sigyn, lalu berkata, "Aku tidak mengerti, mengapa kau bersikap baik pada istri dari kekasih masa lalumu."

Sigyn begitu tersentak mendengar ucapan Sif barusan. Kekasih masa lalu? Siapa? Freyja dan Loki? Apakah mereka memiliki hubungan spesial, sebelum Loki menikah denganku?

Dan aku tak mengetahuinya sama sekali selama ini?

"Jangan hiraukan perkataan Sif. Dia memang suka mengadu domba, aku mengenalnya sejak kecil," ucap Freyja, saat melihat Sigyn yang termenung. "Aku tidak pernah ada hubungan apa-apa dengan suamimu. Kami hanya teman masa kecil; aku, saudaraku Frey, dan Loki."

"Ah, iya ... tidak apa, Aku tidak masalah," sahut Sigyn, lalu tersenyum. "Oh iya, rupanya ini pertama kalinya kita mengobrol sedekat ini. Aku sudah lama mengenalmu, sejak perjamuan teh pertamaku di istana. Setelahnya, aku tak bertemu denganmu lagi."

"Kau benar, maafkan aku." Freyja mengajak Sigyn melanjutkan jalan-jalan di sepanjang tepian danau. Sesekali, Freyja menggoda bayi laki-laki imut yang berada dalam gendongan seorang pelayan. 

"Aku sering sibuk mengurus kedua putriku, Hnoss dan Gersemi. Sesekali juga, aku mengikuti suamiku Od mengembara."

"Oh, begitu ...." Sigyn mengangguk-angguk paham. Tak lama, ia mendengar suara seseorang memanggil namanya.

"Sigyn."

Wanita itu menoleh, dan mendapati Loki telah berdiri di belakangnya. "Suamiku."

Loki tersenyum pada Sigyn. Kemudian, begitu ia berpaling ke depan, tatapan matanya dan Freyja saling bertemu. Loki pun tertegun melihat sang dewi.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top