CHAPTER 4
Suara bel di pintu depan menarik perhatian ketiga laki-laki yang baru saja selesai melakukan aktivitas pagi mereka. Riou yang kebetulan berada di dekat pintu pun akhirnya melangkah mendekati pintu dan membukanya.
"Oh, selamat pagi Kak Riou," sapa (Name) saat melihat sang kakak yang membuka pintu.
"(Name)? Ada apa?" tanya Riou.
Riou juga menyadari kehadiran Nemu di belakang (Name), yang kini melambai kecil padanya.
"Apa Samatoki dan Jyuto-san ada?" tanya (Name) mengintip ke belakang Riou.
Iris (Name) langsung menangkap kehadiran dua laki-laki yang dia cari sedang berdiri di belakang Riou.
"Kalian lengkap, baguslah," ucap (Name) menghela napas lega.
"Memangnya ada apa?" tanya Riou.
(Name) tersenyum, lalu mengangkat keranjang yang sedari tadi dia pegang.
"Ayo piknik!"
[][][]
"Seharusnya kau memberitahu kami sebelumnya, bukan memberikan kejutan seperti ini," ucap Samatoki saat melihat Riou dan Jyuto meletakkan tikar piknik ke atas tanah.
Kini mereka berlima sedang berada di salah satu taman yang ada di Yokohama, keadaan taman saat itu masih tidak terlalu ramai karena hari masih pagi.
"Aku tidak ada nomormu," jawab (Name) singkat, meletakkan keranjang piknik ke tengah tikar setelah melepas sepatunya.
"Kau bisa minta Nemu menghubungiku, kalian tinggal bersama," sahut Samatoki.
"Atau kau bisa menghubungiku langsung, kau punya kontakku, kan?" tanya Jyuto.
"Hm, setelah kupikir-pikir memang lebih asyik kalau ini jadi kejutan," jawab (Name) santai.
(Name) kemudian membuka keranjang piknik yang dia bawa.
"Silakan dinikmati~"
"Kau menyiapkan banyak sekali untuk piknik," komentar Samatoki mengambil salah satu roti lalu memakannya.
"Tenang saja, semuanya pakai uangku, Nemu-chan hanya membantuku memasak," sahut (Name) mengacungkan jempolnya.
"Aku tidak tanya uangnya, bodoh!" sambar Samatoki.
"Ngomong-ngomong uang, bagaimana dengan lowongan pekerjaanmu?" tanya Jyuto.
"Aku sudah mendapatkannya, terima kasih Jyuto-san," ucap (Name).
"Oh, ya? Pekerjaan apa yang kau ambil?"
"Untuk pagi sampai sore, aku menjadi koki di salah satu restoran kecil di kota, dan untuk malam aku menjadi pelayan bar," jawab (Name).
"(Name)-san akan lembur, kalau begitu?" tanya Nemu.
"Mhm, tapi tenang saja, aku akan tetap menyiapkan makanan untuk Nemu-chan," ucap (Name), "mana mungkin kubiarkan teman satu apartemenku kelaparan."
"(Name)-san, aku bisa memasak sendiri," protes Nemu mengembungkan kedua pipinya.
"Hei, tapi kau suka masakanku, kan?" tanya (Name).
"Siapa yang tidak suka masakan seorang chef lulusan institut masak luar negeri?" tanya Samatoki, "kecuali lidahnya mati rasa, itu dia."
(Name) hanya terkekeh. Namun dibalik canda tawa mereka, terlihat Riou yang hanya duduk diam tanpa bicara.
Dia tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Sejak kapan Jyuto dan Samatoki jadi sedekat itu dengan adiknya?
Dan sejak kapan adiknya tinggal bersama Nemu, adik Samatoki?
Sejak kapan adiknya bekerja?
Dia tidak tahu.
Dia merasa... tertinggal.
"Oh, aku lupa membawa minuman," ucap (Name) tiba-tiba, "kalian tunggu disini. Kak Riou, temani aku karena minumannya akan banyak."
Riou tidak sempat merespons karena (Name) sudah menarik tangannya, membuat Riou mau tak mau menemani (Name). Mereka berdua pun meninggalkan tempat piknik mereka menuju tempat mesin penjual minuman. Begitu sampai disana, (Name) langsung memasukkan beberapa koin dan mulai memilih minuman.
"Sebenarnya piknik itu tidak lengkap tanpa bir," gumam (Name), "tapi mesin penjual mana yang menjual minuman alkohol, jadi kurasa teh dan kopi sudah cukup."
