Chapter 6
"Kebenaran Lain dan Sosok Onee-sama"
*** Yuuma's pov ***
Semenjak Maehara menceritakan tentang siapa sosok Onii-sama, (Name) tidak pernah masuk ke sekolah dan ini sudah hari keempat dia tidak masuk. Jujur saja, aku sangat khawatir pada (Name).
"Psst!"
'Aku penasaran apa yang terjadi pada (Name)...'
"Psst! Isogai! Sensei--"
"ISOGAI YUUMA!!"
Mendengar suara yang lantang bagai gemuruh itu membuatku langsung tersadar.
"Y-ya, sensei?" tanyaku mencoba tenang.
"Apa kau mendengarkan penjelasan sensei?" tanya sensei dengan serius.
"Ti-tidak, sensei. Maafkan saya." ucapku.
Sensei hanya diam menatapku sampai akhirnya dia menghela nafas lalu mengibaskan tangan di depan wajahnya.
"Tidak apa-apa. Jika kau sakit, ke UKS saja, Isogai-kun."
"Baik, sensei."
"Kembali ke pelajaran, anak-anak..."
***
"Isogai, dari tadi sudah kupanggil lho." ucap Maehara mendekatiku saat jam pergantian pelajaran.
"Baru kali ini kau melamun saat pelajaran, Yuuma-kun." sahut Kayano juga mendekatiku.
"Kau beruntung kau adalah salah satu murid favorit Mayaka-sensei dalam pelajaran Sejarah." ungkap Asano menyilangkan kedua tangannya, "Mayaka-sensei adalah salah satu guru killer yang ada disini, kau tau."
"Hee~? Padahal aku mengharapkan kau dihukum lho, Isogai-kun." ucap Akabane.
"..." kami semua hanya bisa diam mendengar komentar Akabane yang berkesan... sadis.
"Ya, kami tidak tau apa yang membuatmu melamun, Isogai." ucap Maehara menepuk pundakku, "Tapi, usahakan agar tidak terulangi lagi, ok?"
Aku hanya mengangguk singkat.
'Kenapa... aku sangat mencemaskan keadaan (Name)?' heranku setelah mereka semua kembali ke bangku mereka masing-masing.
Semenjak aku berhasil membuat (Name) percaya padaku, entah kenapa... aku merasa kalau aku... ingin lebih dari teman. Mungkin aku ingin jadi sahabatnya (Name)?
'Baiklah. Siap tidak siap, suka tidak suka, aku akan ke rumah (Name) pulang sekolah. Kata Maehara, Rinto adalah kakak (Name) jadi kemungkinan (Name) tinggal di mansion keluarga (L/n) itu besar.'
Diam-diam aku mengangguk, yakin dengan keputusanku sendiri.
***
"Ayo pulang, Isogai." ajak Maehara.
"Ah, maaf Maehara." ucapku, "Aku ada shift mendadak dari cafe. Kau duluan saja."
Maehara hanya menatapku, cukup lama sampai semua murid di kelas kami keluar.
"Kau berbohong." ucapnya datar.
"E-eh?"
"Kau tau, Isogai." ucap Maehara menyilangkan tangannya, "Antena di kepalamu itu gemetaran jika kau berbohong." sambungnya lalu menunjuk puncak kepalaku.
"Heh? Antena?" heranku meraba-raba kepalaku, hanya merasakan rambutku.
Maehara hanya menggelengkan kepalanya, "Kau berbohong, kan?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk canggung.
"Kemana tujuanmu sebenarnya?"
"Mansion (L/n)." jawabku pelan, dan lensa Maehara membesar saat mendengarnya.
"Kau... mau apa?"
"Aku khawatir pada (Name). Sudah 4 hari dia tidak masuk." jelasku.
"Tapi kenapa mansion (L/n)?"
"Bukannya kau melihat dengan mata dan kepalamu sendiri kalau Rinto-san itu adalah kakaknya (Name)? Bearti kemungkinan untuk (Name) berada di mansion (L/n) itu besar."
"Tapi, apa kau yakin?"
"Ya," jawabku singkat, "Maaf aku tadi berbohong padamu Maehara, tapi aku harus pergi sekarang." sambungku hendak berangkat.
"Tu-tunggu...!"
*** Hiroto's pov ***
Aku hanya tiduran di atas kasurku, menatap langit-langit kamarku dan Isogai dengan pasrah lalu menghela napas.
"Apa-apaan aku tadi...?" gumamku lalu mengingat kejadian tadi.
~ Flashback ~
"Tu-tunggu...!" ucapku.
"Hm, ada apa Maehara?" tanya Isogai, "Apa kau mau ikut?"
"A-ah, tidak..." jawabku ragu, "A-aku hanya ingin kirim salam pada (Name) saja."
"Hanya kirim salam? Kenapa tidak ikut saja?"
"Aku ada... urusan."
"Baiklah kalau begitu." ucap Isogai mengangkat bahu.
"Sebelum itu, Isogai." panggilku.
"Hm?"
"Kenapa... kau peduli sekali pada (Name)?"
