CHAPTER 11
Berlari dan berlari.
Hanya itu yang bisa (Name) lakukan. Pandangannya tampak buram karena air mata, juga karena hujan deras yang menimpa Shibuya, mengenai kacamatanya yang membuat pandangan (Name) sedikit terganggu.
'Kenapa ini bisa terjadi?' pikir (Name) mengusap air matanya yang digantikan dengan air mata yang baru, juga tercampur dengan air hujan.
Tiba-tiba (Name) tersandung, membuat perempuan itu tersungkur dan kacamatanya terlepas. (Name) terdiam, memandang kacamatanya yang berada cukup jauh darinya, kemudian menoleh ke kiri dan kanannya—mendapati (dengan samar) dirinya berada di taman yang sepi. (Name) membalik tubuhnya, sehingga kini wajahnya menerima langsung tetesan air hujan yang tiada hentinya datang serta tubuhnya yang terbaring.
"Apa sih, yang kulakukan?" gumam (Name) menutup matanya dengan lengan tangannya.
'Rumahku di Shibuya sudah kujual, jadi kenapa aku datang kemari?' pikir (Name), 'tidak ada tempat yang bisa kuanggap sebagai rumah lagi.'
Mulut (Name) sedikit terbuka, bersamaan dengan air matanya (yang bercampur dengan air hujan) mengalir di pipinya.
"Termasuk Yokohama."
"Onee-san? Apa yang kau lakukan di tengah taman, hujan begini?"
(Name) sedikit terlonjak kaget saat mendengar suara yang tak asing di telinganya, serta panggilan yang sangat terkenal itu.
Amemura Ramuda.
(Name) mengangkat tangannya, dan melihat (dengan samar) laki-laki berambut gulali itu sedang memandangnya, dengan permen yang menjadi ciri khasnya sedang berada di mulutnya.
"Kau bisa demam, loh," ucap Ramuda memasangkan (Name) kacamatanya yang sempat dia pungut sebelum mendekati sang perempuan, "ayo ke apartemenku untuk mengeringkan tubuhmu. Apartemenku ada di dekat sini."
(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk.
[][][]
"Apa terjadi sesuatu di Yokohama?" tanya Ramuda melihat (Name) duduk di sofa yang ada di depannya—sudah mandi dan memakai salah satu pakaian yang Ramuda buat.
(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya menggeleng.
"Bukan hal yang besar."
"Apa kau yakin, (Name)?" tanya Ramuda.
(Name) berkedip kaget, ini pertama kalinya Ramuda memanggilnya seperti itu, dengan namanya. Namun (Name) hanya terdiam, ekspresi ragu jelas terlukis di wajahnya.
"Jika kau tidak mau cerita, tidak apa-apa," ucap Ramuda, "tapi apa kau punya tempat untuk tidur? Seperti hotel? Karena ini sudah larut."
(Name) kembali menggeleng. Ramuda yang melihat jawaban (Name) hanya menghela napas, kemudian berdiri dari sofa.
"Kalau begitu menginaplah disini sampai kau merasa lebih baik," ucap Ramuda mendekati (Name), "tapi akan lebih baik jika kau mau menceritakan padaku apa yang terjadi sampai membuatmu menangis seperti ini," gumam Ramuda mengeluskan jari tangannya di bawah mata (Name) yang sedikit merah.
(Name) tidak membalas—hanya menghindari kontak mata dengan Ramuda. Setelah itu Ramuda menjauh dan berjalan keluar ruangan. Namun saat sudah berada di pintu keluar, senyum lebarnya kembali terlukis di wajah.
"Kalau begitu kusiapkan dulu kamarnya, Onee-san~" ucap Ramuda melambai—aura bunga-bunga kembali muncul dan akhirnya Ramuda keluar dari ruangan.
Kini (Name) sendirian di ruangan itu, (Name) melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja, lalu bersandar ke sofa yang dia duduki. (Name) memandang langit-langit ruang TV apartemen Ramuda. Ingatan (Name) sebelum pergi ke bandara saat itu kembali terulang.
<><><>
"Nyonya Rutherford, ada yang ingin kutanyakan sebelum aku pulang ke Jepang."
