The Historian and The Child of Riverbank - Kashuu Kiyomitsu
Fandom: Touken Ranbu © Pierre Sugiura
Character: Kashuu Kiyomitsu
OC + Author: queenofjoker_
· · ─────── · ─────── · ·
Kebijakan dari pemerintah ada yang berubah sejak adanya hubungan internasional dengan negara lain. Pasukan Pengubah Sejarah kini tidak menyerang sejarah Jepang lagi, tetapi juga sejarah dari negara lain. Saniwa belum memiliki kekuatan penuh untuk membangunkan setiap senjata, sehingga munculah sosok 'Saniwa' versi masing-masing negara untuk mempermudah pekerjaan.
Saniwa yang terpilih sebelumnya adalah Mizuki Akechi, seorang wanita yang memiliki kekuatan untuk mengubah para pedang legenda menjadi manusia yang memiliki pikiran, perasaan, dan kehendak, serta menyimpan kenangan bersama mantan tuan mereka. Baru Mizuki saja yang diketahui memiliki kekuatan itu, sementara yang lain belum tampak. Wajar saja, hanya sekitar 1% manusia yang memiliki 'anugerah' itu di seluruh dunia, jadi akan menyulitkan pekerjaan tiap pemimpin untuk mencari mereka.
Saniwa dan para tsukumogami itu tinggal di suatu tempat yang dinamai Honmaru atau Citadel. Tempat itu menjadi jantung atau pusat tinggal dari mereka, berbahaya jika Pasukan Pengubah Sejarah menyerang daerah itu. Tidak ada yang tahu tepat pastinya tempat ini berdiri, seakan Honmaru adalah tempat berdasarkan legenda atau mitos.
Kashuu Kiyomitsu berada di kantor Saniwa, duduk manis sambil mewarnai kuku-kuku jemari tangannya dengan kutek merahnya. Tidak ada larangan untuk siapapun berdandan di kantor tuan mereka, bahkan telah menjadi peraturan tidak tertulis. Asalkan Kashuu bisa menjaga kerapian dan tidak menjatuhkan botol kutek, Saniwa tidak akan marah. Mungkin efek karena Kashuu juga adalah pedang terlama yang menemani Saniwa.
Aktivitasnya terhenti ketika Yamanbagiri Kunihiro, rekan sesama touken danshi-nya, mengetuk pintu kantor dari luar. Saniwa tidak ada di dalam kantor, karena ada rapat dengan Heshikiri Hasebe, Shokudaikiri Mitsutada, dan beberapa lainnya. Sepertinya pedang mahakarya Horikawa Kunihiro itu tidak ikut terpilih untuk hadir dalam rapat, dengan alasan tertentu.
"Masuk saja! Aku di sini!" sahut Kashuu dari dalam kantor.
Yamanbagiri masuk ke dalam kantor, lalu netranya menatap ke arah Kashuu. Raut wajah datarnya berubah menjadi sedikit jengkel. Dia tidak mengenakan tudung putihnya lagi sejak minggu lalu pergi berkelana untuk berlatih kemampuan seni pedangnya dalam dua bulan lebih. Kashuu juga sempat keluar dari Honmaru (Citadel) untuk beberapa bulan karena berlatih dibawah Shinsengumi, sama seperti rekannya, Yamatonokami Yasusada.
"Bau kutek-nya menyengat sekali, awas dimarahi oleh aruji (tuan)," komentar Yamanbagiri, melipat kedua tangannya di depan dada.
"Iya, iya, bawel ah, rese~" Kashuu terkekeh.
"Aku kesini untuk menanyakan tugas kita nanti, tahu, kamu sudah dapat beritanya kan?"
Pertanyaan Yamanbagiri membuat Kashuu berhenti mengecat kuku kelingking tangan kirinya. Matanya kini menatap pemuda berambut kuning itu yang kini berjalan masuk dan duduk di sofa seberang. Saniwa tidak mengatakan apapun terkait misi berikut jika ucapannya benar. Kashuu masih yakin dia masih bertugas sebagai sekretaris, yang seharusnya mendapatkan informasi penting apapun lebih dahulu.
"Sebentar, kenapa kamu yang tahu lebih dulu? Aku kan masih menjadi sekretaris aruji!" protes Kashuu.
