Can I choose my way? *my fiction 8

Disebuah rumah besar, ada keluarga besar yang sedang berbincang di ruang TV. Semuanya tampak serius, ada yang berbicara soal pekerjaan, sekolah, gosip ibu-ibu, dan lainnya.

Tapi tiba-tiba sang kepala keluarga berbicara pada anak sulungnya tentang dia harus masuk ke Diamond Gakko, Senior High School terkenal, dimana bagian keluarga Agehaway selalu masuk kesana dan mendapat prestasi besar, juara umum, dan  penghargaan. Tahun ini adalah giliran si sulung setelah sepupunya masuk kesana tahun lalu.

"Tidak! Tou-Sama(Ayah)! Aku tak mau masuk kesana!" Shia menentang itu, menolak untuk masuk ke sekolah Diamond Gakko, ayahnya berdeham menyuruh Shia untuk duduk. "Shia, setiap tahun, salah satu keluarga kita akan masuk ke Diamond Gakko. Sepupumu sudah masuk kesana, tahun ini giliranmu. Jangan membantah!" ucapnya dingin, Shia menatap sepupunya itu, Shou, Shou menghela napas lalu menggeleng.

Shia menggertakkan giginya, berseru lantang. "Tou-Sama. Aku ingin masuk kesekolah lain, Mirai Gakko, aku tak mau masuk kesana! Aku tak mau!" Shia tetap pada pendiriannya, ucapannya tak kalah dingin. "Shia, turuti ayahmu." ucap ibunya, menenangkan keduanya, aura bertempur mereka sudah terasa, sebentar lagi pasti akan ada adu mulut.

"Shia, Tou-San hanya ingin kamu melanjutkan kesuksesan keluarga kita, membawa prestasi besar di Diamond Gakko, akan menguntungkan mu juga. Mirai Gakko sangat jauh dari sini, itu ada di Hokkaido. Kaa-San tak mau kamu sendirian disana."

Shia tak mengubris perkataan ibunya, masih menatap perang pada ayahnya. Suasana menjadi sangat menegangkan. "Phia, ayo kita masuk kekamar saja." ibunya menarik Phia, adik Shia masuk kekamar, Phia masih terlalu kecil untuk mendengar itu, perdebatan antara kakak dan ayahnya.

"Shia, jangan membentak ayahmu!" ucap sepupunya yang lain, Sora, kakak Shou. "Sora-Nee(kakak), ini soal jalan hidupku nantinya, aku tak mungkin membiarkan orang mengambil jalan hidupku seenaknya! Kan, ada Shou, dia sudah lebih dari cukup untuk membuat keluarga kita terkenal."

"Jangan mengatakan ayahmu begitu, Shia! Ini demi kamu juga, kamu mau, gak dapat pekerjaan karna dicap bodoh?" Sora tetap membela pamannya itu, hanya Sora yang sanggup bicara saat ini, membela pamannya, melawan Shia, ayah, ibu, dan adiknya tak berani ikut campur.

"Kenapa aku harus menuruti yang bukan kehendakku! Aku mau memilih sendiri! Jangan halangi aku, Tou-Sama! Sora-Nee!" Shia memukul meja, membuat suasana makin tegang, Shia dan Sora menatap tajam satu sama lain.

"Shia, kamu harus." ucap ayahnya, Shia menggigit bibir bawahnya menahan amarah yang ingin diluapkan nya.

"Ini juga untukmu. Jangan membantah Shia, kamu tidak boleh masuk ke sekolah lain. Masuk ke Diamond Gakko, tidak ada bantahan." ucap ayahnya lagi.

Ini tak adil. Kenapa? Shia hanya ingin masuk ke sekolah yang Shia inginkan. Tidak, aku harus memberontak.

Shia melangkah pergi dari sana. Menggenggam ganggang pintu nya erat, memejamkan mata, lalu masuk, dia berucap pelan. "Tidak, Tou-Sama, Sora-Nee, aku tak akan mau masuk kesana."

