BAB 14.2 : TUBARANI

Markas Unit Lima, 15.00 WITA

"Bidang percobaan sudah siap, Doktor Samad! Tinggal tunggu satu atau dua Lokapala yang mau menguji purwarupa 'Tubarani' ini!" ujar seorang peneliti Unit Lima yang baru saja usai melakukan pemeriksaan pada sebuah zirah baru yang sebelumnya belum pernah digunakan Unit Lima.

Zirah ini sedianya adalah ciptaan Samad dan timnya dengan tujuan eksplorasi bawah air, namun Denny tiba-tiba memiliki ide untuk membuatnya menjadi zirah tempur mengingat peristiwa De Vliegende Hollander beberapa bulan yang lalu ternyata banyak berlangsung di bawah air. Zirah Lokapala yang Denny buat tidak cukup handal untuk mengatasi masalah tersebut sehingga Samad pun terpaksa setuju zirah buatan Tim 2 alias Tim Hak Paten dipergunakan untuk keperluan Tim 1 alias Tim Persenjataan.

Tapi naas, sejak tadi Samad mencoba mengkontak para Lokapala, tak ada yang mau datang sama sekali. Kecuali Oka yang langsung semangat menjawab, "Ya Dok! Saya akan segera ke sana sepulangnya dari Tanjung Paser Square!"

Samad menunggu dengan sabar dan ternyata kesabarannya berbuah manis. Oka turun bersama Sitanggang dan juga Regina yang tampak masih baru bangun tidur.

"Ada apa nih, Dok?" tanya Oka.

"Ada zirah baru, untuk pertempuran bawah air. Mau bantu aku ujicoba?"

"Keren tuh Dok! Boleh aku coba duluan?" mata Sitanggang berbinar-binar.

"Silakan Nggang! Jadi yang pertama coba Sitanggang, yang kedua Oka, dan yang ketiga ... Regina kamu mau coba?"

Yang ditanya, karena masih mengantuk hanya mengacungkan jempol lalu duduk sambil menundukkan kepala, melanjutkan tidurnya.

Sitanggang memasuki rongga yang disiapkan bagi operator di tengah bagian zirah itu. Tapi naas bagi Sitanggang, karena zirah ini belum disetel dengan pijakan kaki seperti zirah Datu Merah miliknya, dia jadi agak kesulitan melihat jalan soalnya kepalanya tidak sampai ke bidang visual zirah. Walhasil dia terjatuh di tiga langkah pertama.

"Sitanggangnya terlalu pendek, Dok! Kebesaran zirahnya!" ujar seorang peneliti yang buru-buru menolong Sitanggang dan mengeluarkan anak itu dari dalam zirah.

"Itu untuk Ignas cukup nggak?" tanya Samad.

"Ignas juga jangan, Dok! Terlalu tinggi dia!" balas peneliti itu lagi.

"Oka! Coba dong!" pinta Samad.

Oka pun langsung berjalan ke arah zirah yang baru saja ditegakkan lagi oleh para peneliti, memasuki rongga operatornya dan kali ini Oka bisa mengoperasikannya lebih baik dengan berhasil melangkah sampai pinggir tangki air sebelum terjun ke dalam tangki sedalam 10 meter itu sesuai instruksi Samad.

"Siap Oka?"

Yang ditanyai mengacungkan ibu jari sebagai tanda kesiapan.

"Mulai!" Samad memberi instruksi dan sebuah turbin kecil di pusat tangki mulai berputar, menghasilkan gelombang air yang lama-kelamaan tekanannya semakin kuat.

Oka berusaha mempertahankan kestabilan dengan mengikuti arus dan melepaskan tenaga dari roket pendorong yang tertanam di beberapa bagian zirah ini terutama di kaki. Sayangnya setelah beberapa kali sukses bertahan, Oka kelepasan memicu salah satu repulsor untuk melepaskan energi terlalu banyak sehingga dirinya membentur dinding tangki, oleng, berputar 180 derajat dan sama sekali tak berdaya untuk kembali ke posisi semula.

"Stop! Stop!" Samad memerintahkan penghentian percobaan itu dan menyuruh Oka kembali ke permukaan.

"Kayaknya sulit banget ya dioperasikan?" tanya Samad.

"Belum terbiasa saja Dok," jawab Oka.

"Mungkin agak sulit tanpa pertolongan Usana. Hei Regina! Panggil Ina Saar, minta dia masuk ke zirah ini dong!"

