Mimpi Aneh (2) *not my fiction 20
Hai! Sesuai janjiku dulu, aku akan menceritakan tentang mimpi yang kualami disini setiap 10 fiction terlewati.
Baiklah, mari kita mulai..
💞VanneSkyRain💞
***
"Lihat, semuanya sudah pulang. Tinggal kelas kita saja yang ada disini," ucap Jenny.
Semua orang yang ada dikelasku memang pulang lama hari ini. Dan hanya kelas kami saja yang pulang selarut ini.
Tapi tunggu,
Kenapa aku ada di ruangan kelas lima? Bukan kelas enam? Aku kan sekarang sudah kelas enam.
"Oh iya, aku dengar-dengar, kelas enam itu katanya angker..." cicit Sherlie menggigil ngeri.
"Hah?" tanyaku spontan. Angker? Ada apa ini sebenarnya? Dan, kenapa pula aku bisa disini?!
"Kita sekarang kelas lima?" tanyaku pada mereka. Dan ya, bagi yang belum tau, aku masih SD. Ya, masih SD. Jangan berpikir macam-macam tentangku. Aku tau apa yang kalian pikirkan. Jadi berhati-hatilah, atau aku akan *tit* kalian.
(Jangan ada yang penasaran dengan apa yang aku tulis itu. Karna aku pun tak tau apa itu XD - Vanne)
"Iyalah, Mel, masa kita kelas enam," kata
Regina. Ha? Apa? Kelas lima?
"Eh?"
Aku melihat kearah lengan baju kanan, yang biasanya ada logo yang tercantum nama kota dan provinsi, bercahaya.
"Lho? Kok ini bercahaya?" tanyaku bingung.
"Apa kelas kita yang terpilih tahun ini?" tanya Sherlie.
Lagi-lagi aku bingung, "Ha? Maksudnya?"
"Masa kau tidak tau, Mel? Logo ini adalah lambang dari Young Hunter di sekolah kita. Setiap kelas empat, lima, dan enam, kepala sekolah akan memilih salah satu kelas yang akan yang menjadi perwakilan Youngest Hunter di tiap tingkatan. Contohnya kita. Kelas kita diangkat menjadi Youngest Hunter di kelas lima ini. Ngerti?" jelas Jenny panjang lebar.
Oh.
Jadi, aku salah satu Young Hunter itu? Dan harus menjadi pemburu?
"Jadi kita jadi pemburu gitu maksudmu?"
"Ya enggaklah," tukas Sherlie cepat, "mana mungkin kita jadi pemburu di umur muda begini. Pas SMP dan SMA baru jadi pemburu sungguhan."
"Emangnya jadi pemburu apa?" tanya Regina.
"Pemburu hatimu~AW!" Stelim mengaduh kesakitan karna dipukul Regina. "Jaga bicaramu!"
Stelim hanya nyengir dengan senyum tanpa dosanya.
Logo di lengan kananku dan yang lain bercahaya membentuk peta. Apa lagi ini?
"Hei! Kalian ngapain disini?!"
Suara itu membuat kami menoleh kearah pintu. Rupanya itu Delicia, dia ketua kelas kami.
"Ee.. entahlah," jawabku, "logo ini kenapa menunjukkan gambar peta?" lanjutku.
Setelah aku menunjuk logo di lengan kananku, peta itu berbunyi. Suaranya mirip seperti lonceng.
"Aduh! Sekarang waktunya misi!" Delicia berteriak ke seluruh kelas setelah mengecek jam didinding kelas.
"APA?" tanya kami serentak, "waktunya misi?"
Aku dan Regina memiringkan kepala bingung. "Pokoknya ikut aja! Nanti kalau tidak kena marah kepala sekolah. Lalu nanti kita diusir sekolah! MAU GITU?!" teriaknya lagi.
Kami semua langsung kaget mendengarnya, lalu serempak menggeleng, "Nggak, nggak! Kami 'kan baru pertama kali mengalami ini, jadi wajarlah tidak tau," ucapku dan Regina berbarengan.
"Udahlah! Ayo ikut kami!"
Delicia dkk langsung pergi keluar kelas dan memeriksa kelas enam. Kami sekelas hanya mengikuti dibelakangnya.
