SATU

Satu

Namaku adalah Azmiya Nabiya Nasira, aku memiliki dua saudara, yang pertama kakak laki-lakiku yang bernama Reyhan Putra Nasira. Aku sangat menyayanginya dan dia pun sangat menyayangiku.

Kedua, aku mempunyai adik perempuan, lebih tepatnya adik kembarku yang bernama Aznya Nabina Nasira.

Aku tidak tau aku menyayanginya atau tidak tapi yang jelas dia selalu membuatku kesal. Selalu saja ada perbuatannya yang mengganggu ketenanganku dan karena itu aku sering marah padanya.

Dia bersikap seperti itu karena dia tidak seperti orang-orang pada umumnya. kembaranku itu idiot.

Padahal kata mama saat lahir aku dan Azny sehat-sehat saja tetapi, ketika berumur dua tahun, Azny terkena panas tinggi dan ketika sembuh sikapnya tidak seperti anak pada umumnya.

Azny tidak bisa bicara dengan baik dan berjalan pun dia sering jatuh, padahal aku sudah bisa berjalan dan bicaraku juga sudah lumayan baik.

Setelah berumur lima tahun, mama dan papa baru tahu kalau Azny itu idiot. Entah karena panas tinggi tersebut atau ada penyebab lainnya, tetapi kami semua tau ini sudah takdir yang tidak bisa dihindari.

Mama dan papa sangat sedih mengetahui hal itu. Setelah mengetahui apa yang terjadi pada anak bungsunya itu, mama dan papa memperhatikan Azny lebih banyak daripada aku dan kak Reyhan. Kami mencoba untuk mengerti dan tidak protes, hari demi hari berlalu hingga aku hampir berusia tujuhbelas tahun.

Sebentar lagi aku akan berulang tahun yang ketujuhbelas, aku sangat bahagia karena ini adalah sweet seventeen. Ulang tahun yang paling aku tunggu-tunggu dari dulu, aku sangat ingin merayakan sweet seventeenku.

Kata Mama ulang tahun yang ketujuhbelas sangat spesial, makanya aku sangat menantikan hal ini. Aku berharap banyak, aku menginginkan kebahagiaan yang sangat berlimpah.

Apalagi sekarang aku sudah memiliki pacar. Nama pacarku Kenzi dan kami sudah menjalin hubungan selama lima bulan ini. Orang tuaku juga terlihat tidak keberatan dengan hubungan ini, meskipun mereka belum pernah bertemu dengan Kenzi sebelumnya.

Inilah kisahku, kisah yang berujung kesedihan, kebahagiaan dan harapan yang hancur di hari bahagiaku.

Semuanya bermulai dari ....

                                 🔥🔥🔥

Satu tahun yang lalu

Pagi ini aku bangun cepat, aku sedang mempersiapkan diri untuk presentasi nanti, aku tidak sabar. Mungkin bagi sebagian orang, presentasi adalah hal yang ingin dihindari, tetapi aku sangat menyukai presentasi, karena aku seolah menjadi CEO. Hal itu sangat menyenangkan.

"Mya bangun, Nak, kalau kamu tidak bangun nanti kamu terlambat kesekolah," teriak mama membangunkanku. Mama tidak tau saja kalau aku sudah bangun sejak tadi.

"Iya, Ma. Mya udah bangun," jawabku dengan sedikit berteriak. Bukan bermaksud tidak sopan, tetapi aku sedang berada di kamar yang terletak di lantai dua dan mama pasti sedang di dapur lantai satu. Tentu saja aku harus teriak agar suaraku dapat didengar.

Sudah hampir jam enam pagi, aku meletakkan makalah yang sedang kupegang di atas meja belajar. Makalah ini belum dijilid, nanti saja setelah mandi.

Aku tidak membutuhkan waktu lama untuk mandi sekaligus mengenakan seragam sekolah. Aku masih harus menjilid makalah dan tidak ingin membuang-buang waktu.

