1. New World

Aku membuka mataku perlahan karena rasanya cukup berat. Hal yang pertama terlihat adalah langit-langit berwarna putih polos. Tubuhku rasanya kaku sekali, apalagi tenggorokanku yang rasanya kering. Aku ingin bersuara memanggil seseorang namun rasanya tidak mampu. Kurasakan nyeri diperutku walau tidak terlalu menyakitkan.

Mataku menyisir ruangan tersebut dengan perlahan. Ruangan tersebut didominasi warna putih dan bau obat-obatan yang cukup menganggu indra penciuman. Lampu penerangan hidup dan jendela memperlihatkan kegelapan malam. Sepertinya aku berada di rumah sakit.

Suara berderit membuatku menoleh dan mendapati seorang perempuan berseragam putih masuk dengan membawa papan berkas ditangannya. Ia terhenti begitu melihatku dan langsung memanggil dokter.

Seorang lelaki paruh baya masuk dan langsung mengecek menggunakan stetoskop miliknya. Setelah itu mengatakan sesuatu pada sang suster yang kemudian mereka berdua beranjak meninggalkanku.

Aku belum bisa mendengar pembicaraan mereka terlalu jelas namun aku dapat menangkap beberapa kata.

"...hubungi keluarganya."

Tidak mungkin keluargaku akan datang. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak mungkin datang hanya karena aku masih hidup. Sungguh, aku bahkan lupa telah terjadi apa hingga aku berada dirumah sakit seperti ini. Merasakan nyeri diperut, mungkin saja aku habis pingsan gara-gara maag.

Setelah merasa tubuhku cukup kuat untuk bergerak. Aku memaksa mengubah posisiku untuk duduk dan melepas penganggu dimulutku ini. Cukup letih namun aku senang bisa duduk. Sepertinya aku sudah pingsan beberapa hari hingga tubuhku rasanya karatan.

Aku memperhatikan tubuhku namun jelas ada yang aneh. Ini jelas bukan tubuhku karena tubuhku tidak sekecil ini. Umurku telah mencapai 17 tahun dan kenapa tubuhku seolah menyusut? Dan juga dipergelangan kedua tanganku terdapat bekas sayatan yang cukup banyak. Membuatku sedikit ngilu saat melihatnya. Rambutku yang sepinggang rasanya hanya sebahu. Dan benar saja, rambutku hanya sebahu.

Apakah ada banyak hal yang terjadi selama aku pingsan? Aku sama sekali tidak bisa berpikir lebih jauh karena kepalaku selalu berdenyut ketika aku memikirkannya.

Tenggorokanku terasa sangat kering. Aku menolah dan mendapati segelas air putih diatas nakas. Tentu saja instingku untuk segera minum harus dipuaskan. Aku mencoba meraih gelas tersebut namun naasnya gelas tersebut tidak tergenggam dengan benar dan malah jatuh ke lantai. Membuat gelas itu pecah dan pecahan kacanya yang tersebar dibawah sana.

Bersamaan dengan itu, seorang pemuda membuka pintu dan langsung heboh saat melihatku yang terdiam melihat pecahan kaca dibawah sana. Dia segera menyingkirkan semua pecahan kaca tersebut dengan sapu tangan dan membuangnya dalam tong sampah di sudut ruangan.

"Apa yang kau lakukan?" Dia bersuara garang. Mata rubynya menatap marah padaku yang membuatku sedikit tersentak. Aku lantas menunjuk ke mulutku yang kering karena susah untuk berbicara. Dia langsung mengerti dan membuka sebuah botol minuman yang tadi ia bawa. Segera ia minumkan padaku dengan pelan karena tahu aku takkan bisa memegangnya dengan benar.

Setelah merasa tenggorokanku basah, aku bernafas lega sambil memandang bingung ke arah laki-laki tersebut. Pemuda yang terlihat sebaya denganku dengan rambut hitam berhias rambut putih sedikit. Mata ruby yang terlihat tajam dan wajah yang lumayan menawan. Aku merasa tidak pernah melihatnya namun ciri-cirinya mengingatkanku pada sesuatu. Meskipun aku sendiri malah lupa apa sesuatu itu.

