Bagian 14
Seminggu berlalu, hari ini pertemuan kedua klub. Namun, pertemuan diadakan pada malam hari karena ada satu dan lain hal dari para anggota. Salsa sendiri tidak keberatan, lesnya hanya sampai jam lima sore saja. Tadi ia juga sempat izin kepada Safira untuk langsung mengerjakan tugas kelompok sepulang dari les.
Salsa tidak berbohong, memang ada tugas berkelompok yang harus dikerjakan. Beruntung ia satu kelompok dengan Anjani, sehingga datang ke rumah gadis itu lebih awal untuk mengerjakan tugas terlebih dahulu.
Sharing kali ini sedikit berbeda. Jika pertemuan lalu terserah siapa yang ingin bercerita, hari ini dan seterusnya nanti akan memakai botol kosong yang dibaringkan dan diletakkan di tengah, lalu diputar untuk menentukan siapa yang akan bercerita.
"Nah, kena lo! Gue penasaran kenapa lo masuk klub ini. Kalau dilihat, hidup lo itu sempurna banget. Keluarga lengkap, pinter, dan berprestasi. Apa, sih, permasalahan lo?" tanya Rebecca pada Anjani.
Gadis yang pertama mendapat giliran bercerita itu tampak salah tingkah, ia berkali-kali mengganti posisi duduk agar lebih nyaman. Namun, nyatanya tetap saja tidak bisa tenang karena pertanyaan yang dilemparkan oleh Rebecca tadi. "Huaaaa, aku malu ceritainnya!" pekik Anjani heboh.
"Hayu, carita! Aya naon, Neng?" tanya Zifa ikut penasaran.
"Aku suka insecure kalau lihat mantannya pacar," gumam Anjani, tetapi masih dapat didengar oleh mereka semua.
Berbagai reaksi timbul saat mendengar hal tersebut. Ria memukul meja dengan tangannya, Zifa yang tadinya membuka bungkus makanan langsung menghentikan kegiatan, Rebecca melotot ke arah Anjani, Fiona mengerjapkan mata berkali-kali karena tidak percaya, Liana ikut berhenti menghitung uang iuran, sementara Salsa biasa saja karena sudah tahu Anjani memiliki pacar. Selena paling parah, ia sampai menyemburkan air yang sedang diminum, untung saja tidak mengenai siapa-siapa.
"Jorok!" teriak Fiona saat air semburan tersebut dekat dengan tempatnya duduk.
"Biasa aja lo, Bule!" cibir Selena balik. Fiona memang memiliki darah campuran. Ibunya berasal dari Inggris, sementara ayahnya asli Indonesia. Sehingga, wajah gadis itu terlihat lebih kebulean daripada lokal.
Gadis ber-hoodie hijau lumut yang dipanggil bule itu mencebikkan bibir, ia bergeser ke kiri untuk menjauhi air tersebut. "Untung sabar," ujarnya.
"Kenapa lo insecure? Mantannya pacar lo lebih cantik atau gimana?" tanya Liana.
"Pacar aku suka banding-bandingin. Katanya aku gak secantik mantannya, gak gaul, gak bisa diajak jalan kapan pun, banyaklah pokoknya. Sampai sekarang dia malu ngenalin aku ke teman-temannya," ungkap Anjani sendu.
"Goblok! Itu cowok mau cari yang modelan kayak mana, sih? Lo mungut dia di mana?" sarkas Selena.
"Cerita aja, Jani. Gak apa-apa," ujar Salsa. Ia sendiri memang tahu jika Anjani punya pacar, tetapi tidak tahu siapa orangnya dan bagaimana ceritanya hingga gadis pemilik gazebo tempat berkumpul ini bisa berpacaran.
Anjani masih terlihat ragu-ragu untuk menceritakan secara keseluruhan, ia sangat malu tentang hal ini. "Awalnya dia DM aku di Instagram, lama-lama jadi deket terus jadian. Waktu sebulan pacaran baru ketemu pertama kali, sekarang udah jalan empat bulan," jelasnya.
"Katanya, 'kamu gak secantik yang aku bayangin, ya' gitu," sambung Anjani.
