BAB 5 : SELAMAT!

Regina memutuskan untuk mengambil strategi tidak biasa guna mencapai pos 4. Setelah tahu dari pengamatan Ignas bahwa ada gubuk pos yang mirip seperti pos 2 tak jauh dari sana, malam itu ia segera memerintahkan semua ransum dan daging yang dibawa Ignas harus dimakan sampai habis karena esok paginya mereka akan berjalan terus tanpa berhenti dan mengabaikan pos 3. Mereka akan melewati daerah rawa-rawa alih-alih perbukitan sebab dari hasil pengamatan rekan-rekannya Temaram tampaknya lebih suka menyerang dari perbukitan. Tas ransel Temaram disobek dan kainnya dibentangkan menjadi sebuah tandu dengan bantuan dua dahan pohon guna mengangkut Panji yang masih terlalu lemah untuk berjalan sendiri.

Ketika tengah hari tiba, keenam muda-mudi itu menelusuri sungai berawa di tengah cuaca yang panas terik. Lumpur merendam tubuh mereka sampai sebatas dada dan Regina tahu akan amat sulit bagi mereka untuk berjalan nantinya jika mereka keluar dari sungai. Karena itu sebisa mungkin Regina menghimbau mereka menelusuri sungai itu alih-alih naik ke darat. Meski begitu ketika air sungai menjadi semakin dalam, Regina mau tidak mau harus memimpin para Lokapala keluar dari sungai.

"Terus jalan!" begitu Regina memerintahkan

Lima muda-mudi itu pun berjalan semakin cepat, bahkan Ignas dan Andi yang dibebani mengangkat tandu Panji kini berjalan paling depan, nyaris meninggalkan teman-temannya yang lain. Setelah dua jam berjalan tanpa henti dengan menahan haus serta lapar, tampaklah pada mereka sebuah gubuk kayu dengan bendera merah putih berkibar di atasnya.

"Ayo cepat! Cepat!" Regina menyemangati rekan-rekannya untuk berjalan lebih cepat dan itulah yang mereka lakukan.

Namun menjelang garis akhir latihan mereka sebuah letusan senapan membuat Ignas dan Andi yang berjalan paling depan jadi berdiri mematung.

"Jangan kira saya akan kasih kalian lewat!" Temaram tampak berlari sambil menodongkan senjatanya ke arah enam Lokapala itu, "Tangan di belakang kepala semuanya! Jangan ada yang melawan!"

Andi yang sebenarnya sudah sangat lapar dan haus serta lelah tiba-tiba bangkit amarahnya kepada Temaram. Pelan-pelan ia turunkan tandu Panji namun dengan segera ia dorong Ignas hingga Ignas tak sengaja menubruk Temaram. Setelah itu ia ambil sebuah batu besar dan ia lemparkan batu itu ke helm Temaram. Temaram yang oleng karena ditabrak Ignas tadi sekarang makin oleng karena hantaman batu tadi.

"Keroyok!!!!!" tiba-tiba saja Andi berseru lantang mengajak rekan-rekannya mengeroyok Temaram. Sontak kelima Lokapala itupun ramai-ramai mengeroyok Temaram. Andi dan Ignas kini menahan pergerakan Temaram sementara Sitanggang dan Nara menghantam-hantamkan batu ke baju zirah Temaram.

"Oke! Stop! Stop! Stop! Nyerah! Woi! Nyerah!" Temaram yang panik karena lima muda-mudi yang brutal itu berhasil membuat kerusakan zirahnya sampai 50% hanya dengan hantaman batu saja akhirnya memilih untuk menyerah.

"Berdiri dan tangan di belakang kepala Bapak Prajurit!" Regina yang memungut senapan Temaram kini mengarahkan moncong senapan itu ke kepala Temaram, "Lalu pandu kami berjalan ke pos 4!"

******

Sesampainya mereka di pos 4, enam muda-mudi itu mendapati Mayor Pusaka, Romo Pandita Mukayat, dan Doktor Samad serta sejumlah staf militer Unit Lima tampak memberikan tepuk tangan menyambut kedatangan mereka.

