CHAPTER 7

"Aah~ sudah lama tidak menghirup udara Washington DC~" komentar (Name) meregangkan tubuhnya sambil menghadap jendela hotel, menampilkan ibukota negara Amerika yang sudah malam.

"Sudah berapa lama (Name)-san tidak kemari?" tanya Nemu yang baru saja menyusun pakaian mereka ke dalam lemari.

"Hm, dua tahun?" jawab (Name) sedikit ragu, "oh setahun," ralat (Name) setelah ingat.

Seolah teringat sesuatu, (Name) pun menoleh ke arah Nemu yang baru saja mengambil handuk untuk mandi.

"Nee, nee, Nemu-chan, setelah ini ayo jalan-jalan! Kota ini tak kalah bagusnya saat malam, lho!"

Nemu berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya senyum canggung terlukis di wajahnya.

"Maafkan aku, (Name)-san, tapi aku merasa lelah setelah perjalanan panjang. Mungkin besok saja?" tanya Nemu kemudian, "aku berencana untuk tidur sekarang."

"Ooh, tidak apa-apa," ucap (Name) mengibaskan tangannya, "kalau begitu aku akan coba ajak yang lain-Nemu-chan jangan lupa selimutnya ada di dalam lemari, ya!"

Nemu hanya tersenyum, dan (Name) pun berjalan keluar dari kamar mereka, dan berjalan menuju lift dan menekan lantai tiga, dua lantai di bawah kamar mereka berdua yang berada di lantai lima.

"Semuanya, ayo jalan-jalan!" ajak (Name) langsung membuka pintu kamar hotel nomor 40.

Tiga laki-laki anggota MTC menoleh ke arah (Name). Samatoki berada di kasur, sementara Jyuto duduk di sofa. Riou sendiri berdiri di depan lemari pakaian.

"Ayo," sahut Riou selesai meletakkan semua tas mereka, "sudah lama tidak berada disini."

"Jadi," (Name) menoleh ke arah sofa dan kasur yang ada di kamar yang baru mereka pesan, "kalian tidak mau ikut jalan-jalan?"

Samatoki dan Jyuto hanya mengibaskan tangan mereka. (Name) hanya mengangkat sebelah alisnya sebelum akhirnya menoleh ke arah Riou yang sudah berdiri di pintu keluar kamar hotel, siap untuk pergi.

"Pergilah kalian berdua," sahut Samatoki tidak mengangkat kepalanya, dimana dia sedang tiduran di atas kasur.

"Sepertinya perjalanan 12 jam tidak ada apa-apanya bagi kalian Busujima bersaudara," komentar Jyuto melepas kacamatanya lalu bersandar di sofa yang berada di seberang kasur tempat Samatoki tidur.

(Name) terdiam, sebelum akhirnya menggeleng dan berjalan menuju pintu keluar.

"Bilang dong kalau kalian lelah setelah perjalanan," ucap (Name), "Nemu-chan saja langsung jujur kalau dia ingin tidur setelah perjalanan panjang."

"Huh, jadi dia tidur?" tanya Samatoki, kali ini mengangkat kepalanya, "baguslah," sambungnya lalu kembali menyandarkan kepalanya ke bantal kasur.

(Name) mengangguk singkat, menyempatkan diri memperbaiki letak kacamata yang miring.

"Apa kalian ingin titip makanan?" tanya (Name) sambil mendekati sang kakak.

Tidak ada respons dari dua laki-laki itu, membuat (Name) menoleh ke arah mereka dan mendapati mereka berdua sudah tertidur.

"Astaga," komentar (Name) menggelengkan kepalanya.

(Name) kembali mendekati mereka, namun kali ini dia berjalan menuju lemari yang ada di kamar hotel tersebut, dan membukanya-menampilkan beberapa helai selimut yang masih bersih dan terlipat rapi. (Name) mengambil dua selimut lalu kembali mendekati Samatoki dan Jyuto yang terlelap.

"Setidaknya tidurlah di kasur," gumam (Name) menyelimuti Jyuto, "dan mandi dulu," sambung (Name) menyelimuti Samatoki.

Setelah itu (Name) keluar dari kamar tempat MTC menginap.

"Maaf kak," ucap (Name) melihat Riou sedang bersandar, menunggu dirinya.

"Tidak apa-apa," jawab Riou singkat lalu menepuk kepala (Name), "kerja bagus."

Pipi (Name) sedikit merona, dan perempuan itu hanya tersenyum.

"Terima kasih."

[][][]

"Hm, jalan ini ...," Riou langsung berhenti berjalan saat mengenali jalan yang dia dan (Name) sedang telusuri-membuat sang adik memimpin beberapa langkah.

(Name) terkekeh, memutar tubuhnya lalu merentangkan kedua tangannya.

"Welcome back to our home, Big Bro."

Senyum kecil langsung terukir di wajah Riou saat melihat ekspresi bahagia (Name). Riou melangkah mendekati (Name) lalu mengelus kepalanya.

"Rumah kita bukan lagi disini," ucap Riou.

"Benar," sahut (Name) tersenyum.

Saat (Name) kembali berbalik ke depan, perhatiannya langsung tertuju pada satu rumah yang tampak kosong-tanda 'SALE' yang berada di halaman tersebut kini berubah menjadi 'SOLD'.

"Jadi, rumah kita benar-benar terjual, ya?" gumam (Name).

"Sepertinya keluarga Rutherford masih bangun," ucap Riou tiba-tiba.