"Memang, tetapi katanya ada berita dadakan, jadi pesannya disampaikan melalui aku. Hachisuka, Mutsunokami, dan Kasen sedang sibuk dengan tugas mereka hari ini, dan kebetulan waktunya sedang tepat. Niatnya kesempatan ini dipakai untuk berlibur dengan cara yang berbeda, berdasarkan ide dari Ichigo Hitofuri, tetapi sedang dipertimbangkan," cerita Yamanbagiri.
Kashuu mengenyit, sebelum melihat ke arah kalender yang ada di atas meja kerja Saniwa. Pedang milik sang mantan pemimpin unit pertama Shinsengumi itu baru sadar bahwa libur musim panas di Negeri Sakura telah tiba, dan saatnya berlibur. Meskipun dalam status liburan, bukan berarti mereka bisa santai seenaknya karena Pasukan Pengubah Sejarah bisa datang kapanpun.
Pikiran Kashuu sudah pergi kemana-mana memikirkan liburannya bersama Saniwa. Tapi, mau tidak mau dia harus berbagi pengalaman dengan rekan-rekannya juga. Dia tahu kalau di Honmaru sudah ada seratus lebih touken danshi berkumpul, tidak mungkin Saniwa juga tipe yang suka pilih kasih. Satu sisi, Kashuu merasakan cemburu.
"Kashuu Kiyomitsu, kamu dengar ucapanku, kan? Apakah ucapanku jelas?" tanya Yamanbagiri.
"Iya, iya," jawab Kashuu datar.
Pembicaraan mereka terpotong ketika mengetahui Saniwa masuk ke dalam kantor. Raut wajahnya terlihat sangat lelah, tetapi dia berusaha untuk menyembunyikannya. Saniwa duduk di samping Kashuu, sebelum menyandarkan punggungnya dengan lemas. Wajahnya terlihat pucat, seperti sakit.
"Pemerintah ternyata memberikan pekerjaan tambahan padaku, pekerjaanku juga akan mencakup daerah Indonesia, negara tetangga kita. Pasukan Pengubah Sejarah ternyata diam-diam akan menyerang negara itu, lalu berusaha meng-alter sejarah mereka. Belum lagi, urusan sejarah di sana juga lebih ruwet," curhat sang Saniwa- Mizuki.
"Tunggu, di sana tidak ada 'Saniwa' atau apa, begitu?" tanya Kashuu, mengernyitkan dahi nya.
Mizuki menggelengkan kepalanya. "Aku juga dulu lahir di Indonesia, dengan nama yang berbeda. Maksudku juga, ya, aku lahir blasteran Jepang-Indonesia, dan saat ini belum ada 'Saniwa' yang melindungi wilayah itu. Jadi, aku menjaga dua Honmaru, seperti itu. Kalian juga bisa bertemu dengan touken danshi baru dari negara itu, bukankah itu terdengar menarik dan melelahkan?" lanjut Mizuki, sebelum tertawa lemah.
"Tapi, aruji-" Yamanbagiri kali ini berusaha untuk protes, tetapi Mizuki menggeleng.
"Tidak, aku tidak mau kalian terlalu memikirkan kondisiku sekarang. Aku akan mengirimkan dua pesan kepada kalian, lalu kumpulkan para touken danshi di halaman Honmaru," Mizuki beranjak dari sofa dan mengambil dua gulungan kecil dari rak mejanya.
_________________
Sesuai perintah, Yamanbagiri dan Kashuu menggunakan bel untuk mengumpulkan rekan-rekannya.
"Jadi, hari ini kita ada misi spesial dari Saniwa, dan kami yang membawakan pengumumannya. Jangan ada yang mengomel," ucap Kashuu, mengangkat gulungan kecil itu di tangannya.
Hasebe sudah keburu baper duluan. Kasihan sekali.
Kashuu membuka gulungannya lebih dahulu, dan melihat tulisan 'survei' berwarna hitam. Di bawah tulisan itu terdapat enam orang terpilih yang ikut dalam survei. Biasanya jika survei terjadi, tidak akan ada pertarungan.
"Tim survei hari ini ke... hah, Indonesia?" Kashuu memicingkan mata, "Sebentar, sebentar, kenapa-"
"Selesaikan penjelasanmu terlebih dahulu, Kashuu Kiyomitsu, protesnya belakangan," komentar Yamanbagiri.
