QnA
Aloha! Kembali lagi dengan Ruru! *buat tampang narsis di depan kamera*
Jadi kali ini Ruru mau up QnA yang kemarin UwU ✨✨
Buat yang udah jawab pertanyaan dari Ruru seminggu lalu juga MAKASIH BANYAK
ITU BENER BENER PENYEMANGAT BANGET BUAT RURU ASDFGHJKL—
Oke stop—!!
Its time to~ jawab semua QnA kalian di chapter epilog kemarin hehe
Kalau semisal ada yang pertanyaannya gak kejawab atau gak ke up disini, sorry ya, berarti gak keliatan di Rurunya.
Karena komenan di chapter epilog kemarin bener bener BOOM!!
Banyak banget sampe gatau mau balasnya gimana lagi, ehek :"D
Yosh! Cekidot!!
.
.
.
From Endah_92
Author:
- Bisa dong, kalau gak bisa ya gak akan ada book ini HAHAHAHA—plak!
- Hm, suatu hari Ruru berpikir bagaimana caranya membuat pembaca menderita *nyengir tak berdosa*
- Kalau menurut Ruru sih nggak. Tinggal milih 1 dari beberapa adegan yang kemungkinan bisa terjadi. Nanti otomatis ke jabar kok sampai ending. Kalau di misalkan tuh kayak pohon kehidupan dan di sana ada alur hidup kamu, dan masing-masing ranting punya kehidupan yang berbeda. Dan kamu harus pilih satu ranting di mana nanti ranting itu punya cabang lagi.
Gak ngerti? Ya udah. Sengaja aja mau bikin beban pikiran kalian nambah *tampang narsis tak berdosa*
From camelyn_rosegirl
Author:
- Ruru bisanya bikin di situ.
- Kapan-kapan, ehe.
- Satu kata? Hm ... "Mantap" *kasih jempol*
From Sarwi2009
Author:
- Punya tapi ya eum gimana ya? Hahaha gak bisa bikin romantis jadi hm ya gitu 👉👈 terakhir kali bikin romantis berakhir tragis—
- Gak 🗿 tapi aku mau jadi seniormu HAHAHA—gak canda, ayok temenan UwU
- Di rumah bapack✨✨
Di Jambi gesd, ada yang samaan gak? Kuy kita meet
Sleepy: Corona
From Aya_Offx dan blueakane2121
Author:
- Ruru pernah nulis dulu di buku, tapi percuma nulisnya cuma beberapa kata. Alhasil semua cerita ini langsung ketik tanpa di rencanain matang-matang. Maafkan jika alurnya kacau kayak hidup kalian—plak!
- Kapan-kapan hehe
From Raylie_Ray
Author:
- Apanya? Cerita ini? Dari manhwa kayaknya. Yang di tabrak tayo terus isekai //canda Tayo
- Asal kamu tahu, di draft Ruru sekarang banyak book nya Taufan yang ternista ohoho
Boel be like: YNTKTS
Author: Jadi mereka lagi berlibur—
From MatsGeno dan IsaSamufi24
Author:
- Ih aku gak bikin kalian mewek, kalian aja yang mewek sendiri *lempar lempar tisu*
- Ya kapan-kapan hehe. Kok kalian nanya itu terus sih? >:( esmosi aku neh huhu
From Val14_
Author:
- Jadi waktu itu aku lagi ngelamun di wc, terus dapat ide.
- Of course this blueboi 😎
- Nanti saya pikirin dulu mau dimatiin atau nggak *digebuk readers*
Iya masama :) ah sopan sekali kamu~
From MaikaPompom
Author:
- Kalau ide mikir dulu, kalau alur ya terserah yang penting jari udah nempel di keyboard.
- Mati topik apanya? Maksudnya hilang ide cerita? Mungkin pernah tapi gatau.
- Sebenarnya gak pusing. Readers yang nuntut cepat update yang bikin pusing *nangis*
- Capek karena ngebut ngerjain satu chapter dalam dua jam.
Sama-sama~ aww :)
From PenyihirBintang dan NamylaLya1
Author:
- Nggak tahu, kan belum saya pikirin
- Kapan kapan :)
- Ortunya lagi liburan—
- Oh iya jelas emang sultan. Kan udah di kasih tahu di chapter 31 yang flashback Grace kalau keluarga mereka punya perusahaan sendiri.