Mendengar hal tersebut, Selena paling tidak terima. Ia langsung protes dan mengatakan, "Hilih, dasar cowok! Emang yang dia bayangin kayak gimana? Langsing kayak gitar Spanyol? Seputih baju seragam baru? Namanya media sosial apalagi Instagram, kalau cewek foto pasti pakai filter-lah. Kok, jadi gue yang kesel sendiri, ya?" Tangan gadis itu meremas udara saking gemasnya dengan kasus Anjani.
"Dia juga gak pernah posting foto aku, sementara foto mantannya masih banyak di Instagram dia. Aku juga pernah kepo-in akun mantannya, mereka sering balas-balasan komen," kata Anjani.
Rasanya Salsa ingin berpendapat, tetapi ia belum berpengalaman. Dekat dengan lawan jenis saja tidak pernah, paling sebatas kerja kelompok di sekolah. "Menurut aku, kalau kamu udah merasa hubungan kalian gak sehat, lebih baik udahan aja," sarannya.
"Bener. Gue setuju sama Salsa. Banyak cowok di luar sana yang lebih ganteng, lebih pinter, dan lebih sempurna daripada dia, Jani," ucap Rebecca.
"Lebih menghargai lo juga," tambah Liana.
"Aku kurang paham sama pembahasannya. Tapi aku rasa dia cuma penasaran aja sama kamu, Anjani. Followers Instagram kamu lumayan banyak, mungkin sekalian pansos?" kata Fiona.
"Nah, Bule aja tau. Gue juga yakin kalau ada sesuatu hal dibalik ini. Gak mungkin dia ngajak lo pacaran gitu aja dengan alasan nyaman diajak chat dan nyambung kalau ngobrol," celetuk Zifa.
"Dari cerita lo tadi, ada juga kemungkinan kalau dia dan mantannya masih belom kelar. Sesuai pengalaman gue, nih, ya. Cowok kayak gitu gak bisa dipertahanin. Apalagi kalian kenal lewat virtual, lo yakin dia setia di sana? Coba gue mau lihat Instagram-nya dia!" ucap Ria.
Ponsel Anjani yang terletak di atas meja langsung diraihnya, ia membuka Instagram lalu mengetikkan username pacarnya. "Ini," tunjuk gadis itu.
"Wah, kelihatan, sih. Tipe-tipe buaya darat," kata Selena.
"Mending lo putusin aja, Jani. Gue gak yakin sama dia. Lo pacaran bukan buat beban, tapi cari orang yang bisa ngerti dan paham sama perasaan lo. Kalau kayak gini, yang ada lo makan hati terus. Hubungan kalian udah toxic, gak sehat terutama buat lo," ucap Ria.
Dari semua yang ada di sini, untuk soal laki-laki dan pacaran serahkan saja ke Ria. Gadis itu sudah sering kali menjadi korban dalam hubungan. Dari di-PHP-kan, diselingkuhi, digantung status, beda agama, bahkan ditinggal meninggal. Sehingga, pemikirannya lebih luas.
"Oke, makasih sarannya. Nanti aku bakal putusin dia, tapi mungkin nunggu momen yang tepat," ujar Anjani.
"Kita tunggu kabar baiknya," balas Selena.
"Oh, ya, sebelum pulang, kalian makan dulu, ya! Mama aku udah masak khusus buat kita hari ini. Bentar, aku masuk dulu," pamit gadis itu sebelum berlari masuk ke dalam rumah.
"Kesian, ya, cantik kayak gitu masih disia-siain," gumam Zifa.
Tak lama kemudian, Anjani kembali lagi ke gazebo. "Ayo, mama sama papa aku udah nunggu!" ajaknya.
Mereka makan bersama setelah orang tua Anjani menyajikan hidangan. Salsa segera mengambil ponsel untuk menghubungi Safira, ia tidak mau dimarahi karena lupa bilang pulang lebih akhir.
Ma, aku izin pulang agak malam. Mama Anjani nyuruh makan malam di sini, mungkin sekitar setengah jam lagi aku balik.
Salsa merasa beruntung dengan adanya klub ini, ia sedikit tercerahkan dan pendapatnya dihargai. Hal tersebut jarang ia dapatkan selama hampir 17 tahun hidup, apalagi jika di keluarganya. Ada banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran hidup ke depan, sebagai contoh malam ini. Dari Anjani, Salsa belajar untuk mencari laki-laki yang bisa menghargai dirinya, bukan hanya bisa melotarkan kalimat cinta.
Aku bisa dapet cowok yang kayak gitu gak, ya? batin Salsa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top