"Ehem, iya, maaf. Tim survei hari ini adalah Mikazuki Munechika, Ishikirimaru, Iwatooshi, Imanotsurugi, Kogitsunemaru, dan aku, sebagai pemimpinnya. Tim survei akan berangkat dengan tim Garda Depan, dan akan disampaikan oleh Yamanbagiri Kunihiro," jelas Kashuu.
Setelah itu, Yamanbagiri membukakan gulungan yang ada di tangannya. Seperti ucapan Kashuu, tim Yamanbagiri akan menjadi tim Garda Depan. Timnya terdiri dari Heshikiri Hasebe, Tsurumaru Kuninaga, Higekiri, Hizamaru, dan Ichigo Hitofuri. Menurut catatan dari gulungan itu, tim akan berangkat bersama-sama, jadi sebenarnya tim Garda Depan dan tim survei dibagi menjadi dua.
Mesin teleportasi yang biasa digunakan juga sepertinya telah dikembangkan. Dari fisik mesinnya tidak terlihat yang berbeda, tetapi jangka waktu dan lokasinya ada yang ditambahkan ke dalam mesin itu. Selain itu, Mizuki juga telah menunggu kedua tim di depan mesin teleportasi, dan ternyata telah bersiap-siap lebih duluan tanpa ada yang mengetahui.
__________________
Mizuki duduk di atas salah satu reruntuhan candi, menatap ke arah langit yang berwarna oranye. Untuk kali pertama, Saniwa sepertinya turun ke dalam misi, yang seharusnya berada di Honmaru dan mengerjakan tugasnya. Kepergiannya kini digantikan oleh sekretarisnya yang lain, Yamatonokami Yasusada, untuk menjaga Honmaru dan mengurusi beberapa berkas, tentunya dibimbing oleh kudagitsune yaitu Konnosuke.
Dia membawa kedua tim ke sekitar 850 Masehi, dan menurut catatan sejarah Indonesianya, tahun itu merupakan tahun pembuatan Candi Prambanan di daerah Yogyakarta. Entah apakah legenda itu benar atau tidak, Mizuki sendiri tidak yakin, karena ketidaklengkapan catatannya. Sekarang sudah susah untuk mendapatkan sejarahnya, mengingat dia lahir pada tahun 2180-an, dan bisa saja catatannya ada yang berubah tanpa sepengetahuannya.
Atensinya teralihkan oleh Kashuu yang mendekatinya. Hanya dia saja yang datang, tidak ditemani oleh lainnya. Anggota tim surveinya sendiri malah bermain di sekitar sana, entah sedang apa.
"Kashuu, bagaimana perasaanmu di tempat yang berbeda dari tanah kelahiranmu?" tanya Mizuki, lalu dia tersenyum tipis.
"Disini dingin, suasananya juga aneh. Bukan karena Pasukan Pengubah Sejarah, sih, tapi ya, aruji tahu sendiri lah. Aku juga baru pertama kali melihat bangunan-bangunan aneh ini. Cantik, sih, tapi ya, hum..." cerita Kashuu, menggaruk tengkuknya.
Mizuki menepuk-nepuk batu di sampingnya, memberikan tanda kepada Kashuu untuk duduk di sampingnya. "Sini, duduk manis di sampingku. Aku ingin cerita," ucapnya tenang.
Kashuu tidak dapat protes. Dia duduk di samping Mizuki, tepat di atas salah satu batu besar. Setelah itu, dia melihat para pedang karya Sanjou Munechika sedang bermain-main di dekat Candi, tanpa merusaknya. Seperti biasa, Imanotsurugi diangkat di atas bahu Iwatooshi supaya menjadi tinggi. Suara mereka sangat samar sehingga Kashuu tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan.
Jarang sekali bisa melihat suasana seperti itu di tengah misi.
"Kamu tahu alasan kenapa aku memilih menjadi 'Saniwa'- um, istilah untuk sementara waktu- di negara ini, Kashuu?" tanya Mizuki tiba-tiba.
"Kenapa, aruji?" tanyanya kembali.