Nyonya Rutherford terdiam sejenak—memandang ekspresi serius (Name) sebelum akhirnya membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan perempuan itu masuk.
"Ada apa, (Name)? Apa terjadi sesuatu?"
"Nyonya Rutherford," panggil (Name) memandang wanita yang ada di depannya, "aku ini bukan anak kandung keluarga Busujima, kan?"
Nyonya Rutherford terdiam, sebelum akhirnya tersenyum kecil.
"Jika kau bertanya padaku, pasti Riou belum memberitahumu ya?"
(Name) terdiam, sebelum akhirnya mengangguk pelan.
"Aku menemukan surat adopsi saat sedang membersihkan rumah," gumam (Name), "Papa dan Mama mengadopsiku saat aku berumur 4 tahun, di panti asuhan (Surname)."
Tangan (Name) yang berada di pangkuannya mulai mengepal.
"Yang berarti, namaku sebelumnya adalah (Name) (Surname)," ucap (Name), "dan itu menjelaskan kenapa pasangan Wellington tidak mengingatku, mereka pindah saat diriku belum diadopsi."
"Aku pikir kau tidak akan memikirkan ucapan Nyonya Wellington dengan serius saat itu," sahut Nyonya Rutherford tersenyum kecil.
"Tidak—itu juga menjelaskan kenapa aku tidak mengingat wajah mereka," sahut (Name) menggelengkan kepalanya, "kenapa aku diadopsi?"
Senyum Nyonya Rutherford tidak hilang, lalu wanita itu menopang dagu dengan tangan kanannya, menatap (Name) yang masih syok.
"Jika kau bertanya pada Riou, mungkin dia akan menjawabnya."
<><><>
(Name) membuka mulutnya, kemudian menggertakkan gigi tak suka.
"Sepertinya Anda salah, Nyonya Rutherford. Kakak sama sekali tidak menjawabnya."
"Onee-san~ Kamarnya sudah kusiapkan," ucap Ramuda mengintip ke ruang TV.
(Name) menoleh ke arah Ramuda yang mendekatinya, lalu mengangguk kecil. Setelah itu (Name) mengambil kacamatanya lalu memasangnya kembali.
"Ramuda-san, jika kau tidak keberatan—ada yang ingin kuceritakan padamu."
"Hm, apa itu~?" tanya Ramuda memiringkan kepalanya.
"Mengenai alasan kenapa aku bisa ada di Shibuya," (Name) terdiam sejenak, "dan sesuatu yang sebelumnya kubilang 'bukan hal yang besar'."
Ekspresi penuh senyum Ramuda perlahan berubah menjadi serius, sebelum akhirnya Ramuda duduk di seberang (Name).
"Apa kau yakin ingin menceritakannya padaku? Aku tidak memaksamu, loh," sahut Ramuda.
(Name) mengangguk, sebelum akhirnya membuka mulutnya untuk menceritakan semuanya.
[][][]
"Jadi begitulah kenapa aku bisa sampai di taman."
(Name) menghela napas panjang. Setelah menceritakan semuanya, entah kenapa (Name) merasa sedikit tenang sekarang. (Name) menatap Ramuda, karena menyadari sang laki-laki tidak mengatakan apa-apa.
"Mhm, baiklah!" ucap Ramuda tiba-tiba berdiri—mengagetkan (Name).
"Baiklah?" heran (Name).
Ramuda berjalan mendekati (Name) dan langsung memeluk sang perempuan—membuat iris (Name) melebar kaget. Tidak hanya itu, sebelah tangan Ramuda kemudian mengelus kepala (Name).
"Yosh, yosh," ucap Ramuda tersenyum, "kau pasti lelah setelah melalui semua itu hari ini."
Mata (Name) sedikit berkaca saat mendengar ucapan Ramuda, dan perlahan (Name) membalas pelukan Ramuda dan mengangguk kecil.
"Mhm."
"Sampai kau merasa lebih baik, tinggallah di apartemenku, bagaimana? Kau tidak punya tempat untuk kembali, kan?"
(Name) mengangguk, lalu sedikit mengeratkan pelukannya.
"Ya, terima kasih, Ramuda-san."
Ramuda langsung menyeringai, dan membalas pelukan (Name) sama eratnya.
"Sama-sama, Onee-san~"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top