"Eh ... kenapa kita kekelas enam?" tanya Sherlie bingung tercampur takut.
Delicia meliriknya sebentar lalu kembali menatap kedepan. "Ya karna misi kita disini. Kau tidak melihat petanya menuju kesini?"
Aku kembali melirik peta yang ada di logo lengan kananku. Ya, benar. Peta ini menunjukkan kelas 6.
"Hiii.. kalau ternyata rumor itu memang beneran ada gimana?" tanya Sherlie kembali menggigil ketakutan.
"Kita periksa sajalah, daripada nanti dikasih sanksi."
Kami akhirnya sampai di lorong kelas 6.
"Semua mencar! Aku bakal ke 6A, yang mau ikut aku, sini!" kata Delicia.
Delicia dan beberapa temanku pergi mengecek kelas 6A sedangkan aku, Jenny, Regina, dan beberapa cowok lain memeriksa kelas 6B.
"Jadi kita cuma nunggu doang disini?" tanya Regina yang memutuskan untuk duduk dilantai karena kami semua tak berani untuk duduk dikursi.
Lama kami menunggu, tiba-tiba aku merasa disekitarku muncul asap yang entah datang darimana.
"Eh? Ada apa ini?" tanyaku bingung dan mulai panik. "Jen! Regina!" panggilku, tetapi aku tak bisa melihat mereka lagi karna tebalnya asap ini.
Asap ini bukanlah asap yang bisa membuat sesak pernapasan, tetapi bisa membuatku tak bisa melihat apapun yang ada disekitarku. Tubuhku sendiri saja aku tak bisa lihat.
"Hai, gadis kecil. Mau bermain?"
Tiba-tiba ada sebuah suara yang terdengar. Aku mencoba untuk mencari tahu siapa yang mengatakan itu, tetapi tetap saja, aku tak bisa melihat apapun.
"Bagus sekali, gadis kecil. Kemarilah. Aku akan menyelamatkan mu dari sini."
Entah mengapa, tubuhku bergerak dengan sendirinya mengikuti asal suara itu. Aku berusaha mengendalikan diriku, tetapi semua sia-sia.
Aku pergi bersamaan dengan perginya asap ini.
***
"Apa-apaan ini semua?!" keluh Jenny ketika semua asap telah hilang sepenuhnya. "Melisa, kau dimana?" panggilnya sambil mengedarkan pandangan.
"Lho, Melisa?" tanyanya sekali lagi. Jenny mulai ketakutan, "Regina! Melisa ga ada!" katanya menghampiri Regina.
Regina memeriksa lorong kelas 6, tetapi disana hanya ada kesunyian. Dan saat ia kembali menatap kebelakang, tiba-tiba bagian dinding yang menghadap ke jendela luar hancur beserta masuknya makhluk-makhluk menjijikkan yang mulai menyerang mereka.
"Semuanya, keluarkan senjata kalian!" suruh Regina mulai mengeluarkan pedangnya.
Akhirnya di 6B pun terjadi pertarungan. Lubang yang tadi dihancurkan oleh makhluk-makhluk itu makin membesar seiring makin banyaknya makhluk-makhluk yang masuk.
"Kalau begini terus kita tak bisa menang, Regina!" keluh Stelim masih menyerang makhluk-makhluk itu.
Sesaat makhluk-makhluk itu berhenti lalu pergi menepi. Sebelum Regina mengatakan apapun, muncullah sosok makhluk besar yang memegang tubuh seorang gadis.
Dan sialnya gadis itu Melisa!
***
Tubuhku tak bisa digerakkan..
Apa yang terjadi...?
"KAU, LEPASKAN MELISA!"
Suara siapa...? Dan kenapa memanggil namaku...?
"Heh. Kau kira aku akan menurutimu, bocah?"
Aku mencoba untuk membuka mata, dan alhasil aku disuguhkan pemandangan teman-temanku yang menatapku tajam.
Oh bukan. Mereka menatap keatas. Siapa...?
Saat aku menaikkan kepalaku, aku segera membelalakkan mataku lalu meronta-ronta, "LEPASKAN AKU, MONSTER JELEK!!!" seruku.
Jenny berseru, "Melisa!"