"Sebenarnya jawabannya mudah sih, di antara jawaban lainnya," Mizuki terkekeh, "karena aku mencintai sejarah negaraku sendiri."
Kashuu terdiam sejenak, mencoba mencerna ucapan dari Saniwa. Dia terlihat sangat kebingungan dengan kalimatnya.
"Sejak dulu, aku memang suka mempelajari sejarah dan legenda, apapun itu, dari benua manapun. Tetapi, aku tidak tahu mana yang benar, mana yang salah. Sementara itu, orang-orang yang ada di zaman itu telah tiada, dan catatannya entah ada di mana. Sekolahku tidak mengajarkan sejarah negaraku sendiri sampai aku pindah ke Jepang dan menjadi Saniwa. Bertemu dengan kalian sebagai saksi bisu sejarah, adalah suatu kehormatan bagiku. Pengalaman kalian bersama dengan para tuan kalian, baik yang hanya menjadi dekorasi ataupun ikut turun ke dalam medan perang, mau mantan tuan kalian baik atau kejam, justru menyenangkan untuk disimak."
Pedang pertama milik Okita Souji itu melihat ke arah Mizuki. Dia tidak menduga jawaban seperti tadi keluar dari bibir tuan barunya. Sekompleks itukah isi pikiran tuannya? Kashuu tidak yakin jelas, sampai kapanpun dia tidak akan bisa memahami isi pikiran Mizuki.
"Tapi, aruji, masa laluku tidak pantas untuk dipelajari. Aku juga rusak patah ketika menemani Okita-kun di Penginapan Ikeda," komentar Kashuu.
"Justru itu aku jadi memahamimu. Kamu 'lahir' di dalam lingkungan yang kotor, kamu menginginkan kasih sayang, kamu terlantar begitu saja oleh Okita Souji dan digantikan oleh Yamatonokami Yasusada. Aku jadi paham jelas mengapa kamu justru yang menjadi pedang pertamaku dan pedang yang harus kusayangi, dan aku punya argumentasi kuatnya," balas Mizuki lagi.
Mizuki mengeluarkan sebuah tabung kecil dari tas selempang yang dia kenakan, lalu menekan sebuah tombol yang ada. Dari tabung itu, muncul layar transparan berukuran besar yang melayang di atasnya. Di layar itu terdapat gambar sebuah buku tebal dengan sampul berwarna gelap. Kashuu tidak dapat membaca tulisan di depan buku itu. Tetapi, dia yakin bahwa buku itu adalah buku sejarah, sama seperti buku-buku yang ada di rak dalam kantor Saniwa. Kashuu pernah melihat buku yang mirip-mirip di rak buku ketika sedang membersihkan debu dari sana.
"Buku ini adalah buku yang nenekku berikan, lebih tepatnya milik buyutku. Bukunya masih dipakai sampai generasiku, di sekolahku dulu, tapi karena teknologi sudah maju, catatan di buku ini dimasukan dalam bentuk digital. Percayalah, ini buku sejarah Indonesia yang disingkat, gabungan dari 700 lebih buku, tetapi masih sangat berkualitas."
"Tujuh...ratus buku sejarah?" Keheranan Kashuu dibalas dengan anggukan kepala dari Mizuki.
"Benar, dan ini sejarah modernnya. Tidak semua sejarah dalam negara ini dapat diceritakan dalam satu buku ini," setelah itu, Mizuki menekan tombol itu lagi, mematikan layar tadi, "mempelajari sejarah, ya, selain penjelasan tadi, kurasa juga tidak mengulangi kesalahan yang pernah terjadi. Kita tidak bisa mengubah sejarah, tetapi bisa merubah masa depan."
"Aruji, kamu mengatakan bahwa kami melindungi sejarah untuk membuktikan cinta kami pada mantan tuan kami, kan? Aruji selalu mengatakan itu sejak awal, tahu~"
Keduanya tertawa kecil. Mizuki sepertinya sudah banyak memberikan ceramah yang sama berulang kali, sampai tidak terhitung lagi. Kashuu juga pasti sudah hafal apa yang tuan barunya akan bicarakan, dan kalimat itulah yang menjadi penghiburan untuk hatinya.