Ayahnya dan Sora menghela napas, semuanya bubar, saat dikamar Sora, Shou berkata. "Nee-Sama, kenapa kau membela Oji-Sama(paman)? Shia juga butuh kebebasan, kenapa kau mau mengekangnya seperti ini?" Sora berucap pelan. "Kau tak mengerti, Shou. Kita hidup bukan berdasarkan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan. Aku pernah me galaminya, aku juga memprotes pada Tou-Sama. Tapi aku akhirnya sadar, itu juga menguntungkanku, sekarang aku sukses. Punya banyak perusahaan, kekayaan keluarga kita melimpah hingga kini. Kau juga sudah menyetujuinya, sekarang tinggal Shia, lalu Phia 10 tahun mendatang, kita tak boleh berhenti, Shou. Shia juga harus mengerti ini. Yakinkan dia, kalau tak mau, kau diam saja, Shou. Aku lelah, selamat malam."

Shou memikirkan ucapan kakaknya barusan, kenapa dia setuju masuk ke Diamond Gakko? Apa yang mempengaruhinya?

"Nee-Sama. Aku akan membela Shia." itu keputusannya.

Shou berjalan pergi meninggalkan kamar Sora, menuju kamar Shia.

"Shia." panggil Shou, tak ada balasan.

"Shia!" panggilnya lagi. Shia membuka pintu.

"Shou?"

Shou langsung mengusap kepala Shia. Shia menatap Shou bingung, "Shia, aku mendukungmu, percayalah, aku akan mendaftarkanmu ke Mirai Gakko. Segera pergi dari sini setelah lulus tes nya, aku akan mengurus sisanya."

Shia membulatkan matanya, menggeleng, "Tidak, Shou. Aku akan menanggungnya sendiri. Aku tak ingin kau terlibat masalah." Shou tersenyum tipis, masih mengusap kepala Shia. "Tak apa. Aku tak akan membiarkanmu terkurung, sama sepertiku."

Shia terbelalak, terkurung?

"Bukankah kau sendiri yang ingin masuk Diamond Gakko? Kenapa kau mengatakan dirimu terkurung?" tanya Shia, bingung kenapa Shou berkata demikian.

"Aku memang ingin masuk kesana. Tapi itu karna aku ingin mengikuti jejak Nee-Sama. Melihatnya sukses karna masuk Diamond Gakko. Tapi aku baru tau kalau disana itu sangat tegas, bagaikan dikurung selama 3 tahun. Aku pun tak bisa menolak kembali. Karna tak ingin membuat Keluarga Agehaway malu, aku menyesalinya sekarang. Aku tak mau ada korban lagi, kau tidak boleh masuk kesana."

Shia tertegun, sebegitu parahnya kah? Diamond Gakko itu? Tapi kenapa murid yang masuk per tahun nya masih banyak?

"Kau bertanya kenapa masih banyakn
yang ingin masuk kesana?" tanya Shou membaca pikiran Shia, Shia mengangguk.

"Karna ada 2 alasan. Pertama, karna teman, biasanya kalau ada teman kita yang pindah kesekolah lain pasti kita juga mengikutinya, 'kan?. Kedua, karna faktor kesuksesan dalam dunia kerja, semua orang pasti ingin sukses, karna itu dibutuhkan pendidikan yang bagus pula, Diamond Gakko menjanjikan itu, juga membuktikannya, banyak alumni dari sana menjadi pengusaha sukses. Karna itulah banyak yang ingin masuk kesana. Alasan pertama berkaitan dengan yang kedua, makanya masih banyak yang ingin masuk ke Diamond Gakko."

Shou menarik napas, melanjutkan lagi. "Dan karna mayoritas alumni sukses disana adalah dari keluarga kita, Keluarga Agehaway, maka mereka mengizinkan satu anak dari keluarga kita untuk masuk kesana secara sukarela, tanpa tes."

Itu gila, pikir Shia. Langsung masuk? Tanpa tes? Sangat gila. Tawaran yang menggiurkan untuk semua orang, kecuali Shia.

"Karna itu, kau tak akan masuk kesana. Aku membantumu." Shou menurunkan tangannya, menatap Shia dalam. "Aku tak mau kau jadi berkorban, Shou. Aku tak mau ada korban dalam hal ini. Biarlah aku mengurus ini sendiri, kalau kau ingin membantuku, kau hanya perlu yakinkan Tou-Sama, Kaa-Sama, dan Sora-Nee. Lalu aku akan pergi. Ke Mirai Gakko."

Shou hendak bicara lagi. Tapi Shia langsung menutup pintu kamarnya, membiarkan Shou diluar.

"Minna(semua), aku setuju dengan Shia. Aku juga mau pergi dari sana. Apa nasibku akan begini terus, sampai setahun lagi?"

Shou berkata demikian sambil melenggang menuju kamarnya.