- Sebenarnya ini keahlian Sleepy tapi okeylah karena Ruru juga bisa. Jadi intinya, pikiran kalian harus beda dari yang lain. Kayak 'out of the box'. Dan semuanya itu harus ada hubungan setiap alur, jangan sampai ada alur yang ketinggalan. Kalau soal kerasa dan gak kerasa ya itu penyampaian kita aja lagi gimana membawakan cerita tersebut.
- Hadeuh nanya ini lagi untuk yang kelima kalinya. Gak ada gitu yang mau nanyain Rurunya *nangis*
From Naica_Shie
Author:
- Kalau semisal Ruru ambil alur cerita dimana [Name] tahu kalau Grace bikin rencana bareng Rayn dan Rena. Justru kehancurannya malah makin dekat dan gak akan ada kisah putar balik waktu. Karena usaha [Name] justru bakal bikin rencana Grace gagal total kayak chapter dimana Rena justru malah nusuk [name] dan sontak Grace panik. Kira-kira rencananya bakal begini, [Name] akan nemuin Noel dan nyerahin diri sendiri. Sedangkan [name] gak tahu alasan Noel kepingin dia itu karena apa dan justru dia bakal jadi boneka nantinya dan bikin Grace stres. Lalu ceritanya pun berubah hahahaha.
- Alhamdulillah nggak, hahaha tapi lulus. Jaga dong.
- Pancing readersnya. Bikin mereka bingung di beberapa adegan dan secara otomatis mereka bakal berteori.
- Soal itu, mari kita tunggu di season 2 ya hehehe
From Fanimonsta_01
Author:
- Dari bertapa di wc
- Boleh, kalau ada yang mau wa dm aja ya
Boel:
- Sebesar balon. Kenapa balon? Karena akan terus membesar selama ditiup //hahaha gombal
- [name] masih kecil!
Halilintar:
- Cuma nebak
- Memangnya siapa yang ngelawak?
Blaze:
- Kalau mati nanti judulnya ganti dong?
- Nggak dong, [name] aja yang suka nempel ke ketek UwU
[Name]: fitnah!
Gempa:
- Malaikat kecil(?)
- Um, sebenarnya semua sama aja. Malah masih mudah ngatur kucing daripada mereka :') //curhatan seorang Gempa
Solar:
- Mau ikut bapak liburan
- Ih gak boleh kepo. Liat aja di season 2 ya :)
Ice:
- Geli ... ya sakit :)
- Karena mungil
- Apa itu olahraga? *sedot es coklat*
From Fanimonsta_01 dan ya_ayaa
Taufan:
- Sering tapi dulu
- Uh sangat manis~
Duri:
- Yep!
- Rasanya, sakit :) *megang perut*
Author: Oi!
Duri: Hehe salah :)
Author: Segitu aja gimana, ini panjang!
- Dari wc—kalau benar-benar inspirasi sih dari film jepang (lupa judul) yang dia itu bangun-bangun udah di tempat lain. Sang kematian bilang ke dia kalo dia harus cari jawaban dari kenapa orang yang tubuhnya dia pakai tuh meninggal dengan batas waktu, kalau bener, tubuh itu jadi milik dia. Plottwist nya ternyata itu dia sendiri, dan dia bunuh diri karena cuma ga nerima keadaan.
Jadi cerita ini bukan terinspirasi dari SIBAP ataupun kimi no nawa ye hahaha.
- Ada, tapi untuk tanggal rilisnya belum pasti
- Kadang iya tapi sebenarnya nggak terlalu sih, cuma maksa aja di pusing-pusingin biar punya alasan nggak update yuhu
- Karena ... plotwist? Ruru suka nebak-nebak.
From AyamBlaze_
Author:
Hahaha aku salfok sama nicknamenya. Ayam kok bisa ngetik—
- Untuk inspirasi tadi udah di jelasin di atas ya. Tinggal scroll. Tapi tapi rel kereta api gak melintang-lintang. Kalo rel rollercoaster baru—
- Um, nggak tahu. Pokoknya ya tergantung cara nulis kamu gimana biar nge feel.
.
.
.
Oke sip sudah terjawab semua ya pertanyaan-pertanyaan kalian kali ini.
Jadi Ruru mau memperjelas beberapa hal lagi di sini. Jadi tolong baca baik-baik karena Ruru gak akan mau jawab kalo semisal kalian tanya hal yang sama seperti yang akan Ruru jelaskan ini.
Budayakan rajin membaca A/N author, oke? *kedip sebelah mata*
Kak ada season 2 gak?