"Selamat atas keberhasilan kalian semua menyelesaikan tantangan ini, Lokapala! Kalian berhasil menyelesaikan tantangan ini kurang dari tujuh hari dan tak ada satupun dari kalian yang tertinggal selama tantangan ini. Kalian berhasil bahu-membahu menyelesaikan segala aral-rintangan. Panji kerja bagus karena berhasil memimpin tim selama setengah perjalanan lebih, Regina kerjamu juga bagus karena kamu berhasil menggantikan peran Panji dan berhasil mengecoh pemburu kami dengan menggunakan rute yang tidak lazim!" puji Mayor Pusaka.

"Dan bagaimana evaluasi darimu Temaram?" tanya Samad pada Temaram yang masih saja meletakkan tangannya di belakang kepalanya.

"Reaksi mereka agak lambat di pos 2. Tapi reaksi mereka medeteksi keberadaan Romo Pandita yang menurunkan hujan di hutan sangat bagus. Penangangan mereka mengatasi serangan di air terjun juga bagus meski yah ... mandi itu bukan prioritas utama sih sebenarnya jika latihan seperti ini."

"Baik, jadi kalian semua berhak untuk dapat istirahat yang tenang setelah ini, tapi sebelum semua ini kita akhiri. Tolong jawab pertanyaan saya," Doktor Samad tampak membetulkan kacamatanya, "Menurut kalian siapa sebenarnya identitas dari Temaram ini?"

"Oka," jawab Sitanggang cepat, membuat kaget para Lokapala yang lain.

"Alasannya?"

"Aku sudah baca berkas-berkas Dwarapala, termasuk kriteria perekrutan seorang Dwarapala. Dwarapala dan Lokapala pada dasarnya sama kan? Kami sama-sama bisa mengendalikan unsur yang orang sebut 'kekuatan gaib' bedanya Lokapala bisa menjalin simbiosis dengan Usana sementara usaha untuk mengintegrasikan Usana dengan para Dwarapala selalu gagal. Tapi itu berarti kan Dwarapala sebenarnya punya potensi melawan kekuatan atau sihir yang kami arahkan kepada mereka. Hadatuon yang aku ucapkan di hutan kemarin harusnya buat orang tak bisa bergerak sampai minimal 12 jam tapi ternyata tak sampai 12 jam Temaram berhasil lolos. Alasan kedua terkait kebiasaan Temaram, senjata pilihan Temaram itu senapan laras panjang untuk penembak runduk. Jarang ada Dwarapala dengan spesialisasi penembak runduk. Dwarapala Tim-A hanya punya 1 orang, Tim B – 3 orang, Tim C – hanya Oka, dan Tim D – tidak ada sama sekali. Jadi kemungkinan besar Temaram adalah Oka. Alasan ketiga dilihat dari serangan yang Temaram lancarkan pada kami. Ia seperti tahu bagaimana kami akan bergerak dan bertindak, meski dengan arahan taktis dari Unit Lima sekalipun hanya Oka yang benar-benar hafal karateristik kami semua."

"Bravo Sitanggang! Kamu layak dapat hadiah!"

"Bisakah pembicaraan soal hadiahnya ditunda nanti saja? Panji ini sempat kena tembak racun dan beta tak tahu harus diberi obat apa," Regina menyela pembicaraan.

"Oh jangan khawatir! Medis, tolong beri Panji injeksi anti neurotoxin dan injeksi vitamin!" begitu Pusaka memberi perintah.

"Kami juga jika diizinkan mohon untuk menumpang tidur dahulu Mayor! Perjalanan kami selama beberapa hari ini sangat melelahkan!"

"Tentu saja! Silahkan-silahkan! Kalian bisa tidur di mobil van itu sementara kami membawa kalian pulang."

Kelima Lokapala itupun segera beranjak menuju mobil van namun Nara menghentikan langkahnya sejenak dan menatap Oka yang sudah melepaskan helm zirahnya.

"Oka ... kamu kala kami di air terjun lihat apa saja?"

"Aku lihat empat cowok yang enggan amati perimeter dengan lebih seksama entah karena alasan apa."

"Tidak ada hal lain yang kamu lihat kan?"

"Hutan dan aneka rimbanya, dua drone yang aku siapkan untuk menyerang kalian serta beberapa drone pengangkut barang."

"Cuma itu? Berani sumpah?"

"Peace!" dua jari Oka membentuk huruf V dan Oka berusaha mati-matian menjaga ekspresi mukanya tetap datar.

"Nanti aku akan tanya pada Sarita dan Ina Saar untuk memastikan kamu bohong atau tidak."

"Silahkan saja!" jawab Oka sembari menyaksikan Nara berjalan ke arah van.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top