Dikamar, Shia menangis dalam diam. Kenapa aku harus dikekang seperti ini? Aku mau bebas memilih. Shia, kau harus bertindak. Shia mengecek ponselnya, pendaftaran untuk masuk ke Mirai Gakko masih ada 2 hari lagi. "Maaf, Tou-Sama, Kaa-Sama, Sora-Nee. Aku akan memilih jalanku sendiri." Shia menekan pilihan di ponselnya, mendaftarkan diri secara online, lalu mengemasi barang-barangnya.

Minna, aku akan pergi. Ke Hokkaido. Jangan hubungi aku. Lagi.

Shia meninggalkan pesan, dikertas. Ponselnya dia ambil baterainya, supaya tak berisik nantinya. Setelah itu dia turun dari jendela. Meninggalkan rumah kediaman Keluarga Agehaway.

Selamat Tinggal, penderitaan.

Mendengar ada salah satu keluarga hilang, semuanya kalang kabut. Shou menatap kertas pesan terakhir dari sepupunya itu, Shia. Semua yang membaca itu marah besar. Apalagi ayahnya, ia murka. Mereka mencoba menghubungi Shia, tapi tak bisa. Pergi ke Hokkaido pun tak mungkin. Semuanya sibuk. Mereka menyerah, tak lagi mencari Shia.

Tiga tahun kemudian...

Selama ini, Shia menggunakan nama samaran. Supaya orang-orang tidak mengenalinya, sebagai anak dari Agehaway, juga dia mengubah penampilannya, rambutnya yang putih perak dicatnya jadi berwarna merah terang.

Devil.

Berlawanan dengan rambut Agehaway yang melambangkan Angel.

"Akami Shiratori!" sang empu berbalik. Orang itu melambaikan tangannya pada orang bernama Akami Shiratori itu. "Hai, Minami." sapa Akami balik.

Akami, adalah nama samaran Shia. Dan Minami adalah sahabatnya di Mirai Gakko. "Akami, katanya ada sesuatu yang spesial, lho! Saat kita sotsugyou(wisuda)nanti!" seru Minami, Akami-a.k.a-Shia, ikut penasaran. "Oh ya? Ada apa emangnya?" tanya Akami, Minami memberikan ponselnya pada Akami.

Pemberitahuan,
Seluruh siswa/i kelas 3 Mirai Gakko, yang akan sotsugyou. Kita kedatangan tamu istimewa dari Kyoto. Keluarga Agehaway. Diharapkan semua siswa/i berpakaian rapi dan sopan, terutama untuk yang perempuan, pakai rok panjang, sekian pengumuman dari sekolah.

Gakuenchou, dan para Sensei.

Akami menegang, keluarganya... Mau datang ke Mirai Gakko?

Apa dia akan membuka identitasnya? Sekarang dia sudah lulus, apa perlu kah dia berpura-pura lagi?

"Akami! Sudah jam masuk! Ayo cepat!" Minami menarik Akami, mereka berlarian masuk kedalam kelas. "Hah.. Hah.. Untung masih sempat," ujar Minami, semua melihat kearah mereka berdua, tepatnya Akami.

"Akami-Chan!"

"Shiratori-San!"

"Akami-San!"

Ucap semua nya, dikelasnya kebanyakan perempuan dan Akami lumanyan populer karna warna rambutnya yang tidak biasa orang temukan di Hokkaido dan rupa yang cantik, sehingga banyak kaum hawa yang berteman dengannya juga ada yang iri padanya. Kaum adam juga banyak yang memujanya, setidaknya 2 hari sekali pasti ada yang menyatakan sukanya pada Akami.

Miris, Akami-nya jauh lebih populer dari pada Shia-nya waktu dulu. Akami tersenyum membalas sapaan teman-temannya.

"Sebentar lagi kita semua sotsugyou. Aku tak mau berpisah denganmu, Akami-Chan~" ucap salah satu temannya.

"Ya, ya! Akami-Chan, kamu mau kuliah dimana nanti?"

Dan banyak lainnya, "Teman-teman! Aku culik dulu yah, Akami-nya!" Minami menarik Akami menuju sudut kelas. "Makasih ya, Mina." ucap Akami, Minami menggeleng. "Nah, Akami Shiratori, kamu mau kuliah dimana?" tanya Minami, Akami diam, menghela napas. "Kurasa aku akan kembali ke Kyoto."

