Dirgantara - Tsukishima Kei

Fandom: Haikyuu!! © Haruichi Furudate
Character: Tsukishima Kei
OC + Author: Arisacrlight

· · ─────── · ─────── · ·

Sunday Morning Market sudah mulai ramai, padahal hangat mentari belum sepenuhnya menyapu kulit. Embun sisa perayaan alam menyambut pagi masih tersisa di ujung dedaunan, dan Raya Wasesa amat menikmati semua itu. Suasana Jogja selalu ramah, kota yang telah jadi bagian dari perjalanan hidupnya. Di samping gadis itu, Tsukishima Kei berjalan dengan headset melingkari leher, sementara dua tangan dimasukkan ke saku jaket.

Pasangan kekasih tersebut memang sudah janjian habiskan waktu bersama di akhir pekan. Kuliah libur, tugas Kei sudah beres, dan Raya tidak ada kerja kelompok. Jadilah mereka berdua pergi ke Sunmor dengan sepeda motor. Kei awalnya menawarkan mobil Akiteru untuk dipakai, namun Raya mengusulkan naik motor saja. Toh dia jadi bisa lebih dekat dengan sang pacar—hal yang diam-diam Kei senangi karena ia tahu hanya kepadanya lah Raya benar-benar clingy.

Kabut pada angkasa mulai terangkat, dan warna biru pun tumpah di sana. Ditemani terik mentari yang merajai dirgantara, Raya tarik lengan Mas Pacar ke salah satu pedagang. Dahi Kei otomatis mengernyit saat tahu apa yang hendak dibeli sang kekasih.

"Masih pagi, jangan es," ujarnya.

Tapi Raya sudah lebih dulu bilang mau beli sepotong es goreng pada bapak-bapak pedagang. Gadis itu melempar cengiran pada Kei, "Cuma sedikit aja, kok."

Kekasihnya geleng-geleng pelan, tahu bahwa Raya tak akan bisa ditahan. "Oke, tapi sebelum makan esnya kamu kudu ganjal perut dulu."

"Otak-otak mercon?"

"Bukan yang itu, anak ayam."

Interaksi mereka rupanya diperhatikan oleh sang penjual. Pria itu tersenyum pada Kei seraya menunjuk ke arah Raya, "Adeknya, Mas?"

Baik Kei maupun Raya sama-sama mengerjap. Belum sempat cowok berkacamata itu menjawab, sang pedagang sudah melanjutkan, "Manis banget."

Kei lempar lirikan pada Raya yang memerah pipinya—antara tersipu, tapi sepertinya lebih ke upaya menahan tawa—dan sang pemuda pun memilih lontarkan jawaban singkat, "Haha, iya, Pak. Bandel anaknya."

Bersamaan dengan itu, es goreng pesanan Raya selesai dibuat. Sang gadis menyodorkan uang dan mengucap terima kasih, kemudian balikkan badan dan jajarkan langkah dengan Kei.

"Jangan dimakan dulu esnya," cowok pirang itu mengingatkan.

Raya, yang pada dasarnya rada iseng pun membalas, "Iya, Kakak."

Yang dipanggil begitu berusaha untuk bersikap biasa saja, meski kelereng cokelat emas jelas tak mau mengarah pada Raya. Tapi pacar manisnya tak menyerah, kini tarik ujung jaket sang lelaki, sengaja keluarkan rengekan manja, "Kak Kei~"

Sosok dengan usia tiga bulan lebih tua tak sanggup lagi. Kei berbalik, satu tangan terarah guna mencubit gemas pipi Raya, "Berisik banget, anak ayam. Mau dicium, hm?"

'Mau,' Raya ingin jawab begitu, tapi tidak terlaksana sebab dia tahu Kei mampu lakukan ancamannya. Lagipula mereka masih di Sunmor, dan Raya tak yakin sanggup menahan malu bersama degup jantung bertalu-talu. Jadi gadis itu melepaskan cubitan Kei di pipinya sambil tertawa, maju ke depan untuk memeluk lengan pacarnya.

"Ayo jalan lagi! Nanti es gorengnya keburu cair."

"Enggak boleh otak-otak mercon."

"Iyaa, sate pentul, deh."

"Gitu, dong."

Langkah mereka berdua kembali membelah jalan, berpayung dirgantara biru muda yang turut bahagia akan kisah Minggu pagi sepasang anak manusia mabuk asmara.

· · ─────── fin ─────── · ·

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top