Namun tiba-tiba ada yang memeluk (Name) dari belakang, dan (Name) merasakan bahu sebelah kanannya merasa sedikit berat. Saat sudut matanya menangkap warna orange, (Name) hanya bisa tersenyum lalu mengelus rambut si pemeluk, yang tak lain dan tak bukan adalah Riou, kakaknya sendiri.
"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan tadi."
"Maaf aku belum cerita apapun ke kakak."
"Kenapa?"
(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya tersenyum.
"Karena aku tidak mau menyusahkan kakak," jawab (Name), "aku berencana menceritakan semuanya setelah kehidupanku kembali stabil."
Riou tak menjawab, hanya mengeratkan pelukannya pada (Name).
"Karena aku sudah melakukan semua hal yang seharusnya kulakukan, jadi sekarang aku akan memberitahu kakak."
(Name) menarik napas panjang.
"Tak lama kakak pergi untuk berperang, Papa dan Mama meninggal dalam kecelakaan," ucap (Name) memulai.
Seketika tubuh Riou membatu, tampak dia tidak menduga akan mendapatkan informasi itu. Namun hal itu tidak menghentikan (Name), dia kembali bercerita seperti apa yang dia beritahukan pada Samatoki tempo hari.
"Keesokan hari setelah aku datang ke rumah divisi, aku mencoba mencari rumah karena aku tidak mau MTC terlibat skandal yang tidak-tidak," jelas (Name), "singkat cerita, akhirnya Samatoki menyuruhku tinggal bersama Nemu-chan."
(Name) tersenyum mengingat kejadian selanjutnya.
"Keesokan harinya, aku mencoba mencari pekerjaan, dan bertemu dengan Jyuto-san. Singkat cerita juga, akhirnya Jyuto-san menawarkan akan mencarikan lowongan pekerjaan selama aku mau date dengannya," jelas (Name).
"Dan kau mendapatkan dua pekerjaan karena dia, ya?" tanya Riou.
(Name) mengangguk.
"Itu alasan kenapa mereka begitu dekat denganmu," gumam Riou.
"Sekarang kakak sudah tahu semuanya, kan?" tanya (Name), "jadi sekarang bisakah kakak melepas pelukan ini? Kita bisa jadi pusat perhatian lho."
Riou terdiam, kemudian menggeleng.
"Apapun penjelasannya, itu tidak bisa dijadikan alasan untukmu cerita kepada mereka ketimbang padaku," ucap Riou kembali mengeratkan pelukannya, "aku bahkan belum punya kontakmu di handphone-ku."
Pipi (Name) sedikit merona, dan perempuan itu hanya bisa menoleh ke kiri dan ke kanan, yang kemudian menghela napas lega karena tidak ada orang yang memperhatikan mereka.
"Kak Riou," panggil (Name), "jangan bilang kakak cemburu?"
"Kalau iya?" tanya Riou kembali, kali ini dia mengangkat kepalanya dan menatap (Name) dengan serius.
Pipi (Name) semakin merah, dan perempuan itu semakin bingung ingin menjawab apa. Namun tiba-tiba Riou melepaskan pelukannya dari (Name) dan mengambil kantong berisi minuman yang sudah (Name) beli.
"Balasan karena kau memilih laki-laki lain ketimbang kakakmu sendiri."
Perlu beberapa detik bagi (Name) untuk mengerti bahwa sang kakak sedang mengerjainya.
"Kak Riou!"
[][][]
"Lama sekali," komentar Samatoki.
"Ya, jika Samatoki tersedak masakan (Name) saat kalian pergi mungkin dia sudah mati sekarang," sahut Jyuto.
"Apa katamu!?" sambar Samatoki.
"Maaf, maaf," ucap (Name) tersenyum, "aku juga perlu sibling time bersama Kak Riou."
Dan suasana kembali seperti biasa, kali ini lebih ramai karena Riou ikut serta dalam pembicaraan mereka. Sampai getaran dari handphone (Name) menarik perhatian si pemilik. (Name) membuka handphone-nya dan mendapati dia memiliki satu pesan baru. (Name) membuka pesan tersebut, kemudian membalasnya. Begitu selesai, (Name) kembali menoleh ke depannya dan mendapati empat pasang mata sedang memperhatikannya.
"Siapa?" tanya Riou.
(Name) berkedip beberapa kali, kemudian tersenyum.
"Ehm, apa setelah ini kalian luang?"
Mereka semua saling pandang, kemudian kembali memandang (Name).
"Memangnya kenapa, (Name)-san?" tanya Nemu.
Senyum (Name) kini berubah canggung.
"Bagaimana kalau setelah piknik, kita ke Shibuya? Aku ada urusan disana."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top