BAB 1 : EVAL!

Akademi Kumala Santika, 04.00 WITA

"Hai Bang! Bangun!" Andi merasakan tubuhnya digoyang-goyangkan dengan kencang.

"Hmm??? Ada apaa siih?" Andi yang masih mengantuk hanya menggerutu sembari tetap memejamkan matanya.

"Bapa Profesor Denny mau ketemu Bang Andi!" ujar orang yang membangunkannya tadi, "Katanya ditunggu sampai setengah 5 kalau tidak katanya Bang Andi mau dijadikan Ratu Pantai Utara."

"Hmmmhhh ...," Andi masih melenguh malas sebelum otaknya yang sebenarnya lumayan encer menyadari frasa 'Ratu Pantai Utara' tadi.

"APAAA!!!!" Andi terperanjat dan langsung bangun.

"Aha! Bangun juga Bang!" itu suara Ignas yang sekitar seminggu yang lalu ditunjuk sebagai teman sekamarnya.

"Ada apa? Ratu Pantai Utara datang mencariku?" karena tadi dia belum sadar sepenuhnya, kata-kata Ignas yang masuk ke otak Andi hanya 50% saja.

"Profesor Denny yang cari Bang Andi, di ruangannya. Dari lantai kita turun saja ke basement tempat kita orang punya markas lalu jalan ke selatan. Nanti kantor profesor ada di sana."

"Terus Ratu Pantai Utaranya?"

"Kalau Bang Andi tidak bangun Profesor bilang nanti saya harus panggil Bapa-Bapa Tentara dari markas buat dandani Bang Andi jadi Ratu Pantai Utara."

"Astaghfirullah! Nggak, nggak, aku nggak mau jadi calabai – banci!"

******

Andi merasa bisa-bisa dia mati berdiri jika terus berada di tempat ini. Bagaimana tidak? Sepertinya di sini dia tidak bisa santai barang sedikit pun. Jika dia hendak main game, barang sebentar saja, satu dari enam 'atasannya' – yang sebenarnya masih teman satu angkatannya – pasti punya persediaan perintah untuknya. Perintahnya mulai dari gantikan Oka jaga ruang monitor – yang jadi nyaris tiap hari sejak Oka dan Nara bertengkar soal masalah asmara kemarin. Sitanggang biasanya belikan makanan dan minuman ke minimarket yang letaknya di luar kompleks sekolah tapi begitu Andi sudah kembali ke asrama, tiba-tiba Regina minta dibelikan sesuatu di luar sana bahkan tokonya kadang jauh pula.

Nara di mata Andi relatif baik, tidak pernah memberi perintah aneh-aneh kepadanya, bahkan belum pernah sama sekali meminta apa-apa padanya. Panji? Pemimpin Lokapala itu agak maniak futsal dan sepakbola dan celakanya Andi yang sama sekali nggak hobi futsal dan sepakbola sering diajak main. Meski posisinya cuma sebagai pemain belakang tapi biasanya tim lawan yang berhadapan dengan Panji selalu agresif sehingga bukan sekali-dua kali Andi harus merasakan pedihnya dijegal lawan serta tersungkur berkali-kali demi membela benda konyol bernama bola itu.

Tapi kalau penderitaan itu belum cukup, Andi juga punya masalah dengan teman sekamarnya yang namanya Ignas itu. Ignas itu juga maniak olahraga, bedanya Ignas itu maniak tinju dan lari. Tapi jujur saja karena terlalu suka berolahraga, bahkan di waktu senggang sekalipun Ignas sering mengabaikan kewajibannya mengumpulkan baju kotor untuk dilaundry oleh pengurus asrama. Konsekuensinya biasanya pemilik baju kotor itu harus melaundy sendiri di lantai bawah, tapi karena Ignas terlalu malas untuk mencucinya maka dia dengan santainya mengenakan kembali pakaian kotornya meski ada pakaian yang sudah seminggu belum dicuci. Hasilnya? Jangan tanya aromanya! Amboi rasanya!