Aku menatap pantulan diriku di cermin, tidak buruk juga meskipun aku belum memakai apa pun. Aku mengambil bedak tabur bayi lalu meletakkan sedikit bubuknya di tanganku baru mengoleskannya ke wajahku. Kenapa aku memakai bedak bayi? Karena suka wanginya dan juga tidak ribet. Bagiku bedak bayi sudah cukup.

Aku merapikan anak rambut yang keluar dari tempat semestinya, lalu terdengar suara ketukan pintu dari luar. Apa itu Mama?

"Masuk," ucapku pelan. Entah kenapa, semakin dirapikan justru anak rambut ini semakin berantakan.

Aku melihat dari cermin di hadapanku, bukan mama, tetapi Azny—kembaranku. Sepertinya dia membawa susu cokelat untukku, entah apa tujuannya, padahal aku bisa meminumnya di bawah nanti.

"Ini," ucapnya sambil menyerahkan gelas yang ia pegang dengan kedua tangannya.

"Letakkan saja di situ, aku lagi ribet," ucapku sambil menggerakkan badan menunjuk meja belajarku.

Aku tidak tau apa yang dilakukannya, hingga suara kaca pecah terdengar di telingaku. Aku langsung berbalik dan terkejut melihat makalahku sudah basah terkena susu. Kertas putihnya sudah berubah warna.

Aku emosi melihat itu, dia keterlaluan.

"Apa yang kamu lakukan?" ucapku membentaknya, padahal pertanyaan itu tidak perlu sama sekali karena tugasku sudah rusak.

"Kamu menghancurkan tugasku!" bentakku lagi untuk menyalurkan amarahku. Ini masih pagi dan dia sudah membuat ulah denganku.

Aku berdecak kesal ketika melihat dia menangis, pasti aku lagi yang akan disalahin.

"Ada apa Mya? Kenapa kamu marah-marah?" tanya mama begitu membuka pintu kamarku. Sepertinya teriakanku terdengar di seluruh ruangan, tetapi aku tidak peduli.

"Lihat, dia menghancurkan tugasku." Aku mengadu sambil menunjuk tugas yang sudah tidak berbentuk itu.

"Mya, seharusnya kamu tidak membentak Azny, dia pasti tidak sengaja."

Selalu saja mama membela Azny, meskipun dia yang salah. Tidak, tetapi aku yang salah, aku salah karena membiarkannya mendekati tugasku.

"Iya, Mya. Kamu tidak seharusnya menyalahkan Azny karena ini," tambah papa. Aku bahkan tidak tau kapan papa datang ke kamarku.

"Tapi bagaimana dengan tugasku? Hari ini aku harus mengumpulkannya." Aku panik, aku sudah menghapus filenya karena kurasa sudah tidak perlu lagi. Aku tidak menyangka akan terjadi kejadian seperti ini.

"Kamu punya salinannya, kan? Print lagi Mya," ucap papa.

"Aku sudah menghapus filenya," jawabku pelan.

"Yasudah, bilang saja kamu lupa membuatnya," ucap mama yang sedang memeluk Azny, berusaha menenangkan anak kesayangannya itu.

"Apa? Ma, aku sudah capek mengerjakan tugasku. Aku tidur larut malam supaya tugasnya sempurna. Tapi sekarang malah rusak karena anak kesayangan Mama itu." Aku tidak tahan lagi, mama berucap seolah-olah usahaku tidak ada artinya.

"Mama sama Papa jahat!" desisku sambil menahan tangis.

Aku mengambil tas yang terletak di atas tempat tidur dan mengambil kunci mobil di laci. Aku keluar dari kamarku, mengabaikan panggilan dari mama dan papa. Aku sudah sangat kesal, bahkan setetes air mataku sudah jatuh.

🔥🔥🔥

Revisi, Minggu 17 Januari 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top