Yang dipanggil hanya berdiri malas sambil bergumam memanggil Ina Saar lalu berjalan malas dengan gontai menuju zirah ujicoba itu.

"Kamu yakin bisa ujicoba dalam kondisi ngantuk begitu?"

"Coba saja Prof!" Regina bahkan tidak sadar yang dia ajak bicara Doktor Samad bukan Profesor Denny.

Samad terpaksa percaya saja pada Regina meskipun dia ragu juga apa tesnya bakal berjalan baik kalau Regina setengah tidur begitu?

Ketika tes dimulai, Regina berhasil mengoperasikan zirah ini lebih lama dari Oka. Sepuluh menit lamanya, Regina bermanuver mengikuti arus dengan lancar, namun masalah timbul ketika Samad mulai mengujicoba senjatanya.

Zirah ini tidak memakai senjata picu dalam kompartemen selayaknya zirah Lokapala dan Dwarapala melainkan senjata roket untuk keperluan tempur jarak jauh. Para peneliti menceburkan bola-bola beton ke dalam tangki dan Samad langsung meminta Regina melepaskan roket ke arah bola-bola itu. Regina menuruti perintah Doktor Samad namun ketika sejumlah roket mini diluncurkan, navigasinya kacau. Alih-alih menghancurkan target, roket-roket itu meledak secara prematur di dalam tangki bahkan membuat tangki logam itu berlubang dan airnya keluar membasahi lantai di bawahnya yang merupakan tempat parkir kendaraan lapis baja.

"Evakuasi lantai bawah! Ada kebocoran akibat kegagalan ujicoba!" ujar Samad kalem lalu memalingkan pandangannya pada Oka, "Ya begini deh Oka, hidup kami ini. Penuh ujicoba yang banyak gagalnya."

"Doktor akan buat zirah itu jadi zirah Lokapala?" tanya Oka.

"Iyap, sesuai instruksi Bos Denny," kata Samad.

"Apa tidak memungkinkan zirah itu dibuat untuk Dwarapala saja?" tanya Oka lagi penuh harap.

Samad langsung paham apa maksud Oka, "Sayangnya tidak bisa Oka. Untuk pertarungan bawah air, Lokapala kami rasa akan jauh lebih bisa diandalkan daripada Dwarapala. Maaf, bukannya bermaksud menyinggung lo, tapi itu faktanya. Satu Lokapala setara 3-5 Dwarapala kan?"

"Ya Dok! Saya paham," jawab Oka sambil menelan ludah kekecewaan.

******

Samad langsung menghubungi Denny via panggilan video pasca ujicoba zirah yang gagal itu. Di seberang sana, Direktur Unit Lima itu tampak sedang duduk di antara setumpuk buku tebal dan dokumen-dokumen sembari memegangi dahinya yang berkeringat.

"Biar kutebak, Doktor Samad, ujicobanya masih belum berhasil kan?"

"Yap! Masih belum berhasil. Zirahnya pas buat Regina dan Oka, kebesaran buat Sitanggang, kependekan buat Ignas. Untuk sekedar manuver sudah oke tapi untuk navigasi roket bawah air, belum oke!"

"Ina Saar tak bisa membantu?" tanya Denny.

"Pistol laser plasma saja sudah modern banget bagi dia katanya, apalagi ini? Roket mini loh ini Den! Bukan pistol atau senapan!"

"Serahkan kode programnya ke Divisi Teknologi Informasi, Dok! Kasih mereka waktu seminggu dan minggu depan ketika saya balik, saya akan lihat apa masalahnya sudah terpecahkan!"

"Di sana baik-baik sajakah, Den?" tanya Samad dengan nada sedikit khawatir.

"Bagus! Anggaran kita ditambah tapi seperti biasa jendral-jendral gemar main politik sudah mengomel ini-itu! Mulai dari Unit Lima kurang becus lah! Seharusnya Mabes TNI lebih dilibatkan-lah! Lalu seharusnya Unit Lima dipimpin seorang Brigjen atau Mayjen lah! Untungnya kita punya Presiden pemberani!"

Samad tertawa ketika mendengar kata Mayjen dan Brigjen itu, "Aduh lucu! Kurang sibukkah mereka jadi Panglima Komando Daerah Militer sama Kepala Staf Komando Militer di sana-sini sampai-sampai mereka juga incar tampuk kepemimpinan di Unit Lima?"

"Sungguh baiklah jika Unit Lima tetap di bawah komando seorang Kolonel seperti saya!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top