CHAPTER 2
"Kau mau pergi kemana, onna?"
(Name) yang baru saja memakai sepatunya menoleh ke sumber suara, dimana dia melihat Samatoki sedang berdiri di depan ruang TV.
"Oh, aku ingin mencari apartemen," jawab (Name), "jika Kak Riou mencariku, bilang saja aku sedang mencari tempat tinggal."
"Huh, kupikir kau akan tinggal disini."
"Berbahaya jika aku tinggal di kandang buaya," jawab (Name) terkekeh, "lagipula ini adalah rumah Mad Trigger Crew, apa jadinya jika orang luar mendengar kalau di rumah divisi kalian tinggal seorang wanita?" tanya (Name).
Samatoki tidak menjawab, dan itu membuat (Name) hanya tersenyum sebelum akhirnya sedikit menunduk.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Akan kuusahakan hari ini sudah ada."
"Tunggu dulu."
(Name) yang hendak membuka pintu pun berhenti dan kembali menoleh ke belakang, dimana Samatoki kini sedang melangkah mendekatinya.
"Ada apa, Samatoki-san? Apa mau titip makanan setelah aku pulang?"
"Aku bukan orang seperti itu!" sambar Samatoki, "kutemani."
"Eh?"
Kali ini (Name) benar-benar menghadap ke arah Samatoki, menatap lama laki-laki yang sedang memakai sepatunya itu. Samatoki yang baru saja selesai memasang sepatunya, dan mendapati (Name) sedang menatapnya. Menyadari bahwa perempuan itu memandangnya dengan ekspresi terkejut, Samatoki merasakan pipinya sedikit memanas.
"Apa-apaan tatapanmu itu!? Berterima kasihlah karena aku mau menemanimu!"
(Name) berkedip beberapa kali, tersadar.
"Samatoki-san," ucap (Name), "padahal aku semalam kau menolak permintaanku, dan kini kau menawarkan diri."
"Kalau tidak mau bilang saja!"
"Oh tentu saja aku sangat berterima kasih," ucap (Name) membuka pintu dan membiarkan Samatoki untuk keluar terlebih dahulu sebelum akhirnya dia keluar dan menutup pintu tersebut, "lagipula aku tidak begitu tahu Yokohama seperti Samatoki-san, dan aku yakin Samatoki-san tahu apartemen yang bagus."
"Huh, begitulah, memangnya kau ingin apartemen seperti apa?"
"Kalau bisa tidak begitu jauh dari rumah kalian, jaga-jaga Kak Riou memerlukan bantuanku dan aku bisa menemuinya dengan cepat."
"Jika Riou yang kau bicarakan, seharusnya kau membeli apartemen yang berada di dekat hutan, onna."
[][][]
"Ngomong-ngomong Samatoki-san—"
"Samatoki."
(Name) menatap Samatoki yang berjalan di sebelahnya dengan heran.
"Kita hanya beda satu tahun, aneh rasanya jika kau memanggilku dengan suffix -san, aku merasa tua."
'Merusak image Yokohama Bad Boy-mu, ya?' batin (Name) tersenyum canggung.
"Kupikir kau akan meralatnya dengan tambahan suffix -sama," ungkap (Name).
"Kau adiknya Riou, itu alasannya," jawab Samatoki singkat, "lebih tepatnya, setiap kali kau memanggilku dengan suffix -sama, mengingatkanku akan sesuatu yang buruk."
Mengingatkan dirinya yang diikat.
"Baiklah," ucap (Name).
"Lalu, apa yang ingin kau katakan tadi?"
"Oh, aku hanya ingin tahu, sudah berapa lama kau mengenal Kak Riou?"
"Sejak awal Mad Trigger Crew dibentuk."
"Hee," sahut (Name), "kupikir kalian sudah saling mengenal selama beberapa tahun."
"Kenapa memangnya?"
"Kak Riou terlihat sangat mempercayai kau dan Jyuto-san," jelas (Name).
"Itu karena kami memang saling mempercayai. Jikapun kami sudah mengenal satu sama lain sejak lama, harusnya aku atau Jyuto tahu kalau Riou punya adik," sahut Samatoki, "begitu juga sebaliknya."
"Oh kalau dariku sendiri mungkin akan tahu kalian teman Kak Riou saat aku bertemu dengan Kak Riou langsung."