"LEPASKAN AKU, TOLONG! JENNY! REGINA! STELIM!" seruku masih meronta-ronta.
"DIAM!" seru si monster sambil memegang punggungku makin kuat. Refleks aku berteriak kesakitan.
"Lepaskan. Melisa. Sekarang. Juga," kata Regina dengan penekanan disetiap katanya. Ia juga menodongkan pedangnya dihadapan dada si monster.
"Oh? Kau mulai berani."
Regina masih menatap si monster tajam. Dan akhirnya aku dijatuhkan dengan kasar.
"Dasar. Kukira dia ada disini," umpatnya kesal setelah menjatuhkan ku.
"Melisa!" Jenny menghampiriku lalu membantuku berdiri. "Kau ga pa-pa, 'kan?"
tanyanya khawatir.
Aku menggeleng, "Punggungku sakit, Jen," ucapku dengan suara kecil sambil menahan sakit.
"Siapa yang kau maksud?" tanya Regina masih menodong pedangnya didepan si monster.
"Oh? Bukan urusanmu, bocah!" si monster meludah pada Regina lalu pergi bersama pasukannya dari lubang yang mereka ciptakan tadi.
"Hei! Kembali kesini!" seru Regina masih kesal. Stelim menghalangi Regina, "Udahlah, Regina. Yang penting Melisa selamat," katanya mencoba menghibur Regina.
Regina menatapku, "Kau ga pa-pa, 'kan, Mel?" tanyanya. Aku menggeleng, "Punggungku masih sakit, Regina. Kenceng banget dia megang punggungku tadi," jawabku yang masih dipapah oleh Jenny.
Regina bergumam sendiri, tetapi ia dikejutkan oleh suara besar yang berasal dari lapangan didepan SD.
Kami memutuskan untuk turun dari lantai 3 dan lari menuju lapangan. Disana sudah ada anggota kelas kami yang lainnya dan mereka menatap keatas. Kami semua membelalakkan mata kami ketika melihat si monster memblok bulan purnama sambil memberikan tatapan sinis pada kami.
Belum sempat kami berkata apapun, tiba-tiba ada sekelompok murid yang lebih tinggi dari kami yang segera membelakangi kami.
"Hentikan semua ini, Darksen!" seru seorang gadis yang kukenali suaranya.
"Ce-CECE?!" seruku tak percaya.
"Senior Hunter..." gumam Delicia tak percaya. Me-mereka datang untuk menyelamatkan kami!
"Heh, ternyata kau. Aku tak menyangka kau akan muncul disini," ucap si monster--Darksen--pada si gadis yang adalah ceceku.
"Mundur, Young Hunters!" perintah cece padaku. Akhirnya kami semua mundur sesuai perintah.
"Beberapa dari kalian, jaga para junior kita. Sisanya, bantu aku menghadapi Darksen!" perintah cece yang langsung dipatuhi oleh anggota timnya.
Dua cewek dan cowok dengan segera melompat kebelakang dan berdiri didepan kami, Young Hunters.
"Jangan pergi dari sini, apa kalian mengerti?" tanya salah satu dari cewek yang menjaga kami.
Kami semua mengangguk kaku.
Ini semua terlalu cepat. Aku tak tahu kalau kelas cece yang mendapat gelar Senior Hunter.
"Kau terburu-buru sekali. Aku bahkan belum memanggil pasukan ku," kata Darksen sinis pada cece.
Cece mendesis, "Let's get this over with. Aku ingin menghabisimu sekarang juga!"
Darksen terbang kearah cece lalu membawa cece ke udara. "WHAT THE--?! LEPASKAN AKU, DARKSEN!" seru cece menatap tajam Darksen.
Darksen tertawa, "Oh, kau takut? Pemimpin Senior Hunter tahun ini takut?" sarkasnya yang membuat cece menggeram.
"Turunkan aku sekarang juga, Darksen!" serunya sangat marah.
"Baiklah-baiklah. Aku lepas." Darksen melepaskan cece di udara hingga tubuhnya jatuh dengan cepat.
"CECE!" seruku refleks. Aku tak mau terjadi apa-apa padanya karena aku.
Tetapi dugaan ku salah, cece mendarat diatap SD dengan mulus tanpa terluka dan menciptakan suara keras sedikitpun.