Pemuda itu menyadari tatapanku dan melihat kearahku. "Ada apa? Kau lapar?"

Aku menggeleng kecil menanggapi pertanyaannya itu. Dia memang baik karena memberikan minum dan menawarkan makan. Tetapi dia tetaplah orang asing.

"Kamu siapa?" Aku sedikit terkejut dengan suaraku. Rasanya berbeda dan terdengar seperti suara anak kecil.

Dengan sepatah kata tersebut. Pemuda dihadapanku ini langsung terdiam dengan matanya yang terlihat terkejut. Dia bersuara kecil, "kau... tidak mengingatku?"

Aku kembali menggeleng kecil untuk menanggapi pertanyaannya. Setelah itu ia mengucapkan kata yang membuatku terkejut lagi.

"Aku Halilintar, abangmu."

.

.

.

Setelah selesai dengan berbagai macam keperluan rumah sakit dan juga ternyata pemuda bernama Halilintar ini memiliki kembar lain berjumlah total 7 orang. Aku pulang bersama mereka ke sebuah rumah yang lagi-lagi asing. Setelah perkataanku sebelumnya, Halilintar yang mengaku sebagai abangku langsung memanggil dokter. Akhirnya aku didiagnosis kehilangan ingatan karena trauma.

Heh, klise sekali.

Aku sangat yakin bahwa aku tidak kehilangan ingatan namun sepertinya ada yang aneh dengan keadaanku saat ini. Tentu saja aku sempat-sempatnya curi kesempatan untuk melihat diriku sendiri dicermin. Dan benar saja, ini jelas bukan tubuhku sama sekali.

Tubuh kecil dengan kulit pucat, mata coklat hazel, dan rambut hitam sebahu dengan sedikit rambut putih. Mirip sekali dengan wujud ketujuh saudara kembar yang mengaku sebagai abangku itu. Yang berbeda adalah warna mata dan gender. Wajah ditubuh gadis ini cukup lucu, sama seperti abangnya yang cakep, tubuh ini juga memiliki rupa yang menawan. Wajahnya bahkan sempat membuatku terpesona karena ternyata cantik setelah dilihat cukup lama. Aku awalnya tidak menyadarinya karena rambutnya yang sepertinya tidak terurus dengan banyaknya bagian-bagian rambut yang tergunting sembarangan.

Aku berpikir bahwa mungkin saja dia seperti ini karena yang mengurusnya adalah anak laki-laki semua. Tidak mungkin anak sekecil ini gila kan?

"[Name] sedang apa?"

Aku sontak berhenti dari kegiatanku memandangi cermin dan memandangi sesosok pemuda yang memanggilku diambang pintu kamar. Mata keemasannya memandangku dengan lembut. Kalau tidak salah tadi namanya Gempa yang merupakan anak ketiga.

Dan tepat sekali. Didunia ini, namaku sama dengan nama asliku. Entah memang kebetulan atau apa tetapi aku bisa cukup berbaur nantinya. Aku jadi curiga apakah jangan-jangan sebenarnya aku bertukar tubuh dengan gadis ini. Tapi dipikir bagaimanapun, pulau rintis itu tidak ada dibagian peta manapun didunia asliku. Berarti memang benar jika aku terlempar kedunia lain dan menjadi seorang gadis kecil.

Sepertinya aku masuk kedalam sebuah cerita. Tapi sepertinya aku melupakan cerita yang aku baca. Aku akan mencoba untuk mengingatnya nanti.

"[Name] memang cantik kok. Cerminnya jangan dipandang terus seperti itu." Gempa kembali bersuara karena aku tak kunjung menjawab. Dia terkekeh melihatku yang sesekali masih melirik memperhatikan cermin dihadapanku. Aku akui diriku didunia ini memang cantik, tapi sungguh aku tidak segila itu sampai terus-menerus memandangi cermin. Aku hanya sedikit berpikir mengenai dunia ini.