Baginya, Mizuki ada benarnya. Mengubah sejarah, dalam kasusnya adalah mengubah jalan hidup Okita Souji, justru memperburuk situasi. Pada akhirnya juga, dia akan mati. Kashuu juga tetap ditinggalkan olehnya. Mungkin yang paling terpukul atas kematiannya adalah Yasusada, karena sampai pertempuran Toba-Fushimi, dia ada di sisinya sampai sang kapten unit pertama Shinsengumi menghembuskan nafas terakhirnya. Kashuu yakin bahwa ceramah Mizuki membuat Yasusada juga ikut sadar.
"Oh, ya, kamu pasti berpikir alasan dibalik aku memilih tempat survei ini," ucap Mizuki tiba-tiba. Kini dia beranjak berdiri di atas batu besar yang dia duduki tadi.
"Memberikan impresi baik terhadap tanah kelahiranmu, aruji?" tebak Kashuu.
"Salah satunya, sedikit melenceng. Aku lahir di daerah timur di pulau ini. Kita di tempat yang berbeda, tempat yang akan menjadi daerah kesultanan dan berbeda di antara provinsi lainnya," sahut Mizuki, tanpa melihat ke arah Kashuu. Kedua netranya kini memandang langit yang makin menjadi gelap.
Suasana menjadi jauh tidak enak. Langit menjadi gelap, tanpa malam telah tiba. Hembusan angin membuat suasana di sekitar mereka agak mengerikan.
"Aruji, apa yang terjadi? Apakah Pasukan Pengubah Sejarah telah tiba?" Kashuu ikut berdiri, dan memegang erat pegangan uchigatana-nya.
"Tidak, ini adalah momen paling penting di dalam sejarah candi ini. Malam ini adalah malam dimana seorang raja dari Kerajaan Pengging, yaitu Bandung Bondowoso, membuat seribu candi untuk seorang putri bernama Roro Jonggrang, dengan bantuan dari para jin peliharaannya. Aku merasakan Pasukan Pengubah Sejarah berniat untuk melakukan tindakan buruk, tetapi aku serahkan tugas itu pada tim Yamanbagiri," jelas Mizuki, langsung menahan tangan Kashuu.
"Sebentar, maksudmu raja itu membangun seribu candi dalam semalam ini? Apakah itu terdengar seperti fiksi, aruji?"
"Jika sejarah- ah, bukan, legenda, berkata demikian, maka kita harus buat ceritanya seperti aslinya. Meskipun sejarah negara ini ada yang seperti... ya, cerita khayalan, tetapi percayalah, hal-hal mistis sering terjadi dan bahkan awam," Mizuki melihat ke arah Kashuu, "kamu tahu aku punya keris yang selalu kusimpan di obi ku, kan? Belati itu sebenarnya sudah lama dikaitkan dengan hal mistis."
Setelah penjelasan Mizuki berakhir, kelima dari anggota keluarga Sanjou kembali bertemu Mizuki dan Kashuu. Mereka tidak diturunkan untuk perang karena tugas telah ditangani oleh tim lain.
"Aruji-sama, apa yang terjadi di sini? Suasana di sini jadi tidak mengenakan~" tanya figur yang paling kecil- Imanotsurugi.
Mizuki tersenyum masam mendengar pertanyaan Imanotsurugi. "Kemarilah, biar kuceritakan tentang apa yang seharusnya akan terjadi di sini."
_________________
"Aruji, apakah kamu ada niat untuk membawa kami jalan-jalan lagi ke tempat ini?"
Pertanyaan Kashuu tiba-tiba mengejutkan Mizuki. Sesuai perintah dan arahan Mizuki, ketujuhnya setuju untuk mempermudah misi mereka, yaitu membentangkan kain berwarna merah, oranye, dan kuning di ufuk timur untuk membuat suasana matahari akan terbit. Tadinya mereka menguping rencana Roro Jonggrang dengan para pelayannya untuk menghancurkan niatan Bandung Bondowoso mendirikan seribu candi. Imanotsurugi dan Iwatooshi membantu para pelayan untuk menumbuk padi di lumbung.
"Hum, rencananya aku ingin mengajak kalian jalan-jalan bertemu Sultan Agung, salah satu penguasa yang hebat. Sekalian aku ingin tahu dimana terakhir kali kerisnya berada, sebelum aku memanggilnya pulang nanti. Ada beberapa tombak, keris, dan senjata lainnya yang kudapatkan dari para orang hebat, tetapi aku tidak yakin tekniknya sama seperti kalian para touken danshi," jelas Mizuki, sementara itu dia melipat kain polos berwarna oranye di pangkuannya.