Ada kok, cuma belum pasti kapan bakal rilis karena draft Ruru juga ketumpuk banget. Jadi sebelum buat book season 2 nya, Ruru mau selesain beberapa book dulu.
Beberapa dari kalian ada yang baca book 'Magic Reflection'?
Jadi book itu adalah request dari teman wa dan jumlahnya ada 3 book. Yang pertama ada Magic Reflection (Gempaxbbbori), Stay With Me (BlIce), dan Rival or Family (Halisol). Bukan bxb ya XD
Jadi Ruru akan selesaikan 3 book itu dulu. Tenang aja karena jumlah chapter masing-masing book gak bakal lebih dari 5 chapter.
Kemungkinan season 2 akan rilis bulan depan atau bulan depannya lagi jadi tunggu aja ya. Jadi follow aja akun ini buat dapatin info terbaru tentang season 2 nya. Oke?
Terus Ruru mau promosi akun sebelah :3
Akun itu berisi cerita-cerita orisinil. Yang tertarik boleh mampir XD
Untuk chapter bonus ada setelah ini. Selamat membaca~
.
.
.
[Bonus chapter]
"[Name] bangun, sudah pagi."
Seseorang mengguncang tubuhku pelan. Suaranya terdengar familiar. Aku membuka mata, menemukan sesosok perempuan sebaya diriku berambut pirang.
Aku mengerjapkan mata berkali-kali. "Pagi, Grace."
Grace mengangguk samar. Ia melempar handuk padaku begitu aku mengubah posisi menjadi duduk. Aku menggaruk kepalaku, merasakan kusutnya rambutku.
"Mandilah dan bersiap, sedari tadi abang-abangmu itu datang ke sini untuk mengecekmu agar tidak hilang." Grace menghela nafas lelah, lalu lanjut membereskan barang-barang miliknya di atas meja. "Sudah kubilang jangan sekamar denganku, seharusnya kau pilih kamar hotel bersama abang-abangmu itu."
"Kenapa? Kau tak suka sekamar denganku?"
Grace menatapku datar. "Sedari tadi aku terganggu dengan suara ketukan pintu."
"Ah maaf," kekehku. Aku bergegas menuju kamar mandi. Grace terlihat duduk di ranjang yang ditempatinya dan memainkan ponsel miliknya.
Semenjak Grace bangun dari koma hari itu. Aku tidak melihat Grace menggunakan ekspresi yang begitu ekspresif. Semua ekspresinya terkesan dilakukan tanpa minat. Seolah itu ekspresi aslinya selama ini.
"Kau takkan meninggalkanku kan, Grace?" tanyaku di ambang pintu kamar mandi. Ia melirik sedikit, sedikit bingung dengan pertanyaanku yang memiliki banyak jawaban.
"Entah, aku akan meninggalkanmu dan sarapan."
"Ish."
"Makanya cepat." Ia berujar malas. Ia bahkan terlihat menggelengkan kepalanya begitu aku nyengir.
Setelah itu aku masuk ke dalam kamar mandi. Merasa terpukau dengan kamar mandi yang begitu luas. Grace benar-benar memilih hotel bintang lima yang mewah, VIP pula. Sebenarnya sekaya apa Grace ini?
Selama ini kamar mandi ku kecil. Seperti di rumahku sebelumnya, di desa paman dan bibi, lalu di kosan. Melihat kamar mandi ini, bahkan lebih besar daripada kamar kosanku sebelumnya.
Aku bergegas mandi di shower. Entahlah, aku yakin ini urutan yang benar saat mandi di tempat seperti ini. Lagipula takkan ada yang melihat. Setelah mandi bersih di shower, aku masuk ke dalam bathtub yang berisi air hangat.
Jangan lupakan bebek karet yang mengapung. Benar-benar kamar mandi mewah. Sepertinya juga Grace yang telah menyiapkan bak mandi untuk diriku. Dia pasti tahu jika aku hanyalah rakyat jelata yang akan menganga begitu masuk ke kamar mandi.
.
.
.
Aku selesai mandi dan memakai pakaian yang kubawa dari tempatku. Kulihat Grace sudah berbaring lagi di ranjangnya. Sepertinya kelamaan menungguku mandi.
"Sudah selesai?"
Aku tersentak begitu mendengar ternyata dia masih bangun. "S-sudah."
Grace langsung bangkit. Ia berjalan keluar dari kamar. "Ayo sarapan."
