Mimpi atau nyata? *my fiction 2
"Hoam... Lelah sekali..." Rara menghempaskan badannya ke kasur. "Untung besok tidak ada PR.." gumamnya sambil memeluk bantal guling.
Dia terbawa ke alam mimpi.
"Huh? Dimana aku?" tanya Rara, Rara melemparkan pandangannya pada sekitar. "Lho? Aku didepan rumah?" Rara mengernyit
Apa aku sedang bermimpi? Pikirnya.
"Rara!" Rara mencari pemilik suara itu, "Kenapa kamu masih disini? Kamu kan seharusnya sudah pergi!" pergi? Apa maksudnya?
"Hei, apa maksudmu?" tanya Rara bingung. Orang itu juga heran "Kamu lupa ya, kalau kamu lagi ikut tour sekolah?" Rara makin heran. "Tour? Mana ada!" katanya.
"Masa sih tidak ada? Eh! Itu bus mu! Rupanya bus nya belum sampai.." dia menunjuk keadah belakang sambil cengengesan. "Kukira bus mu sudah pergi. Ayo cepat!" ujarnya mendorong Rara pelan, Rara juga terkejut ketika sadar kalau dia memakai tas di punggung nya.
Pasrah, dia masuk kedalam bus. Didalam, dia sudah disambut oleh "Rara! Duduk sini!" Rara hanya menurut dan duduk disebelahnya. "Memangnya kita sedang tour ya, Lice?" tanya Rara. Felice tertawa lalu mengangguk "Ya! Kamu lupa ya? Amnesia mu kayaknya kambuh lagi, deh!" Felice kembali tertawa. "Ini serius, Lice!" kata Rara kesal, Felice masih tertawa dan malah makin keras sampai guru menegurnya. "Felice Amber, tolong berhenti tertawa. Kita sedang belajar, bukan piknik." ujar Miss Patrie.
Felice mengangguk patuh dan mulai berhenti tertawa, tidak sakit pikir Rara saat Felice ditegur Miss Patrie tadi. "Makanya jangan ketawa keras-keras, kan sudah dimarahi." ucap Rara datar. "Iya-iya! Kamu juga lucu, masa udah berkemas lalu lupa apa tujuanmu? Udah ditenteng lagi." Felice menunjuk tas Rara.
Rara tak menghiraukan Felice.
Toh, ini cuma mimpi. Hanya perlu mengikuti alurnya saja sampai diri kita sendiri bangun nanti dan mimpi langsung berhenti dan..
Dilupakan.
Setiap mimpi pada akhirnya pasti akan dilupakan karna dianggap tidak diperlukan. Walau seingat-ingatnya orang pada mimpi nya, pada akhirnya dia akan memilih untuk melupakan mimpi yang tak berguna.
Rara fokus pada pemandangan luar jendela, perumahan kompleknya sudah dilewati, keluar menuju ke gedung-gedung tinggi kota. Sampai masuk ke daerah hutan pemerintah, daerah untuk dipelajari alamnya.
"Semua murid, tolong membawa tas dan barang lainnya. Karna bus ini akan pergi dan kembali nanti sore, jangan ada yang tertinggal." pesan Mrs.Cloral.
"Baik Mrs."
Semua nya turun, dan berbaris sesuai kelompok. "Lice! Rara!" keduanya melirik seberang. "Hai, Karin." sapa Rara, Karin tersenyum lebar mendekati mereka. "Satu kelompok berapa orang?" tanya Karin. "Emm, mungkin 5 orang." Felice meletakkan telunjuk di dagu berpikir. "Kita bertiga satu kelompok! Tapi siapa lagi yang kurang?" seseorang menghampiri mereka.
"Hei."
Mereka bertiga melihat orang itu dengan pandangan menyelidik.
"Maaf, kamu siapa?" tanya Karin.
"Joey." katanya singkat.
"Apa kamu murid baru? Aku baru melihatmu." tanya Felice.
Rara memilih diam begitu juga orang itu--ralat--Joey. "Hei, jawab dong!" pekik Karin. "Ya. Aku murid baru, aku baru bergabung disini 1 bulan yang lalu."
Dingin sekali orang ini, pikir mereka bersamaan.
"Kamu sekelompok dengan kami?" tanya Felice.
Joey menunjukkan angka lima belas pada jarinya. "Ini kelompok lima belas, 'kan?" tanya nya.
