CHAPTER 10
"(Name)-san?"
"Eh iya?"
(Name) yang sedang melamun langsung tersentak kaget saat suara Nemu memasuki indra pendengarannya. (Name) menoleh ke arah Nemu lalu tersenyum canggung.
"Apa kau mengatakan sesuatu tadi, Nemu-chan? Maaf, aku tidak mendengarnya tadi."
"Ah, sebenarnya tidak ada," jawab Nemu menggeleng.
"Kau kebanyakan melamun sejak kita keluar dari hotel," komentar Samatoki.
"Kau melamun saat di bandara, juga selama take off di udara," sahut Jyuto, "sampai sekarang, di dalam kereta pulang ke Yokohama."
Kini mereka berlima sedang duduk di salah satu gerbong kereta yang melaju menuju Yokohama. Setelah perjalanan panjang dari Amerika akhirnya mereka sampai di Jepang, dan langsung pergi menuju stasiun kereta untuk langsung pulang ke Yokohama.
"Apa kau sakit, (Name)?" tanya Riou menempelkan punggung tangannya ke kening (Name).
(Name) hanya menggeleng, namun matanya masih menatap Riou yang menjauhkan tangannya dari kening (Name) saat menyadari sang adik tidaklah demam.
"Hm, ada apa?" tanya Riou menyadari tatapan sang adik.
"Apa tidak ada yang ingin kakak sampaikan padaku?"
Riou mengangkat sebelah alisnya, kemudian mengangguk.
"Jaga kesehatanmu, kau terlihat pucat semenjak keluar dari hotel—apa kau benar-benar baik-baik saja?"
Rasa kecewa sempat menyapa (Name) saat mendengar jawaban Riou, namun perempuan itu dengan cepat menepisnya lalu terkekeh.
"Aku baik-baik saja kak, sungguh. Apa tidak ada lagi selain itu?"
Riou memasang pose berpikir, kemudian teringat sesuatu.
"Bagaimana kunjunganmu ke keluarga Rutherford tadi? Kau pergi cukup lama tadi—sempat membuatku berniat menjemputmu."
Iris (Name) melebar saat mendengar pertanyaan Riou, dan mulai teringat apa yang terjadi beberapa jam yang lalu.
<><><>
"Eeh, sudah mau kembali ke Jepang!?" kaget Nyonya Rutherford saat (Name) menceritakan keperluannya datang ke rumah mereka.
(Name) hanya mengangguk, dengan senyum kecil terukir di wajahnya.
"Aku tidak bisa izin dari pekerjaanku begitu lama, Nyonya Rutherford—dan kami juga sudah mau check out dari hotel."
"Jadi itu alasannya Riou tidak datang bersamamu?"
"Mhm, aku datang sendirian," jelas (Name).
Nyonya Rutherford hanya tersenyum kecil, kemudian memeluk (Name)—sempat mengagetkan perempuan itu.
"Nyonya Rutherford?"
"Berkunjunglah kesini sesekali—jika tidak demi kami, demi mengunjungi orang tuamu."
Ekspresi (Name) langsung berubah, dan saat Nyonya Rutherford melepaskan pelukannya—dia dihadapi oleh ekspresi serius (Name).
"Nyonya Rutherford, ada yang ingin kutanyakan padamu sebelum aku pulang ke Jepang."
<><><>
"Berjalan lancar, mereka memberi kita banyak oleh-oleh juga," jawab (Name), "jadi aku sempat kewalahan membawanya ke hotel—itu alasannya aku lama kembali."
"Apa benar hanya itu alasannya?" tanya Jyuto.
(Name) menoleh ke arah Jyuto lalu mengangkat sebelah alisnya heran.
"Jujur kuakui, aku merasa ada sesuatu yang hilang saat pulang kemari," ungkap (Name).
"Apa ada barang yang tertinggal?" tanya Nemu.
(Name) menggeleng singkat, namun kemudian ada sesuatu yang menarik perhatiannya.
"Jyuto-san?"
"Ada apa, Miss (Name)?"