Andi sebenarnya tidak masalah dengan kebiasaan Ignas yang dibilang Regina dan Oka sebagai 'jorok' itu, tapi kok ya mesti Andi yang bertanggungjawab mengumpulkan pakaian kotor Ignas untuk dilaundry secara rutin serta mencucikan pakaian Ignas yang tercecer dan belum sempat dicuci? Apalagi tingkah Regina itu! Ya ampun! Cewek asal Maluku itu cerewet dan juteknya minta ampun, nggak bisa senyum pula! Kalau Regina sudah menegur Andi rasanya dia berhadapan dengan nyonya besar yang tidak bisa dibantah. Mana itu anak jarang senyum pula! Apalagi ya? Oh ya cewek menyebalkan itu juga yang sarankan dia untuk cucikan pakaian Ignas.

Lalu soal uang saku? Tetta – ayah – Andi benar-benar serius dengan ucapannya tempo hari! Kemarin ia mengecek rekeningnya dan benarlah! Tetta hanya mengirimkan uang 220 ribu rupiah dan celakanya 20 ribu rupiah itu harus Andi pertahankan di rekening selama 3 bulan barulah dia bisa tarik uangnya.

"Tetta! Kenapa sih kok tega amat sama Langi?" begitu Andi pernah coba merengek membujuk ayahnya beberapa waktu yang lalu.

Jawaban ayahnya bikin dia bungkam, "Langi, kamu juga kok tega sama Tetta? Hutang Langi ke Unit Lima itu nilainya setara dengan seluruh harta kita lo! Kalau Tetta nggak hemat-hemat nanti kita berdua jadi gelandangan. Mau begitu?"

Iya Andi tahu dia memang salah tapi nggak sampai begini juga kali? Bagi Andi yang biasa hidup enak dan sebelumnya tidak usah memikirkan duit datang dari mana perubahan ini sangat drastis. Saban malam tubuhnya rasanya remuk redam karena aktivitas fisik pagi, lalu seharian dijadikan budak disuruh-suruh oleh para seniornya di Lokapala, lalu malamnya kadang harus berpatroli atau malah baku hantam dengan makhluk-makhluk bernama kroda semalam suntuk untuk kemudian menjalani siklus yang sama esok harinya.

Dan sekarang dia harus bangun pagi-pagi buta untuk menemui Direktur Unit Lima? Kesabaran Andi sudah habis, ingin rasanya dia membentak Profesor Denny supaya bisa bersikap lebih adil pada dirinya karena Lokapala yang lain tidak diperlakukan semena-mena seperti ini.

Sampai di ruang kerja Profesor Denny tiba-tiba saja semua emosi dan amarahnya tadi mencelus entah ke mana. Rasa beraninya tiba-tiba seperti lenyap ditelan bumi malah rasanya dia seperti takut luar biasa padahal sosok Si Profesor itu tidak lebih menyeramkan daripada kroda yang ia lawan secara rutin.

"Profesor mencari saya?" Andi tiba-tiba saja merasa harus membungkuk hormat di hadapan Sang Profesor.

"Andi!" Denny memberi isyarat pada anak muda itu untuk melangkah lebih dekat. "Tahu kenapa kamu dipanggil kemari?"

Andi hanya menggeleng.

"Andi, bagaimana perasaanmu setelah bergabung sebagai Lokapala?"

"Capek, Prof!" kali ini Andi dengan menggunakan segenap keberaniannya berhasil menyatakan perasaannya.

"Sebegitu saja sudah capek?"

"Siapa juga yang nggak bakal capek kalau dibegitukan Prof? Pagi-pagi disuruh lari dan senam, siangnya disuruh-suruh para Lokapala, malamnya harus baku hantam dengan kroda! Siapa yang tidak capek?"

Profesor Denny hanya diam, sebelum memencet sebuah tombol di mejanya, "Evaluasinya gagal total! Ganti orientasinya dengan seminggu di neraka!"

"Eh Prof! Apa maksud ...," baru saja Andi mau bertanya tiba-tiba ia merasa mengantuk berat dan akhirnya jatuh tak sadarkan diri di ruang kerja Profesor Denny.

"Mayor Pusaka! Waktunya didik ulang anak-anak ini!" ujar Denny melalui komunikatornya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top