Samatoki hanya menoleh ke arah (Name) dengan heran, namun tak mengeluarkan suara. (Name) yang menyadari itu hanya bisa tersenyum.
"Aku berpisah dengan Kak Riou saat umurku 14 tahun," jelas (Name), "saat Kak Riou pergi untuk berperang di umur 18 tahunnya."
(Name) menarik napas singkat.
"Jika Kak Riou belum cerita maka akan kuberitahu, kami berdua berasal dari Amerika, dan aku sendiri tidak diizinkan keluar dari Amerika sampai perang berakhir, sampai dua tahun yang lalu."
(Name) menoleh ke arah Samatoki.
"Mau kulanjutkan?"
"Terserah padamu."
"Baiklah, akan kulanjutkan kalau begitu," ucap (Name) kembali menoleh ke arah depan, "tapi saat perang berakhir, aku masih baru saja selesai dari sekolah memasakku—"
"Tunggu, kau sekolah memasak?"
(Name) mengangguk, "aku bersekolah di Culinary Institute of America, lulus dua tahun yang lalu," jelas (Name), "aku ke Jepang beberapa bulan setelah lulus dari sana."
'Itu menjelaskan kenapa masakannya begitu enak.'
"Jadi sebenarnya kau sudah berada di Jepang sejak tahun lalu? Kenapa baru menemui Riou sekarang?" tanya Samatoki.
"Aku kemari murni dengan uangku sendiri," jelas (Name), "tak lama Kak Riou pergi, Papa dan Mama meninggal dalam kecelakaan mobil, Kak Riou bahkan tidak tahu ini. Jadi semenjak itu aku berusaha untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain."
Jawaban yang perempuan itu berikan diluar dugaan Samatoki.
'Sejak umur 14 tahun hidup sendiri?'
"Jadi bisa dibilang, survival life memang sudah mengalir di dalam darah keluarga Busujima," jelas (Name) terkekeh, "aku sempat menjadi model karena tinggi badanku, dan aku masuk sekolah memasak dengan jalur beasiswa. Untuk keseharianku, aku menggunakan uang dari pekerjaan modelku."
(Name) menarik napas singkat.
"Begitu sampai di Jepang, aku benar-benar hanya membawa tubuhku," jelas (Name), "semua pakaianku, dan bahkan rumah kami di Amerika kujual," sambung (Name), "namun untuk rumah sendiri belum terjual sampai sekarang jadi aku mempercayai tetangga rumah untuk penjualan rumah itu."
"Apa yang kau lakukan selama setahun terakhir?"
"Mencari pekerjaan untuk menghidupi diriku, dan belajar Bahasa Jepang karena aku hanya tahu basisnya dari teman satu sekolah memasakku," jawab (Name), "aku tidak mau merepotkan Kak Riou, apapun yang terjadi."
Samatoki tiba-tiba berhenti, membuat (Name) memimpin beberapa langkah ke depan. (Name) berhenti dan menoleh ke arah Samatoki.
"Samatoki, ada apa?"
Samatoki tak menjawab, hanya menatap (Name) dengan datar. (Name) kemudian melihat ke sekitarnya, menduga bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuan.
"Apa disini apartemen yang bagus?" tanya (Name) kembali.
"Tidak, bukan disini, ikuti aku," ucap Samatoki memutar tubuhnya dan mulai berjalan.
"Eh?"
[][][]
"Disini?" tanya (Name) saat mereka berdiri di depan sebuah apartemen.
Samatoki tak menjawab, dia hanya menekan tombol bel yang ada di sebelah pintu apartemen tersebut. Melihat itu membuat (Name) mengerutkan alisnya.
'Jangan bilang dia akan mengusir pemilik apartemen ini.'
"Samatoki, sepertinya apartemen yang benar-benar kosong lebih baik—"
Namun ucapan (Name) terpotong oleh terbukanya pintu apartemen tersebut, menampilkan sosok yang tidak (Name) kenali.
"Aku sudah memberitahumu lewat SMS tadi," ucap Samatoki pada sosok yang berdiri di depannya itu.
Setelah itu Samatoki menoleh ke arah (Name) yang bingung dengan keadaan.
"(Name), mulai sekarang tinggallah dengan adikku, Nemu."
"Ah, (Name)-san itu yang Kakak bilang adiknya Riou-san ya? Salam kenal, aku Aohitsugi Nemu. Jika tidak keberatan tinggal bersamaku, mohon bantuannya dari sekarang."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top