Bagian 26

Hari Minggu merupakan penantian banyak orang, bisa terlepas dari segala kepenatan dan beristirahat sejenak sebelum kembali memulai beraktivitas seperti biasa. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk gadis yang masih menghadap laptop serta buku pelajaran Kimia. Teman Safira yang menjadi tutor belajar online-nya itu sama sekali tak memberikan jeda untuk sekadar beristirahat sebentar, padahal mereka sudah memulai belajar mengajar sejak dua jam lalu.

Bahkan, ketika Salsa izin meminum saja tidak diperbolehkan. Ia diwajibkan untuk memperhatikan secara serius, menjawab semua pertanyaan dengan cepat dan tepat, serta menjelaskan secara rinci materi yang sudah diberikan. Diam-diam gadis itu sering melirik jam yang berada di meja belajarnya, masih setengah jam lagi yang harus dilewati sebelum pelajaran berakhir.

Beruntung hari ini cuma satu pelajaran karena Bu Aliya-guru les online Salsa-harus menghadiri acara pernikahan temannya yang juga didatangi oleh Safira dan Bram, hanya saja kedua orang tua Salsa sudah pergi sejak tadi pagi karena sekalian ingin mengunjungi Rachel. Sehingga, saat ini ia berada di rumah sendirian dan bebas melakukan apa pun.

"Kita sudahi aja, ya, materi hari ini. Saya harus siap-siap dan berangkat sekarang karena takut macet. See you, Salsa. Have a nice day!"

Belum sempat Salsa menjawab, video Zoom Bu Aliya dimatikan dan keluar terlebih dahulu. Walaupun dirinya kesal, tetapi tak urung gadis itu girang karena sudah terbebas dari pelajaran yang memusingkan. Ia langsung mematikan laptop dan mengemaskan meja belajar, kemudian bersiap-siap untuk pergi sudah ada janji dengan Rey dan Fiona.

Berbekal alamat yang sudah diberikan Fiona, Salsa langsung menjalankan motornya ke sana. Bram memang sudah mengizinkan gadis berkemeja putih itu keluar dari rumah untuk membeli makan siang, tetapi kesempatan tersebut sekalian digunakan berkunjung ke rumah pacar dan temannya.

Hanya membutuhkan waktu lima menit Salsa sudah sampai di rumah Rey, bangunan minimalis itu terlihat cukup jika ditinggali oleh dua orang. Halamannya juga muat untuk menyimpan dua motor, tak ada taman pada masing-masing depan rumah karena komplek ini lumayan padat.

"Kak Rey!" panggil Salsa sambil mengetuk pintu yang tertutup rapat.

Tak lama kemudian Fiona keluar dan membukakan pintu, gadis itu masih menggunakan piayama tidurnya saat jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. "Masuk, Sal!" ujarnya.

"Makasih," balas Salsa. Ia melangkah mendekati sofa hitam yang berada di pojok ruangan, lalu duduk di sana sambil memandang Fiona yang salah tingkah karena ketahuan belum mandi.

"Aku panggilin Kak Rey dulu," ucapnya.

Fiona masuk ke ruangan lain yang tidak bisa Salsa lihat karena terhalang dinding, matanya menjelajahi seluruh ruang tamu ini. Ruangan dengan cat berwarna putih itu tampak nyaman, apalagi ketika angin sepoi-sepoi masuk lewat pintu yang sengaja dibuka sejak Salsa datang. Walaupun tidak besar, tetapi rumah ini mendadak menjadi impian gadis itu di masa depan. Ia memang tak menyukai bentuk rumah yang mewah seperti rata-rata perumahan di komplek tempat tinggalnya.

"Sal, udah lama?" tanya Rey basa-basi.

Sejenak Salsa tertegun melihat penampilan Rey, kaos hitam yang kontras dengan kulit putih laki-laki itu membuatnya berkali-kali lipat lebih ganteng. Hingga sebuah dehaman menyadarkannya, gadis yang duduk di sofa tersebut langsung memainkan tali tas selempang yang digunakannya.

"Baru aja, kok, Kak."

"Kenapa sampai repot-repot dateng ke sini? Padahal kamu tinggal chat dan kakak bisa langsung ke sana," tanya Rey.

Sebelum menyampaikan tujuannya datang, Salsa melihat ke arah ruangan sebelah. Rey langsung paham jika gadis yang berstatus sebagai pacarnya itu tidak ingin ada orang lain yang mendengar, ia langsung mengatakan, "Fiona lagi mandi, cerita aja."