"Jadi di negara ini punya banyak kerajaan?" celetuk Iwatooshi.
"Benar, dan dulu, tidak ada yang namanya 'Indonesia'. Nama itu justru diberikan jauh setelah masa kerajaan berakhir," tanggap Mizuki.
Begitu Mizuki selesai melipat kain yang tak terpakai, dari kejauhan terdengar teriakan amarah seorang laki-laki. Suara teriakan itulah menandakan bahwa tugas mereka telah selesai, dan berjalan seperti seharusnya. Tindakan mereka terlihat curang, tetapi mau bagaimana lagi jika alur legendanya seperti itu.
"Seperti yang kuceritakan, Roro Jonggrang akhirnya dikutuk menjadi candi yang keseribu, dan begitulah~" komentar Mizuki, menatap Kashuu dan timnya bergantian. Mereka semua telah berkumpul setelah menyelesaikan tugas masing-masing.
"Sangat disayangkan, putri itu seharusnya bisa berpikir lebih jauh lagi tentang keputusannya," komentar Ishikirimaru, sang pemegang pedang ootachi.
"Makanya aruji tidak mengizinkan kita berbohong, apapun yang terjadi. Bahkan beberapa kali aruji memberikan kita waktu cukup untuk memikirkan keputusan kita hingga matang," sahut Kashuu.
__________________
Berakhirnya misi menandakan jalan-jalan mereka telah selesai. Unit milik Yamanbagiri telah melaksanakan tugas mereka dengan sangat baik, sesuai dengan arahan dari Saniwa mereka. Mereka tidak terlalu paham dengan cerita yang terjadi, sehingga di ruang reparasi, cerita legenda tadi diteruskan dari para Sanjou.
Kashuu Kiyomitsu duduk di teras depan ruang reparasi, bersebelahan dengan Yasusada dan Mizuki. Dia hanya sekadar menemani rekan-rekannya yang terluka, dan sambil menunggu giliran, mereka bertukar cerita di masing-masing pihak. Yasusada tadinya ikut membantu untuk mengantarkan obat-obatan dari kamar Yagen. Sementara itu, Kashuu sedang mengecat kukunya dengan warna merah yang lebih terang sedikit.
"Kashuu, kamu tidak akan keberatan kan menjadi soutaichou (pemimpin dari pemimpin) di Honmaru ini maupun 'Citadel' baru nanti? Mau bagaimanapun, aku juga butuh kebijaksanaanmu sebagai tangan kanan," tanya Mizuki.
"Haa~? Aruji, kamu tidak salah pilih? Aku adalah anak di tepi sungai. Aku tidak mungkin bisa tahu informasi-informasi rumit seperti aruji. Kita bagaikan langit dan bumi- aruji terlalu cerdas, bahkan melampaui siapapun di sini," jawab Kashuu sekenanya.
"Memelajari sejarah dan legenda seperti tadi tidak mengenal usia, tahu? Siapapun bisa memelajarinya. Semakin banyak kamu tahu, semakin kamu akan berhati-hati dalam melakukan tindakanmu," timpal Mizuki, mengernyitkan dahinya kesal ke arah Kashuu.
"Iya, iya, maaf-"
"Oh, satu lagi. Aku tadi ikut dengan kalian karena mencari inspirasi untuk desain Honmaru nanti di Indonesia. Bagaimana menurutmu tadi? Atap candinya keren, kan?" tanya Mizuki bertubi-tubi.
"Iya, nanti ngomongnya ah, kuku ku lagi rusak nih!"
"Nggak ada hubungannya, Kashuu Kiyomitsu!!"
Sekali lagi seorang Saniwa dan sekretaris alias tangan kanannya kembali berkelahi, seperti sedia kala. Pemandangan ini sudah wajar terjadi, apalagi yang sudah lama tinggal di Honmaru. Tampaknya Hasebe dan Yasusada sekali lagi harus menghentikan pertengkaran mereka, entah untuk keberapa kalinya.
· · ─────── fin ─────── · ·
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top