BAB 11.2 : DE VLIEGENDE HOLLANDER


Perairan Timur Kalimantan, 05.00 WITA

KRI Des Alwi baru saja menyelesaikan masa patroli rutin mereka di perbatasan Malaysia dan bersiap kembali ke Samarinda untuk melakukan pemeliharaan suku cadang kapal serta mengambil jatah cuti bagi para awaknya ketika tiba-tiba cuaca berubah buruk. Sang komandan kapal sempat bingung dengan perubahan mendadak ini karena BMKG dan Markas AL sama sekali tidak memberinya peringatan. Ia pun langsung memerintahkan anak buahnya untuk siaga dan mengikat barang-barang yang ada di geladak dan haluan kuat-kuat supaya tidak bergeser dan membahayakan awak serta kapal saat badai berlangsung.


Komandan kapal Des Alwi pikir masalahnya kali ini hanya pada badai yang datang mendadak, tapi ternyata dia punya masalah lain. Radar di ruang kemudi kapal menunjukkan adanya objek asing yang mendekat. Objek itu seukuran kapal, namun jelas-jelas bukan kapal Indonesia atau kapal asing yang punya izin masuk karena nama kapal dan nomor identitasnya tak tampil di radar KRI Des Alwi.

Sang komandan kapal pun segera berinisiatif melakukan kontak dengan kapal asing tersebut, melalui radio, ia mengirimkan pesan kepada jurumudi atau ahli komunikasi di kapal tersebut, "Di sini KRI Korvet Des Alwi dari Armada Timur, mohon identifikasi nomor lambung dan nama kapal anda serta keperluan anda di wilayah ini!" kemudian ia mengulangi pesannya dalam Bahasa Inggris, "Hello! This is Indonesian Navy Vessel Corvet Type Des Alwi, please mention your ship ID and name and your objectives!"

Tak ada jawaban dari kapal itu, maka komandan kapal pun mengulangi kembali pesannya dalam dwibahasa dan masih saja tak ada jawaban.

"Dekati kapal itu!" Sang komandan memberi perintah dan jurumudi pun segera memutar kemudinya ke arah kapal asing yang dimaksud.

Kapal patroli tipe korvet itu mendekati kapal asing itu sambil mengirimkan sinyal lampu dengan menyalakan dan mematikan lampu sorot secara berulang-ulang guna mendapatkan jawaban balik dari kapal tersebut namun sekali lagi komunikasi mereka diabaikan.

Ketika jarak mereka makin mendekat, para awak kapal KRI Des Alwi nyaris tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka menyaksikan sebuah kapal yang tidak lazim ada di era modern saat ini. Sebuah kapal layar bertipe man-of-war dengan tiga tiang layar dan bahan badan yang nyaris semuanya dari kayu, hanya ada beberapa plat logam tambahan di sisi kiri dan kanannya yang dapat mereka identifikasi sebagai unsur logam dari kapal tersebut.

Kapal itu sendiri tampak terombang-ambing di tengah lautan lepas. Penuh dengan kerak dan lumut di seluruh bagiannya, bahkan termasuk juga tali-temali yang mengikat layar dan tiangnya. KRI Des Alwi mendekat, beberapa awak kapal bersenjata lengkap diminta sang komandan naik ke atas kapal misterius yang ukurannya 1,5 kali lebih besar daripada kapal korvet tersebut. Para awak yang sukses naik ke atas dek kapal mendapati lantai dek kapal kuno ini licin oleh lumut dan air hujan, jelas sekali tak pernah dibersihkan selama bertahun-tahun. Senapan mereka siaga memeriksa setiap sudut yang tampak, hanya untuk mendapati bahwa kapal ini benar-benar kapal hantu, tak ada satupun orang yang tampak di atas kapal ini.

Sementara itu di atas ruang kemudi KRI Des Alwi, jurumudi kapal mengomentari temuan mereka kali ini, "Mayor! Perasaan saya tidak enak! Seumur-umur saya jadi Angkatan Laut baru sekali ini saya temui barang seperti ini. Apalagi ini kapal Eropa yang harusnya tidak berlayar lagi.

Sang komandan kapal hanya manggut-manggut. Indonesia memang punya kapal layar yang masih memakai tiang dan angin sebagai penggeraknya yakni KRI Bima Suci, kapal layar latih yang menggantikan KRI Dewa Ruci, tapi Bima Suci pun ukurannya tak sebesar kapal ini.

Sementara itu sejumlah awak yang masih bersiaga di atas dek Des Alwi mengamati bagian samping badan kapal, mencoba mencari-cari tulisan atau petunjuk apapun yang mengindikasikan nama kapal ini.

Lalu tiba-tiba saja bagian samping kapal tersebut menyorongkan moncong-moncong meriam kuno yang sudah berkarat dan tanpa peringatan tiba-tiba menembakkan isi meriamnya kepada KRI Des Alwi. Para awak KRI Des Alwi di dek yang tak menyangka ada serangan macam itu langsung saja tiarap namun lontaran meriam itu ternyata memecah menjadi pecahan-pecahan kecil, grapeshot istilah lamanya, sehingga langsung saja nyawa para prajurit di dek itu tak tertolong.

