BAB 7.5 : TUHAN MEREKA ADALAH PERUT
Basement Markas Lokapala, 19.00 WITA
"Wew Re! Aksimu tadi keren banget!" kata Panji sore itu ketika sedang mengerjakan PR bersama Oka dan anggota Lokapala yang lain.
Regina hanya menanggapi pujian Panji dengan senyuman tipis sementara Panji dan Oka antusias menceritakan jalannya operasi tadi siang yang benar-benar menegangkan. Oka betul-betul tegang ketika melihat Regina hampir saja terpojok oleh Mamon dan khawatir Regina takkan bisa bertahan sampai 20 menit sementara Panji dan Pusaka dibuat kerepotan oleh manusia-emas-perak di lantai bawah yang selalu hidup kembali meskipun Kapten Pusaka sudah menghantam makhluk itu dengan pelontar granat dan Panji sudah menembak makhluk itu dengan laser intensitas maksimum.
"Wah! Kalau operasinya asyik gitu, lain kali aku harus ikut tuh!" ujar Sitanggang.
"Sembuhin dulu tuh kaki!" ujar Nara mengomentari kaki Sitanggang yang masih pincang.
"Iya-iya, bentar lagi juga sembuh kok."
Di lain sisi, Regina tampak memandangi sejenak tugas guru agamanya yang bunyinya, "Ayat Alkitab mana yang paling berkesan bagimu? Jelaskan secara singkat!"
Tanpa ragu Regina menuliskan :
"Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi."(Surat Paulus Kepada Jemaat di Filipi 3:19).
Alasannya, karena manusia cenderung gemar bergumul dengan perkara-perkara duniawi setiap saat, bahkan kalau perlu di gereja sekalipun mereka jadikan ajang bergumul dengan urusan duniawi. Orang-orang semacam ini memandang melakukan aib demi harta adalah sebuah kemuliaan yang wajar, mereka menanggap bahwa tolak-ukur Tuhan mengasihi mereka adalah harta dan harta sehingga mereka yang miskin dan menderita adalah orang-orang yang kurang dikasihi Tuhan. Padahal – dengan mengutip karya seorang penulis ternama Indonesia, "Sang Awatara karya Jagatnata Adhipramana" – tidak semua kemilau harta itu asalnya dari Tuhan. Apabila didapat dengan cara tidak benar meskipun kita mengucapkan nama Tuhan sejuta kali pun harta itu tidak akan menjadi berkah bagi kita. Meskipun mereka menyebut nama Tuhan di Surga, sesungguhnya Tuhan mereka adalah perut mereka dan hanya kebinasaan dalam lubang gelap penuh kertak gigi serta api yang tak pernah padam yang kemungkinan besar akan menanti mereka.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top