(Name) langsung menoleh ke rumah yang berada di sebelah rumah mereka, dan seperti yang kakaknya katakan, terlihat lampu teras dan ruang tamu masih menyala-tanda tetangga mereka masih tersadar.

"Ayo sapa mereka," ajak (Name) menarik tangan Riou.

Mereka mendekati rumah tetangga mereka, dan (Name) langsung menekan bel rumah tersebut. Selang beberapa saat kemudian, pintu tersebut terbuka, menampilkan seorang perempuan paruh baya.

"Oh, Busujima bersaudara!" ucap perempuan itu dengan aksen khas Inggris.

"Halo, Nyonya Rutherford," sapa (Name) dengan Bahasa Inggris.

"Tidak kusangka kalian akan datang secepat ini," komentar perempuan itu-Nyonya Rutherford-mempersilakan mereka masuk.

"Ah, kami baru saja sampai-kami berencana membersihkan rumahnya besok," jelas (Name).

"Oh lihat, Busujima bersaudara," kali ini suara laki-laki yang menyapa mereka.

"Halo Tuan Rutherford," sapa (Name) melihat laki-laki paruh baya berdiri dari sofa.

"Tepat sekali kalian datang," ucap Nyonya Rutherford, "pembeli rumah kalian datang berkunjung sekarang."

"Eh?" (Name) berkedip beberapa kali, kemudian perhatiannya tertuju pada sofa yang ada di depan Tuan Rutherford.

Kemudian berdiri dua orang dari sofa tersebut, yang (Name) tebak adalah sepasang suami istri. Saat mereka menoleh ke belakang, iris mereka membesar.

"Whoa Riou, kau sudah besar sekali!"

Iris Riou ikut membesar saat melihat dua orang tersebut, sepasang suami istri yang sudah tua.

"Apa kau masih ingat kami, Riou?" tanya sang istri, perlahan mendekatinya.

Senyum kecil terukir di wajah Riou.

"Tentu saja aku mengingat kalian," ucap Riou mendekati mereka berdua.

Sementara (Name) sendiri hanya bisa memiringkan kepalanya dengan heran, namun tetap mengikuti sang kakak seperti anak bebek. Seolah sadar dengan kebingungan sang adik, Riou kemudian menoleh ke arahnya.

"(Name), ini adalah pasangan Wellington, dulu saat kita kecil, mereka tinggal di rumah sebelah kita."

'Kenapa aku tidak mengingat wajah mereka?' batin (Name).

"Ah, itu sudah lama sekali, kalau tidak salah ingat kami pindah saat Riou berumur 8 tahun," ucap Tuan Wellington.

"Salam kenal, aku (Name)," ucap (Name) memperkenalkan diri.

"Oho? Apa kau pacarnya Riou?" tanya Nyonya Wellington tersenyum.

"Eh?" seketika wajah (Name) memerah.

"Nyonya Wellington, (Name) adikku," ralat Riou.

"Oh?" Nyonya Wellington berkedip beberapa kali, "ah-mungkin ingatanku sudah tidak sekuat dulu lagi. Maafkan aku (Name)."

"E-eh, tidak apa-apa, Nyonya Wellington," gumam (Name) menunduk, dengan sebelah tangannya menyentuh dada kirinya.

'Kenapa jantungku jadi begini?' pikir (Name) mengerutkan alisnya.

"Maafkan istriku, Busujima bersaudara, dia memang sering lupa tentang hal yang penting," sahut Tuan Wellington.

"Tidak apa-apa," sahut Riou, "(Name) juga tidak marah atau tersinggung."

Sementara (Name) hanya mengangguk mengiyakan.

"Sudah-sudah, kenapa kalian semua berdiri? Ayo duduk dan lanjutkan pembicaraan kita," sahut Tuan Rutherford disusul anggukan kepala Nyonya Rutherford.

[][][]

"Mereka pembeli yang baik," komentar (Name) saat dia dan Riou sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.

"Mhm, aku merasa tenang saat tahu pasangan Wellington yang membeli rumah kita," sahut Riou berjalan di belakang (Name).

"Tapi aku tidak pernah ingat mengenal pasangan Wellington," gumam (Name).

"Apa kau tidak ingat apa yang diucapkan Tuan Wellington tadi? Mereka pindah saat umurku 8 tahun, apa kau punya ingatan saat berumur 4 tahun?"

"Benar juga," ucap (Name) terkekeh, "tapi aku juga tidak menyangka dari semua kemungkinan yang ada, Nyonya Wellington mengira aku pacar Kak Riou."

"Apa kau keberatan?"

"Eh?"

(Name) berhenti-begitu juga dengan Riou-kemudian menoleh ke belakang, dan mendapati sang kakak sedang menatapnya.

"K-Kak Riou?"

"Apa kau tidak mau jadi pacarku?"

"E-eeh, m-m-mengenai itu," (Name) langsung melihat ke sekitarnya dengan panik.

(Name) saat (Name) kembali menoleh ke arah Riou, (Name) melihat sang kakak kini sedang menyeringai lebar. Perlahan wajah (Name) kembali memerah, dan perempuan itu langsung berjalan cepat-meninggalkan Riou di belakang.

"Sekarang kakak jadi senang menjahiliku ya!?" pekik (Name).

Riou tak menyahut, hanya mengikuti (Name). Tangannya perlahan mengepal kuat.

Semoga saja besok bersih-bersihnya berjalan lancar.

Itulah yang Riou pikirkan sebelum akhirnya mempercepat langkahnya agar bisa berjalan di sebelah (Name) yang sedang ngambek.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top