"Aku gak tahu harus gimana lagi, Kak. Mama sama papa nambah jadwal les setiap malam dan weekend. Aku gak bisa ngurus klub lagi, bahkan untuk keluar kayak gini aja susah. Semua pergerakan aku dibatasi," ungkap Salsa dengan kepala tertunduk, "mau ngebantah pun gak bisa, tapi aku capek setiap hari harus belajar. Aku harus gimana, Kak?" tanya Salsa sendu. Ia benar-benar stress menjalani aktivitas yang belakangan diterapkan, baru seminggu saja Salsa sudah tidak sanggup apalagi harus sampai ujian sekolah berlangsung.

"Kakak juga gak bisa ngasih kamu saran, tapi menurut pandangan kakak, kamu bertahan aja. Dulu waktu kamu kecil bisa melewati situasi yang sama kayak gini, belajar terus menerus ditambah berbagai macam les. Sekarang kamu lebih tahu diri kamu sendiri, Sal. Potensi dan energi kamu gimana batasnya. Memulai sesuatu itu emang berat, tapi kalau udah sering dilakuin juga lama-kelamaan bakalan terbiasa. Waktu belajar kamu pakai semaksimal mungkin, gitu juga ketika istirahat. Belajar mengolah tenaga, energi, dan waktu," terang Rey.

"Tapi--"

Belum selesai Salsa berbicara, Fiona terlebih dahulu keluar. "Yuk, Sal!" ajaknya.

Salsa langsung melempar senyum pada Fiona, gadis itu berdeham sebelum bangkit dari duduknya. "Yuk!" balas Salsa.

Ketiganya memutuskan untuk berjalan kaki ke taman yang berada di depan komplek tempat Rey dan Fiona tinggal, mereka akan membeli makan siang sekaligus jajan. Kemarin Fiona sempat menghubungi Salsa jika hari ini ada pasar malam di kompleknya yang buka seharian, sehingga kedua gadis itu setuju untuk berjalan-jalan sebentar. Namun, tiba-tiba saja Rey ingin ikut ketika mendengar adik dan pacarnya keluar.

Pertama mereka mengunjungi stan yang menjual pentol, sosis, dan cireng. Kedua gadis itu sibuk memesan, sementara Rey hanya memperhatikan saja karena ia tidak terlalu menyukai jajanan tersebut. Laki-laki berkaos hitam dan memakai jelana jins selutut itu bertugas membayar apa saja yang dibeli Fiona dan Salsa.

Salsa sendiri sudah menolak karena tidak enak, tetapi Rey tetap memaksa akan membayarkan makanannya. "Mau apa lagi?" tanya laki-laki itu.

"Makanan berat siang-siang gini enaknya apa, ya?" tanya Fiona. Gadis itu sudah tahu hubungan antara Rey dan Salsa, sehingga ia sudah tidak heran lagi jika teman dan kakaknya sangat dekat.

"Gak pengen makan nasi," celetuk Salsa.

Sontak Rey langsung menoleh dan melotot melihatnya, laki-laki itu tahu jika sedari pagi Salsa belum ada makan nasi karena kebiasaannya sarapan menggunakan roti saja. "Nanti kamu sakit, Sal. Udah siang begini belum ada makan nasi," bantahnya.

"Sate aja, yuk! Lumayan juga, kan, ada bantalannya," ajak Fiona.

"Boleh, kan, Kak?" tanya Salsa meminta persetujuan Rey.

"Iya, boleh."

Mereka langsung mendekat ke arah penjual sate dan duduk di bangku yang sudah disediakan di sana. Salsa dan Fiona langsung memakan jajan yang sempat dibeli tadi sambil menunggu pesanan mereka jadi, sementara Rey memainkan ponsel sesekali juga melihat kedua gadis yang duduk berhadapan dengannya.

Tanpa ketiganya sadari, di balik pohon dekat penjual sate terdapat seorang laki-laki yang memotret kegiatan mereka. Dengan pakaian serba hitam dilengkapi masker yang menutup wajahnya sudah jelas terlihat mencurigakan di siang hari seperti ini, tetapi tidak ada yang peduli dengan keberadaannya.

"Target ditemukan, ia sedang bersama satu perempuan dan laki-laki sekarang."


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top