[INDONESIANA]AGATS, KUAU, KASUARI DAN KAYAU
*Indonesiana adalah chapter yang akan Author dedikasikan untuk menjelaskan beberapa hal dalam cerita Lokapala yang Author rasa perlu penjelasan lebih. *
Agats
Agats, tempat asal Ignas, adalah sebuah kota kecil di daerah Papua Selatan yang berdiri di atas rawa dan jalan-jalannya dibuat dari papan-papan kayu. Kota ini merupakan salah satu pemukiman suku Asmat, suku dari Papua yang terkenal karena karya ukirnya.
Lokasi Agats, ditunjukkan pada titik merah di peta
Penampakan kota Agats (1)
Penampakan kota Agats(2)
Untuk mencapai kota ini, harus melalui sebuah sungai yang di dalamnya masih ada buaya-buaya yang suka makan orang menggunakan speedboat. Sama seperti di cerita, speedboat di sungai Agats juga sering macet dan memaksa penumpang speedboat bermalam di sungai menunggu bantuan atau speedboat lain selagi tetap waspada dengan kedatangan buaya Irian.
Siapa bertandang ke Agats, siap-siap ketemu saya :))
Kuau
Kuau atau kadang disebut Merak Kalimantan adalah sebutan untuk dua jenis burung dari genus yang sebenarnya berbeda tapi secara umum tampak sama.Kuau di Kalimantan ada dua jenis yakni kuau raja (Argusianus argus) dan kuau kerdil kalimantan (Polyplectron schleiermacheri). Kuau raja bisa tumbuh sampai ukuran 200 cm sementara kuau kerdil hanya 50 cm. Status kuau raja saat ini hampir terancam sementara kuau kerdil sudah dalam tahap terancam. Meski begitu popularitas mereka masih di bawah bayang-bayang popularitas orangutan dan bekantan.
Kuau Raja
Kuau Kerdil
Sayap Kuau sendiri kadang dijadikan souvenir bagi para pekerja dari luar Kalimantan untuk dibawa kembali ke kampung halaman sebagai oleh-oleh. Beberapa orang sendiri meyakini bahwa sayap kuau memiliki tuah khusus jika dirituali dengan tepat.
Kasuari
Kasuari atau nyá dalam bahasa Muyu, adalah burung besar endemik asal Papua yang tidak dapat terbang. Burung ini amat ditakuti orang-orang Belanda pada era kolonial dahulu dan dianggap sebagai salah satu hewan paling berbahaya karena sifatnya amat galak dan agresif bahkan jika dia cuma sedikit 'diganggu'. Kaki burung Kasuari adalah senjata utamanya. Kaki ini mampu menendang dan merobohkan musuh-musuhnya, termasuk manusiaa. Di Suku Muyu sendiri, mereka yang ahli memburu kasuari biasanya juga ahli memburu babi hutan. Karena itu mereka digelari kwíbnyáwáruk (kwíb = babi liar; nyá = kasuari). Aksesoris bulu Kasuari sendiri memiliki status khusus di banyak suku Papua selain bulu cendrawasih.
Kayau
Sebelum tahun 1894 antara satu suku dengan suku lainnya di Kalimantan tidak ada kesamaan hukum adat, sehingga konflik sering diselesaikan dengan cara perang atau hakayau (memburu kepala). Berbeda dengan penggambaran yang author gambarkan di sini, Hakayau biasanya dilakukan secara berkelompok bukan single fighter macam Nara dan Si Penyumpit. Satu kelompok Hakayau terdiri dari 4 sampai 200 orang prajurit dan dipimpin setidaknya satu pemimpin bergelar Panglima atau Pangkalima. Senjata para pengayau tak sebatas mandau, tapi juga memungkinkan menggunakan lembing atau sumpit berpanah racun seperti yang digunakan oleh Si Penyumpit.
Hakayau berangsur mulai hilang pasca tahun 1894 pasca seluruh kepala adat Kalimantan dan perwakilan pemerintah Hindia-Belanda berkumpul di Tumbang Anoi, Kalimantan Barat, untuk membahas dan membuat kesepakatan yang seragam tentang hukum Adat mereka. Meski begitu hakayau terbesar yang pernah dilakukan para Suku Dayak bukanlah hakayau dengan sesama Suku Dayak melainkan Hakayau melawan Dai Nippon (Jepang Raya) di Pontianak dan Mandor, Kalimantan Barat, pada tahun 1945.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top