BAB 14.5 : Mr. Bi991e

Markas Unit Lima, Tanjung Paser, 10.00 WITA

Pagi ini Sitanggang disidang di hadapan komisi etik Unit Lima karena dirinya dianggap turut 'bertanggungjawab' atas kekacauan di Unit Lima semalam. Peretas C1rcl30fFr13nd tidak hanya menghancurkan data-data penting Unit Lima tapi juga terjadi penyelundupan properti penting.

"Zirah Tubarani dalam file log ini dinyatakan dipindahkan oleh autentikasi Kopral Dua Iqbal Purba Sitanggang menuju depo penyimpanan alat-alat berat milik PT. Sawerigading Corpora. Apa Anda mengetahui soal ini Kopral?" Kapten Pusaka menanyai Sitanggang untuk kesekian kalinya untuk memastikan anak itu tidak berbohong.

Demi Tuhan, Sitanggang sama sekali tidak tahu apa-apa. Depo penyimpanan alat berat? Apaan tuh! PT. Sawerigading Corpora? Perusahaan punya siapa itu pula?

"Tidak Pak! Berapa kali harus kukatakan? Aku sama sekali tidak tahu apa-apa soal padamnya listrik tadi malam! Aku siangnya baru saja ikut turnamen e-sport di Tanjung Paser Square! Mana mungkin aku berkhianat pada Unit Lima! Tanya Oka Kapten! Dia juga bisa kasih keterangan kalau aku dari sore kemarin ada di kamar saja!"

Kapten Pusaka menghela nafas panjang, "Oke, kamu bebas pergi Kopral Dua Sitanggang, tapi ponsel dan sabak elektronikmu kami tahan! Karena bisa jadi peretas itu masuk lewat ponsel atau sabak elektronikmu!"

"Ah terserah Kapten saja! Aku pusing ditanyai terus!" Sitanggang memasang ekspresi cemberut lalu berjalan keluar dari ruang tersebut.

Kapten Pusaka pun langsung mengkontak Denny melalui panggilan video, melaporkan hasil investigasinya sejauh ini, "Sitanggang tidak tahu apa-apa, tapi kami akan periksa gawai-gawainya karena siapa tahu ada aplikasi peretas di sana."

"Kalau boleh saya sarankan Kapten, selagi kita sibuk mencari prototipe Tubarani itu, tolong awasi juga daerah pantai dan Selat Makassar. Departemen Pertahanan baru saja mendapat laporan mencurigakan soal hilangnya sebuah kapal penangkap ikan yang katanya baru saja mengangkat jenazah manusia dari lautan!"

"Sensor dan komputer kita banyak yang rusak Prof!"

"Pakai cara manual! Bawa beberapa Lokapala untuk patroli dengan kapal patroli atau helikopter!"

"Saya akan kontak Pangkalan TNI AL di Balikpapan, kalau begitu. Di mana terakhir kali kapal itu terlihat?"

"Saya akan kirim koordinatnya, ke ponsel Kapten!"

******

Pelabuhan Tanjung Paser, 09.00 WITA

Andi dan Rizal tiba di sebuah dermaga pribadi atas nama sebuah perusahaan bernama PT. Sawerigading Corpora. Di sana Andi menemui seorang mandor pengawas yang memakai seragam biru tua dengan nama dada bertuliskan Hanas.

"Pak Hanas!"

"Ai Dik Andi, ada apakah?"

"Tadi malam ada kontainer dibawa kemari tidak?"

"Oh ya ada, tapi jam 3 pagi tadi langsung dibawa pergi oleh sekumpulan orang bule. Mereka menunjukkan nota pengambilan barang jadi Bapak lepaskan saja."

"Ke mana mereka pergi?"

"Mereka naik kapal ke arah timur, ke arah Makassar tampaknya, jika Bapak pantau dari nama kapalnya."

"Pak! Kita harus kejar kapal itu! Ayah saya masih simpan kapal pribadi di sini kan?"

"Ada, ada, tapi nakhodanya belum datang. Memangnya kenapa dengan kapal itu?"

"Ada muatan penting yang terbawa di kontainer itu Pak!"

"Muatan dari perusahaan?" wajah Hanas tampak tegang, "Bapak akan segera cek!"

"Bukan Pak! Bukan perusahaan! Tapi barang pribadi makanya sekarang saya butuh cepat Pak! Kami harus mengejar kapal itu sebelum dia pergi lebih jauh!"

"Kalau begitu Dik Rizal dan Dik Andi langsung saja naik ke kapal! Saya akan carikan orang untuk mengemudikan kapalnya!"

******

Lima belas menit kemudian kapal pribadi berwarna coklat itupun lepas sauh ke laut lepas. Andi selaku anak pemilik kapal mendesak Hanas yang dipaksa jadi nakhoda untuk memacu kapal pada kecepatan tertingginya.