Akami-a.k.a-Shia, tidak mengubah tempat kelahirannya di Kyoto, data diri nya yang lain dia ubah.

"Hee?!" semuanya menatap mereka berdua. "Ada apa, Minami-San?" tanya mereka, Minami berucap pelan.

"A-Akami Shiratori, mau kembali ke Kyoto." ucapnya syok, yang lain ikutan syok. "HEE?!?!"

"Kenapa, Akami-Chan?!"

"Kenapa kamu mau kembali kesana, Shiratori-San?!"

"A-Akami-San..."

Oh astaga... Mereka itu benar-benar...

"Semuanya duduk!" teriakan Sensei(guru)sepertinya manjur. Semua nya langsung duduk.

"Akami Shiratori." panggil Minami dibelakang Akami, Akami melirik Minami. "Apa?" tanya Akami dingin, Minami langsung diam menggeleng.

"Nah, seperti pesan Gakuenchou(kepala sekolah). Mirai Gakko akan kedatangan tamu dari keluarga Agehaway. Bersiap semua."

Sensei keluar dari kelas.

"K-kamu..." Akami menoleh kearah pintu. Matanya terbelalak.

"Sora-Nee!!"

"

Shia!!"

Sora menghampiri sepupunya itu, memeluknya erat. "Kamu kemana saja?! Nee-San mencarimu! Kenapa kamu keras kepala sekali, Shia?!"

Satu kelas bingung dengan keberadaan Sora. "Akami-Chan. Dia kakakmu ya?" tanya mereka. Sora menatap mereka heran. "Akami? Siapa dia, Shia?" tanya Sora, Shia gelagapan, menatap semua temannya.

"Astaga! Kenapa rambutmu merah?! Mana rambut perakmu?!" tanya Sora menyadari rambut sepupunya itu bukan putih perak, melainkan merah terang.

Sepertinya aku memang harus mengatakannya sekarang.

"Minna," kata Akami-a.k.a-Shia. "Aku bukan Akami."

Semua mematung, "Namaku yang sebenarnya bukan Akami Shiratori. Tapi Shia, Shia Agehaway." ucapnya, seisi kelas hening. "Maaf, Sora-Nee. Aku memakai nama samaran agar kalian semua tak mengenaliku. Aku juga men-cat rambutku. Aku benar-benar minta maaf, Nee-Sama." ucap Shia menunduk.

"Kamu harus menghadap keluarga, Shia." Sora meninggalkan kelas Shia.

Shia menatap semua teman sekelasnya, "Maaf minna, aku bukan Akami, namaku Shia. Maaf sekali lagi."

Semuanya terungkap.

"Kamu harus menurut sekarang," ujar ibunya tegas, sekarang bukan ayahnya lagi yang memarahinya. "Shia, ganti rambutmu." Shia menurut, masuk kedalam salon, meminta untuk melunturkan warna rambutnya.

"Sudah, Kaa-Sama." ucap Shia, ibunya menatapnya lama, begitu juga dengan Sora. "A-ayo kembali ke Mirai Gakko dulu. Lakukan wisudamu. Baru kembali ke Kyoto." suruh ibunya gelagapan. Shia mengangguk, kembali ke Mirai Gakko.

Semua menatapnya sama seperti Akami-nya. Tatapan kagum dan iri.

"Akami Shiratori! Ups." Minami menutup mulutnya melihat Shia yang warna rambutnya berubah. Aneh, tapi Shia tetap cantik.

"S-Shia-Sama.." ucapnya lagi, Shia tersenyum, menggeleng. Lalu melangkah mendahului Minami.

Setelah wisuda...

"Akami-Cha- eh... Shia-Sama. Kami akan merindukanmu."

Shia tersenyum manis, membuat semua yang melihatnya pasti meleleh. "Shia," Shia berbalik. Tersenyum lebar. "Shou!!" Shia memeluk Shou. Shou terkekeh, "Akhirnya kau lulus juga, Shia." ucapnya, Shia menatapnya penasaran. "Apa yang terjadi pada Tou-Sama waktu itu?"

Shou tersenyum tipis, menggeleng, tentu saja Shia tau artinya. "Erm... Shia-Sama, dia pacarmu ya?" tanya mereka, Shia menatap mereka tajam. "Tentu saja tidak! Dia sepupuku, Shou." mereka menghela napas lega. Lalu tersenyum lebar.

Semua akhirnya terbongkar juga.

-Shia Agehaway.

***END***

:V bye-bye~!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top