Prolog
Gadis kecil itu mengerjapkan mata berkali-kali, menatap bunga kecil yang dijalin melingkar di jari manis tangan kanannya. Sementara angin sore itu mempermainkan rambut yang dikuncir ekor kuda, membuatnya berkali-kali harus menepis poni yang jatuh menutupi mata.
"Ini apa?" tanyanya, sambil mengangkat kepala dan menyorongkan punggung tangan kecilnya ke hadapan wajah seorang lelaki kecil yang sedang tersenyum-senyum malu dengan wajah memerah.
"Itu artinya kita menikah!" sahut yang ditanya dengan bersemangat.
Gadis itu merengutkan wajah tidak mengerti. Diariknya tangan dan kembali menatap lingkaran bunga berwarna putih yang masih tersemat di jemari.
"Menikah itu apa?" tanyanya lagi masih tidak paham.
Si lelaki kecil mendengkus agak kesal.
"Aduh!" keluhnya. "Susah kalau punya istri masih umur lima tahun!" sungutnya sambil mencebikkan bibir masam. Merasa kesal karena lawan bicaranya tidak paham, tapi sekaligus berusaha lapang dada karena gadis kecilnya lebih muda tiga tahun di bawahnya.
"Istli itu apa?" tanya si gadis kecil lagi dengan lafal yang cadel. Maksudnya mau bertanya apa maksud dari kata istri.
"Apa, ya?" Lelaki kecil itu justru balik bertanya.
Bukannya memikirkan jawaban yang tepat, dia malah mendudukkan diri di hamparan rumput hijau yang sejak tadi menjadi alas kaki mereka. Dilipatnya kedua kaki, dirapatkan sampai ke dada untuk dapat memeluk keduanya dengan nyaman. Matanya menatap langit yang senjanya mulai turun. Kemerahan dengan warna yang cantik dan menarik.
"Apa, Kak?" Si gadis mendesak. Mendudukkan diri di samping si lelaki, sambil mengguncang-guncang pundak tidak sabaran.
Yang dipanggil Kakak, menghela napas pendek. Matanya masih menatap lembayung yang semakin turun.
"Istri itu, seseorang yang harus dijaga. Dilindungi," gumamnya.
Gadis manis dengan mata penuh binar itu, menghentikan guncangannya di pundak. Menyimak dengan tertarik.
"Seseorang yang enggak boleh disakiti," tambah si Kakak. Kemudian, dia menoleh ke arah gadisnya yang sedang menunduk menatap rerumputan di ujung kaki.
"Jadi jangan khawatir...," bisiknya. "Orang jahat itu enggak akan bisa jahatin kamu lagi. Aku enggak akan biarin. Janji!"
Gadis itu mengangkat kepala, menatap lawan bicara dengan mata berkaca-kaca.
"Kalau begitu, kenapa Kakak enggak nikah sama Mamaku juga? Kami beldua." Dia mulai merengek.
"Maaf ...." Lelaki kecil, menggeleng. "Tentang Mamamu, aku enggak bisa," imbuhnya menyesal.
Si gadis mulai menangis.
"Aku mau Mama!" isaknya.
Dengan sigap ditariknya tangan si gadis, menggengamnya kuat-kuat. Berusaha mengalirkan kekuatan agar si manis segera menghentikan tangis. Tapi yang ada, tangisan malah semakin keras.
"Renata," panggilnya gusar. "Jangan menangis. Semua sudah selesai. Jangan menangis lagi ya, Istriku. Aku janji, enggak ada lagi yang akan bisa nyakitin kamu."
- little wife -
Bagaimana prolognya? 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top