1. Once In A Blue Moon

Pernah tidak, saat sedang membaca buku atau menonton film, kalian menjumpai kalimat once in a blue moon?

Once in a blue moon, atau dalam bahasa indonesia dapat diterjemahkan menjadi suatu ketika di bulan biru, merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan hal-hal aneh, ganjil dan jarang terjadi.

Lalu, apa sih maksud dari bulan biru?
Apa benar bulan memang bisa berwarna biru?


1. Bulan biru adalah bulan purnama.

Meski disebut demikian, ternyata fenomena bulan biru tidak ada hubungannya dengan warna bulan itu sendiri.

Mengutip dari ilmugeografi.com, bulan biru merupakan istilah yang merujuk pada bulan purnama tambahan, di mana dalam 1 tahun biasanya memiliki 12 bulan purnama. Istilah bulan biru ini diterapkan pada bulan purnama keempat dalam satu musim, yang sewajarnya hanya memiliki 3 bulan purnama. Peristiwa ini terjadi dalam dua atau tiga tahun di daerah beriklim subtropis.

Rata-rata 1 siklus bulan adalah 29,53 hari. Ada 365,24 hari dalam setahun, maka dari itu ada 12,37 siklus bulan dalam satu tahun (hasil dari pembagian 365,24 dengan 29,53.) Seperti tahun kabisat (tahun dengan 366 hari), di mana kelebihan 0,24 hari dalam 4 tahun menghasilkan satu hari tambahan, kelebihan 0,37 dari siklus bulan akan menghasilkan satu bulan purnama ekstra dalam 2 atau 3 tahun. Bulan purnama tersebut akan muncul pada salah satu dari empat musim. Nah, peristiwa inilah yang disebut bulan biru.

Namun, pernah terjadi kekeliruan pada artikel yang ditulis oleh James Hugh Pruett dalam Sky and Telescope (Maret 1946.) Penulis melakukan kesalahan terjemahan, sehingga bulan biru diartikan sebagai bulan purnama kedua dalam satu bulan. Berdekade-dekade kemudian, kesalahan tersebut mulai terasa wajar. Dan bulan biru hingga kini mempunyai arti ganda.


2. Saat bulan benar-benar berwarna biru.

Meski fenomena bulan biru ternyata tidak berwarna biru, jangan kecewa dulu, ya. Dalam kondisi tertentu, kita memang bisa melihat bulan berwarna biru, loh! Asal syaratnya bisa terpenuhi.

Syarat untuk menjadikan bulan tampak berwarna biru adalah memenuhi atmosfer dengan banyak partikel yang berukuran sedikit lebih lebar dari gelombang cahaya merah (0,7 micron.)

Kedengaran sedikit mustahil, ya? Namun, kadang-kadang gunung berapi menghasilkan partikel debu yang bersifat demikian. Begitu pula kebakaran hutan.

Namun, kalau sudah berurusan dengan letusan gunung berapi dan kebakaran hutan, yakin masih mau melihat bulan biru?

Sebagai contoh, pada tahun 1950 dan 1951, telah terjadi kebakaran hutan besar di Swedia dan Kanada. Partikel asap dan debu yang dihasilkan oleh peristiwa tersebut naik ke atmosfer dan memanipulasi warna bulan sehingga tampak berwarna biru.

Di tahun 1883, ketika Gunung Krakatau mengalami erupsi, abu vulkanik tersebar ke seluruh dunia dan menyebabkan bulan terlihat berwarna biru. Tidak hanya terjadi dalam hitungan hari, peristiwa tersebut bertahan hingga 2 tahun. Hal serupa juga terjadi pada tahun 1980 ketika Gunung St. Helens meletus, tahun 1983 saat terjadi letusan Gunung El Chichon di Meksiko dan 1990 saat letusan Gunung Pinatubo.

Pada tanggal 23 september 1950, terjadi kebakaran di rawa Amerika Utara, di mana asapnya telah mengepul selama beberapa tahun di Alberta, Kanada. Akibat dari kebakaran itu, tidak hanya bulan yang tampak berwarna biru, tapi matahari juga terlihat berwarna ungu.