Setelah memacu kapal pada kecepatan gila-gilaan, kapal itu akhirnya melihat sebuah kapal mesin berwarna putih bergaris merah tampak buang sauh di daerah Kepulauan Atol Ading.

"Atol Ading, Cappo!"Rizal menyikut perut sepupunya, "Mister Biggie bilang dia tunggu kita di Atol Ading!"

"Pak Hanas! Merapat ke kapal itu, tapi untuk jaga-jaga tolong panggil polisi juga!"

"Ngapain panggil polisi segala Dik?"

Tapi dua anak muda itu tak menjawab dan malah langsung melompat menaiki tangga-tangga logam menuju dek kapal yang sejajar dengan mereka itu.

Ketika kedua anak muda itu tiba di atas dek kapal yang telah mereka kejar itu, mereka melihat ada seorang pria muda berusia 30 tahunan tengah berbincang dengan sejumlah pria bule yang mengenakan setelan jas resmi.

"Ah! Hello friends! Glad you make it on time!" sapa pria muda berkepala plontos itu.

"Mister Biggie?" tanya Rizal, "Explain everything to us!"

"Woa! Sabar Brother! Mari duduk dulu di sini!" ia menarik dua kursi dan mempersilakan Andi dan Rizal duduk di sana.

"Kami punya masalah!" keluh Andi.

"Jangan khawatir, masalah kalian akan selesai dengan segera dengan catatan kalian mengikuti instruksi kami," Mister Biggie membetulkan letak kacamatanya serta mengelus kepalanya yang plontos sambil tetap tersenyum tenang.

"Kenapa Anda menjebak kami meretas server Unit Lima?" tanya Rizal.

"Kenapa? Karena aku peduli pada kemajuan sains Sabil dan Prince!"

"Kemajuan sains macam apa? Sekarang Unit Lima dan Mabes TNI pasti akan mengejar-ngejar kami karena aksi kami kemarin!" nada suara Andi mulai naik, ia mulai emosi.

"Aku tak pernah meminta kalian meninggalkan meninggalkan 'tanda-tangan', Circle Of Friends! Tapi karena kalian selalu ingin diakui komunitas bawah tanah sebagai grup peretas terbaik, ya itu resiko kalian," Mister Biggie dengan tenang menyeruput tehnya sementara para bule di belakangnya hanya senyum-senyum semata.

"Siapa sebenarnya Anda, untuk siapa Anda bekerja?" tanya Rizal penuh kecurigaan.

"Saya orang yang memihak sains dan ingin sains yang selama ini disia-siakan oleh Unit Lima tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Sementara teman-teman saya ini adalah orang yang sepemikiran dengan saya dalam hal ini. Unit Lima telah menghasilkan temuan-temuan luar biasa namun hanya sedikit yang mereka umumkan ke masyarakat dengan dalih menjaga kepentingan nasional dan rahasia negara! Padahal Unit Lima telah berhasil membuat baju zirah canggih yang mampu dioperasikan prajurit terlatih, bahkan prototipe yang kalian antarkan pada saya pun memiliki fungsi mencengangkan yakni mampu menahan tekanan air laut sampai sedalam 10 kilometer! Fantastis bukan?"

"Anda bekerja untuk CIA atau DARPA kan?" tebak Rizal.

=====

DARPA = Defense Advanced Research Projects Agency (Badan Proyek Riset Lanjut Pertahanan AS)

CIA = Central Intelligence Agency (Badan Intelijen Federal AS)

=====

"Kamu terlalu banyak membaca, tapi yah, kamu benar. Teman-teman saya ini semua CIA atau DARPA. Kalian akan tetap bisa hidup tenang di Indonesia kalau kalian mau tutup mulut, atau kalian mau berkuliah di Amerika Serikat? Kami akan menjamin segala biaya hidup kalian!"

"Bagaimana jika kami ditangkap polisi nantinya?!"

"Maka kami akan berusaha semaksimal mungkin membebaskan kalian dalam waktu 7x24 jam. Selama kalian tidak membocorkan keterlibatan kami, maka kalian akan dijamin bebas. Bagaimana? Bukan penawaran yang buruk bukan?"

Andi dan Rizal saling pandang. Mereka sudah bermain api terlalu jauh dan sekarang mereka harus menanggung efek terbakar karena api tersebut.

Dalam suasana penuh ketegangan tersebut, sebuah kapal penangkap ikan perlahan mendekat ke arah dua kapal yang tengah buang sauh itu, di mana salah satu mayat hidup itu mengeluarkan suara mendesis sembari menunjuk ke arah kapal pribadi milik ayah Andi.

Dan tak jauh dari sana sebuah kapal patroli cepat TNI AL yang tengah mengangkut seluruh anggota Lokapala sudah mengamati gerak-gerik mencurigakan dari kapal penangkap ikan itu dan mulai bergerak perlahan mendekati kapal tersebut.

==Bersambung==

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top