"[Name] mandi dulu ya. Nanti kita makan malam." Lagi-lagi pemuda itu berbicara dan akhirnya aku melepaskan pandanganku sepenuhnya dari cermin. Aku melangkahkan kakiku mendekati Gempa dan mengambil handuk yang dia bawa. Dan aku menyadari tinggiku yang hanya seperutnya. Entah memang aku yang pendek atau gadis yang kupakai tubuhnya ini adalah anak sd. Aku akan bertanya pada mereka nantinya.

Saat aku melangkah keluar dari kamar. Muncul pemuda lain bermata biru yang menatapku penuh senyum. Aku ingat namanya adalah Taufan dan merupakan anak kedua. Tapi dari wajahnya, sepertinya dia adalah anak yang jahil.

"[Name] mau mandi ya? Mau abang mandikan?"

Tuh kan beneran jahil.

"Bang, [Name] kan udah gede jadi bisa mandi sendiri." Gempa langsung saja menolak perkataan tersebut. Membuat wajah Taufan terlihat manyun. "Tapi kan [Name] masih SD."

"Tapi dia sudah kelas 6 bang."

Akhirnya Taufan menyerah dan hanya mengelus kepalaku pelan. Lagi-lagi tersenyum lebar, "Nanti kita main ya."

Aku langsung berjalan meninggalkan mereka dan menuju kamar mandi. Namun aku lupa bahwa aku tidak tahu kamar mandi di rumah ini ada dimana. Tahu-tahu aku sudah berada di pekarangan rumah.

Aku awalnya langsung segera ingin pergi tapi pekarangan rumah ini jelas sangat bagus. Semua tanaman disini dirawat dengan baik dan disusun sedemikian rupa. Aku tanpa sadar melangkahkan kaki lebih jauh hingga berada didekat tanaman-tanaman tersebut.

Dihadapanku sekarang adalah bunga mawar. Ada seekor kupu-kupu berwarna kuning yang hinggap disalah satu bunga. Walaupun sayapnya polos tetapi tetap terlihat menawan.

Aku ingin terlihat seperti itu.

"Mirip seperti [Name] ya."

Sontak aku melihat ke kanan dan menemukan pemuda dengan manik hijau zamrudnya melihat kearahku sambil tersenyum. "[Name] kenapa disini?" Dia melirik ke handuk dipundakku, "Mau mandi ya?"

Aku mengangguk kecil. Dia terkekeh kecil, "Nanti pas masuk itu kan dapur, ada bang Hali disana nanti tanya aja."

Setelah melirik lagi ke arah kupu-kupu kuning yang ternyata sudah beranjak sejak kapan. Aku memutuskan segera pergi karena rasanya tubuhku memang bau dan akan memalukan jika bertemu yang lain lagi dengan keadaan bau seperti ini.

Setelah masuk dan memastikan itu adalah dapur. Aku menemukan pemuda lain bernama Halilintar sedang membuat kopi. Dan sepertinya dia menyadari keberadaanku setelah aku berdiri cukup lama sambil menatapinya. Entah kenapa rasanya enggan sekali membuka suara.

Dia melirik handuk dipundakku. "Tuh kamar mandi." Dia menunjuk sebuah pintu.

Uh, kenapa aku sama sekali tidak menyadarinya tadi?

Aku langsung masuk kesana dan menutup pintu kamar mandi. Bak mandinya jadi terlihat tinggi, apalagi bak mandinya setinggi hidungku. Dan setelah diintip, airnya pun jauh. Aku kesulitan untuk menggapai airnya apalagi menyalakan keran. Belum lagi letak shampo, sabun dan sikat gigi yang berada jauh diatas kepala. Aku jadi sedikit heran kenapa aku bisa sependek ini. Padahal aku anak kelas 6 sd sekarang.

Aku kembali keluar dari kamar mandi karena tidak berhasil untuk mandi. Halilintar masih disana sedang meminum kopinya dan akhirnya melihatku begitu pintu kamar mandinya berbunyi.

Dia terlihat heran karena aku terlihat belum mandi. "Kenapa?" Tanyanya.

"Nggak sampai."

"Oh."