"Apa itu yang ada di saku bajumu?" tanya (Name)—dengan tidak sopannya—menunjuk saku baju Jyuto, "aku tidak pernah melihat itu sebelumnya."
"Ah, ini?" tanya Jyuto menarik benda yang (Name) tunjuk keluar dari sakunya, yang adalah foto yang pernah Jyuto lihat tempo hari di rumah keluarga Busujima saat bersih-bersih.
Iris (Name) melebar dan perempuan itu berdiri dari kursinya.
"Kenapa kau punya foto itu!? Jangan bilang kau mengambilnya—"
"Pelankan suaramu, onna," sahut Samatoki, membuat (Name) mengembungkan kedua pipinya lalu kembali duduk di kursinya.
"Oh, anggap saja ini bayaran untukku karena sudah membantu kalian tempo hari," ucap Jyuto memasukkan fotonya kembali ke dalam saku bajunya.
"Tak kusangka kau sangat pelit, Iruma-san," gumam (Name), "dan bukannya sudah kubilang kalian tidak perlu membantu? Apa kau mau kusuapi dengan makanan Kak Riou?"
"Jika memakan makanan buatannya bisa membuatku mempunyai foto masa kecilmu, Miss (Name)—aku rela melakukannya," sahut Jyuto menyeringai puas.
Pipi (Name) merona saat mendengar jawaban Jyuto, membuat perempuan itu menggerutu.
"Kau pasti akan menggunakannya untuk mengancamku, kan?" gumam (Name).
"Sebentar lagi kereta ini akan berhenti di stasiun Yokohama. Sekali lagi, sebentar lagi kereta ini akan berhenti di stasiun Yokohama."
Suara pengumuman dari kereta sukses menarik perhatian mereka berlima.
"Sudah sampai, ya?" sahut Samatoki.
Mereka pun berdiri dari kursi mereka saat kereta yang mereka naiki mulai berhenti.
"Sepertinya boleh sesekali kita keluar negeri," komentar Jyuto.
"Pekerjaanmu, Jyuto-san," sahut (Name).
"Tapi jika sesekali sepertinya bisa," gumam Riou, "untuk mengunjungi makan orang tua kita berdua, (Name)."
Namun raut wajah (Name) berubah saat mendengar itu. Dan kini mereka sudah berdiri di depan pintu keluar kereta.
"Orang tua, ya?" gumam (Name) saat pintu sudah terbuka.
Mereka keluar dari kereta. Namun Riou yang mendengar suara (Name) dan menyadari sang adik tidak ikut keluar bersama mereka pun berhenti, dan menoleh ke belakang.
"(Name)?"
"Kak Riou," senyum kecil terukir di wajah (Name) dan perempuan itu mengangkat kepalanya, "aku akan bertanya sekali lagi—apa tidak ada yang ingin kakak sampaikan padaku?"
Riou memiringkan kepalanya.
"Sesuatu? Tidak ada? Memangnya ada apa, (Name)? Keluarlah, pintu keretanya sebentar lagi akan ditutup."
'Tidak ada?'
"Perhatian, pintu kereta akan segera ditutup. Sekali lagi, pintu kereta akan segera ditutup."
(Name) membuka mulutnya, namun tidak keluar suara dari mulutnya. Menyadari itu membuat (Name) menutupnya kembali, menarik napas panjang sebelum akhirnya menggertakkan giginya—tanpa sadar air mata sudah mengalir di pipi kanannya.
"Apa benar-benar tidak ada, Kak Riou?" tanya (Name)—sukses membuat mereka berempat terkejut saat melihat ekspresi (Name).
"(Name)-san?" panggil Nemu dengan khawatir.
Tangan (Name) mengepal, bersamaan dengan pintu kereta yang mulai menutup.
"Kak Riou berencana tidak memberitahuku sampai detik ini, ya? Tentang diriku yang adalah seorang anak angkat di keluarga Busujima?"
Kemudian pintu kereta sukses tertutup, dan kereta pergi meninggalkan Yokohama.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top