Sang jurumudi dan komandan kapal berhasil selamat dari serbuan grapeshot tersebut dan Sang Mayor langsung saja mengaktifkan pelontar roket untuk ditembakkan ke arah kapal itu meski tahu ada anak buahnya yang masih ada di dek kapal misterius itu.

Tapi aneh, sistem elektronik di kapal itu tiba-tiba mati dan pelontar roket tidak bekerja sebagaimana mestinya. Belum selesai masalah itu, tiba-tiba dari atas dek kapal misterius itu melompat sekumpulan makhluk ganjil. Makhluk-makhluk ini mengenakan seragam angkatan laut Eropa masa lalu berwarna biru namun yang membuatnya tampak horor adalah mereka adalah tulang yang bergerak tanpa daging dan otot.

Sang Mayor tidak tahu dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi, tapi sebagai komandan kapal ia tahu apa yang harus ia lakukan : menyelamatkan kapal dan sebanyak mungkin awaknya. Segera saja ia menyalakan mesin kapal secara manual karena sistem mesin elektroniknya mati kemudian mengambilalih kemudi karena tangan si jurumudi terluka akibat serangan grapeshot tadi.

"Mayday! Mayday! Di sini KRI Korvet Des Alwi 390, membawa 45 awak kapal! Mendapat serangan musuh tak dikenal! Mohon bantuan! Mayday! Mayday! This is vessel of Indonesian Navy, KRI Des Alwi 390, Corvet Type, 45 crews onboard! Attacked by unknown vessel! Need immediately assistant!" Sang komandan berusaha untuk menghubungi pangkalan atau KRI lain via radio namun ternyata antenanya tak berfungsi.

Mengetahui mereka sendirian, komandan KRI Des Alwi segera melesatkan kapalnya menjauh dari kapal terkutuk itu namun di luar dugaan, kapal setan itu kini mengembangkan layar dan tampak berusaha mengejar KRI Des Alwi. Sang komandan kapal menekan sirene tanda bahaya dan segera saja para prajurit AL yang ada di bawah geladak berlarian ke senapan-senapan mesin cadangan yang bisa dioperasikan manual di bagian belakang kapal guna menangkal serangan musuh. Sebagian yang lain naik ke atas dek dan mulai bertempur dengan para prajurit tengkorak itu.

KRI Des Alwi menambah kecepatannya menjadi kecepatan penuh, 30 knot atau sekitar 55,56 kilometer per jam. Sebuah kecepatan yang sangat cepat untuk ukuran kapal laut yang rata-rata berjalan pada kecepatan 18 knot.

Sang Mayor melirik ke belakang dan mendapati kapal setan itu masih saja mengejarnya. Tak bisa dipercaya! Kapal kuno macam itu harusnya hanya bisa berlayar dengan kecepatan 5-8 knot! Si Mayor mulai bertanya-tanya apa benar ini De Vliegende Hollander alias The Flying Dutchman yang sering dikisahkan dalam cerita horor itu? Sebab jika bukan, penjelasan apa lagi yang bisa menjelaskan ada kapal tua penuh kerak seperti itu bisa adu tanding kecepatan dengan kapal modern macam KRI Des Alwi?

Sang Mayor mencoba melakukan kontak dengan pangkalannya di Tarakan, tapi tak ada jawaban. Pemindaian menunjukkan bahwa radar kapal rusak akibat tembakan meriam tadi. Tak ada jalan lain, KRI Des Alwi harus cepat-cepat sampai di Tarakan jika tidak ingin mereka tenggelam atau terbunuh semua awaknya oleh kapal setan itu. Kesimpulan ini dapat diambil Si Mayor setelah melihat beberapa anak buahnya tak mampu menangani satu tengkorak hidup yang sudah terlanjur mendarat di atas Des Alwi itu. Akhirnya dengan nekat dua prajurit AL menceburkan diri di laut bersama prajurit tengkorak itu. Si Mayor sebenarnya ingin menghentikan laju Des Alwi pasca prajurit tengkorak itu tumpas supaya sisa prajurit yang terluka di atas geladak bisa kembali ke palka bawah. Tapi kapal setan itu masih mengejar jadi mau tidak mau, ia terpaksa membiarkan prajurit-prajurit yang terluka itu bersusah payah sendiri kembali ke palka bawah untuk mendapat perawatan.

Satu jam aksi kejar-kejaran itu akhirnya berakhir ketika KRI Des Alwi memasuki perairan Tarakan. KRI-KRI lain yang berjaga di Tarakan, ketika melihat Des Alwi memberi sinyal bahaya dengan lampu sorotnya, langsung bersiaga dan bersiap menembak apapun yang yang mengejar Des Alwi.

Tapi setelah sekian menit bersiaga, secara mengejutkan mereka tidak menemukan apapun yang hendak menyerang mereka. Bahkan kapal besar yang semula tampak di radar mereka hendak mendekati Des Alwi kini lenyap secara misterius.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top