"Ya. Bagus, siapa yang terakhir?" tanya Karin berkacak pinggang melihat sekitar. Pandangannya jatuh pada lelaki yang menuju kearah mereka, "Kelompok lima belas?" tanyanya. Karin memasang ekspresi datar dan mengangguk, "Namamu?" tanya Karin.
"Crownie." jawabnya.
Karin langsung tertawa terbahak mendengarnya. "Namamu unik sekali!" Karin mengecilkan tawanya agar tak didengar para guru, tapi tetap terdengar keras oleh mereka berempat. "Kok namamu kayak perempuan?" tanya nya disela tawanya.
Crownie mengelus tengkuknya bingung mau menjawab apa. "Kalian jangan memanggilku 'Crown', oke? Panggil saja aku 'Crow' itu lebih bagus daripada yang pertama." ujar Crownie. Semua mengangguk saja, "Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Rara. "Tunggu dulu! Nama kalian?" tanya Crownie.
Karin, Felice, dan Rara saling tatap. Joey lebih dulu mengeluarkan suaranya, "Joey." Crownie mengangguk paham, lalu menatap ketiga gadis itu.
"Karin."
"Felice."
"Rara."
Crownie mengangguk lagi, "Disini siapa ketuanya?" tanya nya. Semua saling tatap lalu menatap orang disebelahnya masing-masing.
"Dia." ucap mereka sambil menunjuk orang disebelahnya bersamaan. Diam sejenak, lalu tertawa. "Baiklah! Kali ini serius. Siapa?" tanya Crownie. Semua saling tatap lagi lalu menatap Crownie
"Kau saja."
"Kamu saja."
Dua kata itu terucap bersamaan. Joey mengatakan yang pertama seorang diri, dan yang kedua ketiga gadis. Crownie tersenyum kikuk, "Ini pertama kalinya." katanya.
"Baiklah, sekarang kita akan melakukan apa?" tanya Rara yang sedaritadi diam. Diam dalam artian tak bertanya.
"Kita harus mencari tanaman dan hewan lalu mencatat nama jenisnya, juga menggambar setiap lokasi. Semua individu, tapi dibuat kelompok agar seseorang tidak nyasar dan pencarian menjadi lama. Waktu kita hanya 10 jam, untuk satu hektar kita membutuhkan waktu 30 menit untuk berkeliling. Jadi luas hutan ini..." Crownie berhenti sejenak.
"Tiga ratus hektar." ucapnya. Semua langsung lesu mendengarnya, "Banyak sekali." keluh Karin. Rara dan Felice setuju dengan Karin, Joey tampak biasa saja mendengarnya.
"Yang sudah dapat kelompok, kirim ketua masing-masing kesini." ucap Miss Patrie, "Crow, kamu dipanggil tuh," ujar Felice. Crownie mengangguk, pergi kearah Miss Patrie, lalu kembali dengan alat ditangannya. "Apa itu?" tanya Rara, Crownie memasangkan alat itu ditangannya sambil menjelaskan.
"Alat untuk mendeteksi. Jika kita sudah selesai maka aku akan menekan tombol ini dan keluar cahaya seperti kilat dalam bentuk hologram. Setelah itu, tempat menara itu.." Crownie menunjuk menara di dekat Miss Patrie dan Mrs.Cloral. "..Miss Patrie atau Mrs.Cloral akan menghidupkan cahaya disana selama 20 menit lalu akan dimatikan. Begitu seterusnya pada kelompok lain."
Setelah memasangkan alat itu ditangannya, Mrs.Cloral berkata lagi "Baiklah, kalian bisa memulainya sekarang! Makanan kalian bawa sendiri!". "Yaelah, aku gak bawa bekal!" kata Rara, "Tenang aja, Ra. Aku punya lebih kok!" kata Felice. "Benarkah? Kamu memang yang terbaik deh, Lice!".
"Sudah-sudah! Ayo berangkat!" kata Crownie.
Semua kelompok berangkat, ada yang ke utara, dan ke barat, dan ada juga yang ke selatan. Baru setengah perjalanan, ada yang menjerit "HII!! ULAR!!" jerit Rara. Ular datang dari berbagai arah menyerang kelompok lima belas, "Aaaa!!" Karin digigit ular berbisa. "RIN!!" Felice menghampiri Karin. "HA?!" kaki kanan Felice juga dlsudah digigit ular. "KARIN!! LICE!!" Rara menjauhi semua ular itu dan menghampiri Felice. "Lice, bertahanlah!".