Dia kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan kearahku. Mengintip kedalam kamar mandi sesaat. Kupikir dia akan menghidupkan keran dan menurunkan letak alat-alat mandi tersebut kebawah. Namun ternyata aku salah besar.

"Cepat sini, biar kumandikan."

Aku menenguk ludah. Memandangi pemuda itu didalam kamar mandi, menungguku masuk. Benar jika aku adalah anak SD namun aslinya aku sudah berumur 17 tahun. Apalagi, bagaimana caranya anak kelas 6 SD menolak?

Mampus.

.

.

.

Tbc

A/n:

Nah~ gimana dengan fanfic baru ini?

Maksudku, gimana dengan permulaannya?

Yaahh... aku agak kurang fokus. Maksudku moodku pas menulis cerita ini agak kurang... yaahh...

Habisnya ini ditulis ngebut sebelum aku menghadapi ujian

Bayangin, bukannya belajar malah nulis cerita. Semoga aja sih nilaiku gak rendah ehehe

Dan juga aku mau bercerita sedikit perihal fanfiction kali ini

Fanfiction kali ini terinspirasi dari... ah maksudnya hanya terpikirkan saat aku berpikir gimana jadinya kalo 7 saudara kembar--laki-laki pula--punya satu adik perempuan yang umurnya cukup jauh.

Dan seperti fanfictionku sebelumnya. Didalam cerita ini juga banyak misteri-misteri lainnya

Memang sayang sekali karena aku emang gak bisa bikin cerita tanpa unsur misteri didalamnya. Heran. Soalnya menurutku itu cukup menantang

Pokoknya disini kalian bisa menemukan berbagai jawaban dari misteri-misterinya jika kalian memperhatikan dengan benar. Dan didalam sini ada beberapa yang berkaitan dengan 'kenapa [Name] bisa ada disini?' Seperti itu.

Jelas, didalam sini ada sekitar 3 kunci misteri. Apa kalian bisa menemukan ketiganya?

Baiklah2 jika kalian susah mencarinya, aku akan memberitahu satu kuncinya.

Dan tulisannya terlihat sangat jelas disana. Baik, akan aku ambil satu dari cerita diatas agar kalian paham.

Aku langsung masuk kesana dan menutup pintu kamar mandi. Bak mandinya jadi terlihat tinggi, apalagi bak mandinya setinggi hidungku. Dan setelah diintip, airnya pun jauh. Aku kesulitan untuk menggapai airnya apalagi menyalakan keran. Belum lagi letak shampo, sabun dan sikat gigi yang berada jauh diatas kepala. Aku jadi sedikit heran kenapa aku bisa sependek ini. Padahal aku anak kelas 6 sd sekarang.

Apa kalian dapat mengerti sesuatu dari paragraf diatas?

Tidak?

Iya?

Baiklah akan aku beritahu. Mungkin ini juga akan membuat kalian penasaran.

'Kenapa letak shampo, sabun dan sikat giginya bisa ditaruh jauh? Padahal jelas-jelas mereka tinggal bersama satu orang anak kecil?'

Nah paham?

Yah, aku gak akan membocorkan semuanya sih ahaha. Soalnya nanti namanya berubah jadi spoiler :3

Coba kalian pikirkan kata2 diatas. Membingungkan bukan? Itu jelas bukan sekadar tulisan melainkan sebuah 'clue' kecil.

Clue tersebut bisa membuat kalian mengetahui hal-hal yang nantinya akan aku jelaskan jauh di chapter2 berikutnya. Bisa jadi spoiler untuk kalian yang mengerti. Ehehe

Clue yang barusan adalah spoiler untuk 'keadaan si gadis kecil sebelum [name] menempati tubuhnya'

Baiklah kalo kalian nggak mengerti gapapa lah hehehe. Baca2 aja dan ikutin alurnya juga gapapa kok.

Tapi aku lebih senang lagi kalo kalian mengutarakan teori-teori kalian dikomen. Aku pasti bakalan baca kok. Tenang, kalaupun kalian berhasil nebak. Aku gak bakalan banting alurnya kok.

Oke sip selamat berpikir :D

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~ babay~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top