Aku mengangguk. Segera mengejar langkahnya yang terburu-buru ke ruang makan di hotel. Aku penasaran akan jadi sebesar apa ruang makan di hotel ini.
Sesampainya di sana. Sudah ada keempat abang ku yang menunggu sembari mengobrol ringan. Aku dan Grace menghampiri. Meja bundar yang cukup untuk enam orang.
Grace mengambil buku menu. "Kenapa kalian tidak memesan duluan? Sudah ku bilang [name] akan lama." Grace memanggil pelayan yang dekat dan segera memesan. Dengan nama makanan yang terdengar seperti nama bakteri untukku.
"Kami ingin makan bersama," gerutu Duri sembari cemberut. Mereka semua membuka buku menunya dan memesan, termasuk aku. Selesai mencatat pesanan kami, pelayan tadi segera pergi dari sana.
Halilintar yang duduk di sebelahku sedari tadi hanya terdiam. Gempa terlihat terkekeh menanggapi gerutuan Blaze tentang dirinya dan Duri. Grace sendiri terlihat tidak peduli dan sibuk dengan handphonenya.
Tak lama. Pesanan pun datang dan diberikan kepada masing-masing dari kami. Aku sedikit terkejut karena sebuah red velvet di sodorkan padaku. Sang pelaku hanya memberikan wajah datar. "Aku tahu kau tidak sadar ada Red Velvet di daftar menu."
"A-ah iya, makasih bang Hali." Aku tersenyum lebar saat melihat kue kesukaanku. Halilintar tersenyum tipis, lalu mengelus kepalaku lembut. "Makanlah yang banyak."
"Ya," sahutku. "Omong-omong, tsunderenya bang Hali gak hilang-hilang ya."
"Pfft—" Blaze tertawa mengejek. Seandainya ada Taufan juga di sini, Halilintar pasti akan digoda habis-habisan oleh keduanya.
Tapi, elusan dari Halilintar entah kenapa terasa hangat.
Kami mulai makan. Dengan diselingi canda tawa. Meski tidak heboh, mampu menghidupkan suasana yang redup.
"Ma-maaf!"
Sang pelaku yang tanpa sengaja menumpahkan segelas sirop hingga jatuh ke lantai dan membasahi gaunku terlihat panik dan membungkuk berulang kali. Sebenarnya aku tidak masalah, tapi panik juga saat melihat gaun putih yang ku kenakan ini terciprat sirop merah dan membuatnya tak enak di pandang.
Halilintar berdiri dengan wajah marah. "Kau—"
"Bang, jangan!" Gempa langsung menarik kakak sulungnya itu. Melihat situasi yang tidak kondusif apalagi aku malah terdiam menatapi nasib pakaian yang tidak tahu harus di apakan.
Grace menggebrak meja dan membuat semua pasang mata di ruang makan di hotel itu beralih padanya. Wajah Grace datar, menatap nyalang ke sang pelaku yang mulai berkeringat dingin.
"Sudahlah hei—"
Ucapanku untuk menghentikan mereka pun terpotong oleh Grace. "Kau pergi dan ganti baju, biar aku yang urus ini."
"T-tapi ..." Bukan mengapa. Entah kenapa aku tidak bisa berdiri karena kondisi gaunku yang basah dan benar-benar memerah. Blaze berdiri, membuka jaketnya dan menggantung jaket besarnya itu ke bahuku. "Pakai itu."
"Kemarilah, kita ganti baju." Gempa menarik tanganku untuk segera pergi dari sana.
Sekilas sebelum aku dan Gempa keluar dari pintu ruang makan. Aku bisa melihat Grace yang membawa pelaku itu pergi dari sana. Dengan Duri yang berusaha agar Halilintar dan Blaze tidak mengamuk.
.
.
.
"Sudah?"
"Sudah kok, bang Gem."
Aku keluar dengan penampilanku yang baru. Aku tidak memakai dress lagi, melainkan celana jeans dan sweater berwarna biru muda.
"Itu lebih baik, kau terlihat cantik, [name]."
Aku terkekeh mendengar pujian itu. "Makasih bang Gem."
Kami berdua berjalan lagi untuk ke ruang makan. "Kau sudah besar ya." Ia menunduk dengan helaan nafas. "Sudah sangat lama ternyata."
"Bang Gem juga!" ujarku dengan ceria. Ia lantas terkekeh, mengelus kepalaku yang lebih pendek darinya. "Tapi untunglah kau tidak berubah terlalu jauh."