Joey dan Crownie mencoba menyingkirkan ular-ular itu, karna akan ada sangsi nantinya, kalau membunuh hewan milik pemerintah. "Sial!! Jumlahnya banyak sekali!!" geram Joey. Crownie juga memukul semua ular itu dengan kayu berukuran pemukul kasti, tapi lebih besar. "Ck!!" geram Crownie, "Lice.. Ba-bagaimana ini?.." Rara mencoba mencari kotak P3K didalam tasnya.
Ketemu!
Langsung dia ambil semua yang diperlukan. Karin dan Felice ditempatkan di daerah luar jangkauan ular, dengan sigap di obatinya mereka berdua.
Brakk!!
Rara menoleh, "JOEY!! CROW!!" jeritnya melihat kedua orang itu tergeletak di tanah. Ular-ular itu tak mengerubungi mayat dua orang itu, mereka lebih memilih menyerang Rara. "TOLONG!! TOLONG!!" teriaknya meminta bantuan.
Tapi tak ada yang datang. Bagaimana ini?! Pikirnya. Dia sadar ini hanya mimpi, jadi dia berusaha untuk bangun dari mimpi ini.
.
.
.
.
"Ra? Rara! Bangun, Ra!"
Suara Felice membangunkan Rara, aku masih hidup... Pikirnya. Dia memandang sekitar, kenapa aku disini? Bukannya aku seharusnya bangun dikamar? Rara menatap Felice yang ada didepannya, "Ayo! Bus sudah berhenti." Rara memandang sekitar. Kenapa aku disini...? "Ra? Rara! Hei!" Felice melambaikan tangan didepan Rara. "Eh... Lice?" Felice mendelik. "Kamu kenapa sih, Ra? Dari tadi bengong melulu. Ayo turun!" Felice menarik Rara turun dari bus.
"Semua hadir?" tanya Miss Patrie. "Sudah, Miss!" jawab semua.
"Kita akan melakukan pembagian kelompok, kelompok pertama-"
"MISS!! ULAR!! MISS!! LARI DARI SANA!!" teriak salah satu murid. Sontak semua guru dan murid berhamburan lari, mencari tempat berlindung. Ada yang mencoba mencari bus, tapi ternyata bus itu sudah berangkat dari tadi. Jeritan dimana-mana, ada yang sudah tergigit dan ada yang masih berlari sambil berteriak.
BENAR-BENAR KACAU!!
"LICE!!" Rara menarik Felice untuk lebih cepat berlari.
Terlambat. Semua sudah...
.
.
.
.
"HA?!?!" Rara bangun lagi. Hufft... Ini pasti dunia nyata.. Rara memandang sekitar(lagi). Tapi dia bukan berada dikamar, dia keluar, dan alangkah terkejutnya dia melihat ibunya datang dan langsung memeluknya. "RARA!! Syukurlah!! Kamu sudah sadar!!" Rara balas memeluk ibunya. "Kok aku bisa disini, Bu?" tanya Rara. Ibunya menceritakan semuanya.
Mata Rara membulat, dengan segera dia mencari nama pasien...
'FELICE'
Begitu ketemu, dia langsung masuk kedalam ruangan dan menemukan kakaknya Felice yang menangis dalam diam, berbeda dengan mamanya Felice yang menjerit histeris. "Kak, Fe-Felice.. Tidak kan...?" kakaknya Felice menggeleng.
Rara terduduk. Ibunya langsung memeluknya, "TIDAK!! LICE MASIH HIDUP!! MANA MUNGKIN DIA MENINGGALKANKU!!" jerit Rara.
Felice sudah tiada.
Begitu juga yang lain.
Hanya dia dan 10 orang lainnya yang selamat.
Ya. Ini pasti hanya mimpi... Karna itu aku harus bangun.
"Ini hanya mimpi. Pasti. Aku harus bangun." gumam Rara. "Kamu bilang apa, Ra?" tanya ibunya.
Rara mencoba bangun. Dia cubit tangannya sampai terasa sakit lalu pingsan.
.
.
.
Rara membuka matanya, dan akhirnya terbangun di kamar.
I'm back to reality. Semoga semua itu hanya mimpi saja. Semoga saja...
***END***
Hehe. Ini sih aku iseng-iseng aja buatnya. Kasian ya Rara-nya, udah mau bangun eh mimpi lagi.
Bangun lagi. Felice-nya udah gak ada, aku author sadis ya? :v
Hehe. See you next chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top