3.  Mitos tentang bulan biru.

Hampir tidak ditemukan mitos-mitos di dunia mengenai bulan biru. Namun, bagi para penggemar mitos bulan atau lunatic, bulan purnama selalu menimbulkan hal-hal aneh di bumi. Dengan kata lain, bulam biru hanya berbagi mitos dengan bulan purnama.

Salah satu cerita yang paling terkenal mengenai bulan adalah tentang kemunculan manusia serigala atau werewolf saat terjadi bulan purnama. Mitos ini berasal dari Benua Eropa dan hingga sekarang, mitos tersebut masih sering diadaptasi menjadi bacaan atau film.

Banyak ilmuan di berbagai belahan dunia mencoba mencari kebenaran tentang mitos bulan purnama. Dan hasilnya, beberapa mitos yang berbau takhayul berhasil dipatahkan oleh para ilmuan.

Sebagai contoh, pada zaman dahulu orang-orang Eropa percaya bahwa kejang-kejang yang terjadi mendadak saat bulan purnama disebabkan oleh gangguan setan. Namun, penelitian di jurnal Epilepsy & Behavior di tahun 2004 menyatakan kejang adalah tanda dari penyakit epilepsi. Lebih lanjut, penelitian tersebut juga tidak menemukan hubungan antara epilepsi dengan bulan purnama, meski tidak sedikit pasien yang menyatakan serangan epilepsi terjadi saat bulan penuh muncul.

Di sisi lain, dalam penelitian Universitas Colorado dilaporkan bahwa jumlah pasien rumah sakit hewan meningkat pada malam bulan purnama. Peningkatannya terjadi sebanyak 23 persen untuk kucing dan 28 persen untuk anjing.

Apakah itu mengindikasikan hewan lebih mudah sakit saat bulan purnama dan bulan biru? Ilmuwan Universitas Colorado memilih untuk menjawab tidak.

Peningkatan jumlah hewan yang terluka atau sakit saat bulan purnama dikatakan terjadi akibat kesalahan si pemilik. Saat bulan bersinar terang, pemilik hewan dilaporkan banyak membawa piaraan mereka keluar rumah untuk jalan-jalan. Hal itulah yang meningkatkan resiko kecelakaan pada hewan.

Masih seputar hewan, dari beberapa data di jurnal Medis Inggris pada tahun 2001, diketahui jumlah gigitan hewan pada dokter akan meningkat pesat saat bulan purnama. Kenaikannya bahkan sempat dikatakan hingga 2 kali lipat.

Namun, hal itu dibantah oleh penelitian dari Australia. Dari penelitiaan itu disimpulkan bila angka gigitan hewan (terutama anjing) relatif sama di setiap malam, di bulan purnama sekalipun.

Yang terakhir, menurut Moonphase.info, salah satu mitos seputar bulan purnama yang paling banyak dipercaya orang adalah peningkatan jumlah orang gila dan kunjungan rumah sakit di malam itu.

Hal tersebut terbantahkan karena berdasarkan hasil dua penelitian di jurnal Psychiatric Services (2005) dan American Journal of Emergency Medicine (1996), tidak ada perbedaan antara jumlah kunjungan pasien di rumah sakit dan psikiater pada malam biasa dan bulan purnama.

Namun, terlepas dari semua mitos di atas, para ilmuwan menemukan adanya hubungam antara bulan biru dan tingkah laku manusia. Menurut Todd Ullery dari Davis Planetarium di Maryland Science Center, manusia cenderung menghindari bulan purnama karena terlalu terang. Purnama juga kadang menciptakan ilusi sehingga tidak ada bayangan sama sekali.

Sumber:

https://www.google.com/amp/s/ilmugeografi.com/fenomena-alam/fenomena-blue-moon/amp

https://m.liputan6.com/global/read/2283706/kisah-dan-mitos-bulan-biru-blue-moon

https://m.merdeka.com/teknologi/mengungkap-4-kejadian-mistis-di-balik-kemunculan-blue-moon.html

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top