"Oh ya, memang dulu aku bagaimana?"
Gempa mengingat kenangan di masa lalu. Teringat dengan masa kelamnya di saat aku berubah menjadi jahat ke mereka, ia lantas menggeleng kuat. "Lupakan saja."
Aku terkekeh geli. Lantas memeluk tubuh yang lebih tinggi itu. Membuat ia tersentak kaget, lalu akhirnya mengelus punggungku dengan lembut.
Aku melepasnya. Ia tersenyum tipis. "Ayo cepat kembali, yang lain menunggu."
Kami berdua bergegas pergi. Kembali ke meja tadi dan menemukan mereka ternyata berpindah ke meja sebelahnya karena sirup yang mengotori lantai.
Melihat kiri dan kanan, aku tidak menemukan Grace. "Dimana Grace?" tanyaku. Blaze dan Duri menggeleng "Dia belum kembali dari tadi."
"Begitu." Aku mengangkat potongan red velvet dengan sendok, lalu memakannya.
Duri mendekat ke arahku dengan mata bulat hijaunya yang berbinar. "Enakkah? Duri mau~"
"Enak, ini coba." Aku menyendokkan kue tersebut dan menyuapkannya ke Duri. Pemuda itu tersenyum senang, "Manis hehe, kayak [name]."
Astaga, darimana abangku yang polos ini belajar gombal?!
"Aku! Aku juga mau!" Blaze heboh ketika melihat Duri di suap. Ia juga mau. Terlihat binar di mata ke jinggannya itu.
Aku menyendokkan kue itu lagi dan menyuapkannya ke Blaze. Blaze langsung girang.
Bukan karena kue. Sepertinya girang karena aku menyuapkannya untuk mereka berdua.
Aku menoleh ke arah Gempa dan Halilintar. "Mau [name] suapin juga?"
"Gak!" Halilintar memalingkan wajah dengan rona merah. Gempa menggaruk pipi, malu juga.
"Ga usah malu-malu." Aku menyodorkan sesendok kue itu ke hadapan mereka. "Sini [name] suapin, aaa~"
Gempa memakan itu dengan kekehan. Aku mengambil lagi, kali ini ke arah wajah Halilintar. Ia masih membuang muka, aku cemberut kesal.
"Ga mau?"
Ia menoleh. Wajahnya yang sudah merona itu terlihat lucu. Cukup lama hingga ia menerima suapan kue itu dariku.
"Nah, enak kan?" ujarku. Wajahnya malah makin memerah. Ia tutup dengan satu tangannya dan memalingkan wajah. Sontak Gempa, Blaze dan Duri tertawa melihat tingkah laku Halilintar.
Yep, begini juga tidak apa-apa.
.
.
.
Di lain sisi. Grace yang sedari tadi sudah selesai dengan urusannya hanya berdiri diam di perbatasan dinding antara koridor dan ruang makanan. Dari jarak segini, ia bisa melihat keluarga [name] yang sibuk bercanda gurau.
Grace hanya tersenyum tipis. Ia tahu ia takkan bisa seperti itu. Keluarganya telah hancur, begitu juga dengan dirinya. Tidak akan ada namanya perulangan.
Grace tidak tahu mengenai [name] yang pernah kembali ke masa lalu. Tidak ada yang tahu memang. Kecuali Rena, yang saat ini telah tiada.
Entah kenapa semakin dilihat, Grace enggan datang ke meja itu. Mereka terlalu bahagia di sana.
Grace hanya orang asing di antara [name] dan abangnya.
Tak perlu di pikirkan, abang Grace memang berbeda. Tugasnya hanya mencari tahu penyebab abangnya seperti itu. Ia yakin harusnya ia ingat sesuatu. Tapi ia tidak mengingat apa yang harusnya ia ingat.
Suara telpon berbunyi di sakunya. Ia mengangkat telepon itu. Bersender di dinding dengan kepala terangkat ke atas. Ponsel itu menempel di telinganya.
"Halo?"
Cukup lama. Sosok di sana bersuara. Mata Grace membulat. Tak lama, ia tersenyum miris.
"Ya, aku mengerti—"
Seseorang yang kini salah satunya menelepon Grace.
Dan meminta sesuatu darinya.
"—Solar."
.
.
.
***tbc***
A/n:
Sip chapter bonusnya sudah selesai~
Untuk season 2 nya otw
Selamat menunggu~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top