Darksen tersenyum miring, "Serang mereka!" serunya. Seketika pasukan-pasukannya keluar dan langsung dihajar oleh para Senior Hunter.
Delicia mengerjabkan matanya kagum. "Jadi begini kemampuan Senior Hunters? Hebat sekali!" serunya kagum.
Aku menatap para senior yang menyerang makhluk-makhluk menjijikkan itu dengan membabi buta. Aku bahkan tak percaya bahwa mereka sangat hebat dalam hal ini.
Ketika semua pasukan Darksen sudah habis semua, para senior menatap cece yang masih menatap Darksen tajam.
Darksen kembali tersenyum miring. Padahal semua pasukannya sudah musnah tapi dia masih bisa tersenyum seperti itu.
Pasti ada sesuatu.
"Waktu yang bagus. Aku akan benar-benar butuh bantuanmu sekarang, Des," kata Darksen pada cece.
"A-apa yang--?!" Tiba-tiba tubuh cece dan tubuh Darksen bersatu.
Membuatku berteriak refleks, "CECE!!!" seruku kuat tetapi tetap saja hal itu tak menghentikan penggabungan tubuh mereka.
"Lepaskan aku, sialan!" seru cece berusaha untuk memisahkan dirinya dari tubuh Darksen.
"Tidak akan. Ternyata kau adalah orang yang selama ini aku cari. Heh, cukup lama bagiku untuk mengetahuinya," katanya.
"Apa maksudmu?! Lepaskan tubuhku!!" seru cece masih berusaha untuk menarik tubuhnya menjauh.
Aku menyuruh Jenny untuk membawaku pada para senior, "Para kakak senior! Tolong bantu ceceku!" mohonku pada mereka yang dari tadi hanya menonton.
Beberapa dari mereka menatapku lalu mengangguk. Mereka loncat lalu mendarat diatap lalu bersamaan menarik tubuh cece agar terpisah dari tubuh Darksen.
"Sialan kalian! Pergi sana!" Darksen memukul udara didepan seorang senior, tetapi pukulan udara itu membuat mereka terpental jauh.
"Selamat tinggal~"
Akhirnya penggabungan tubuh selesai dilakukan.
Rambut cece yang awalnya hitam kepirangan berubah menjadi hitam sepenuhnya dan matanya berubah menjadi semerah darah.
"Mulai sekarang, aku adalah Devina!" serunya sambil tertawa menggelegar.
Aku yang tak percaya langsung berlutut.
"Mel?" tanya Jenny yang masih memapah tubuhku.
"Enggak... Ini ga mungkin terjadi..."
Aku tetap tak mau percaya kalau ceceku yang kuat itu, ceceku yang cerewet itu, ceceku yang selalu membantuku itu, menjadi orang kejam.
Mataku tiba-tiba terasa berkunang-kunang, dan suara teman-temanku tak bisa kudengar lagi.
Akhirnya akupun kembali lagi ke kegelapan.
***
"Cece, cece mau dengar sesuatu ga?" tanyaku memerhatikan ceceku yang main HP.
Cece bergumam, "Hm. Apa emangnya?" tanyanya.
"Aku kemarin mimpi..."
"HAH?! WHAT DE HEK?!!"
***TBC***
Heyooooo
Balek lagi!!!
Gila, gila. Ini tuh udah 1700 kata lebih OMG. Entah mengapa mimpi adekku ini lebih mirip cerita komik-komik action. Dan aku berakhir sebagai tokoh jahatnya.
Adek syalan emang.
Aku emang kaget sih, waktu dia mimpiin aku sebagai tokoh yang lumayan penting disini//ehem, ehem!!
Tapi tetap aja aneh :v
Okelah. Keknya ga ada yang bisa kubilang selain jariku sakit karena pertama kali ketik sebanyak ini.
AN ini bahkan udah mau 1900. Hadehhh.
OH! OH!
Maafkan daku yang uda lama ga apdet ini ╥﹏╥ kuusahain bisa apdet sering-sering (个_个)
Makasih banget karena udah mau ngikutin short story gaje ini.
Yodahlah, aku pamit ya.
Love Witch,
Vanne💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top