"Eh? Apakah peduli harus ada alasan?"
"Ti-tidak, maksudku... kenapa kau sangat bersikeras untuk mendekati (Name)? Padahal dia selalu mendorong jauh orang lain."
Isogai hanya tersenyum mendengar pertanyaanku, "Jika kau berhasil membuatnya membuka hati padamu, maka kau akan langsung tau kalau dia itu sangat lemah, sensitif... dan kesepian."
'Apakah itu alasannya kenapa Isogai begitu dekat dengan (Name)? Isogai telah melihat sosok asli (Name)?'
"Dan... aku merasa kalau aku ingin jadi lebih dari teman (Name)."
"Maksudmu... Isogai?"
"Entah ini perasaan sebagai sahabat atau yang lain. Tapi aku memang ingin lebih dari teman untuk (Name)."
"Apa mungkin... kau jatuh cinta pada (Name), Isogai?"
"Mungkin...?" jawabnya sedikit tersenyum, "Maksudku, aku tidak bisa terus jatuh cinta pada (Y/n) yang sudah meninggal, kan?" tanyanya dengan sedih.
"Benar..."
"Lagipula, jika (Y/n) hidup pun, yang pantas untuknya hanyalah Asano dan Akabane." ungkap Isogai, "Dan aku masih tidak yakin dengan perasaanku, Maehara. Mungkin dengan menemui (Name) nanti akan membuatku tau apa perasaanku yang sesungguhnya pada (Name)."
"..."
"Kalau begitu, sampai nanti Maehara. Beritahu ibu asrama kalau aku akan pulang lama karena ada urusan pribadi ya!"
~ Flashback ~
"Jatuh cinta pada (Name), huh?" ucapku.
'Mengingat kejadian tadi membuatku sesak di bagian dada. Ada apa ini?'
"Jika kau berhasil membuatnya membuka hati padamu, maka kau akan langsung tau kalau dia itu sangat lemah, sensitif... dan kesepian."
Mendengar ucapan Isogai membuatku sadar dan duduk di atas kasurku.
"Aku... ingin mengenal (Name) lebih dalam lagi..." gumamku lalu turun dari kasurku.
Kaki dan tubuhku bergerak sendiri, aku mengganti pakaianku menjadi pakaian casual yang pantas lalu berlari keluar, menuju ruang kepala asrama.
"Oh, Maehara-kun. Ada apa?" tanya ibu asrama.
"Um, aku ingin menyusul Isogai. Tidak apa-apa, kan?"
"Oh, tidak apa-apa. Tulis saja namamu di buku dan jam kepulanganmu nanti."
"Baik, terima kasih bu."
Semua berlalu dengan cepat, dan aku sudah dalam perjalanan menuju mansion (L/n). Tapi aku berhenti saat melihat seseorang berada di depan gerbang SMA Kunugigaoka yang sudah tertutup. (Gerbang tutup jam 17.45 dan sekarang sudah jam 18.00) Aku sangat terkejut melihat sosok yang berdiri di depan sekolah itu.
"(Name)...?"
*** Yuuma's pov ***
"Maaf ya, Isogai-sama. Ojou-sama belum kembali, dia ingin jalan-jalan sendiri katanya." ungkap Yuusuke saat aku sampai di mansion (L/n).
Dan aku benar bahwa (Name) tinggal di mansion (L/n).
"A-aah, tidak apa-apa. Kalau boleh aku ingin menunggu (Name)." ujarku pada butler (Name) itu.
"Kalau begitu, silahkan masuk Isogai-sama."
Aku memasuki mansion (L/n) dengan sedikit sedih.
'Mengingatkanku pada masa-masa kami menginap disini, masa-masa kencan berdua, dan... saat dia mencium pipiku.' lalu aku memejamkan mataku dan menghela napas panjang.
"Huft..."
"Silahkan tunggu disini, Isogai-sama."
"Lho, Isogai Yuuma?" aku dan Yuusuke menoleh ke belakang, melihat Rinto sedang memegang segelas coklat panas.
"Rinto...san?"
"Mencari siapa?" tanyanya tersenyum.
"Um, aku mencari (Name)."
"Oh, dia mungkin sedang jalan-jalan." jawab Rinto-san, "Sambil menunggu, maukah bicara denganku? Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin kuberitahu padamu dan Maehara, tapi karena Maehara tidak ada kurasa kau bisa menyampaikan apa yang kuucapkan pada Maehara, apa kau bisa?"
Aku mengangguk, "Tentu saja aku bisa. Tapi, hal apa yang ingin kau beritahu pada kami, Rinto-san?"
"Salah satunya adalah alasan kenapa (Name) mempercayai kalian sebuah rahasia, walaupun aku tidak tau apa itu."
Mendengar itu membuat rasa penasaranku yang dari dulu kupendam kembali muncul.
"Rinto-san... tau alasannya?"
*** Hiroto's pov ***
"(Name)...? Apa yang kau lakukan disini??" kagetku mendekatinya, "Bukannya sebentar lagi waktu pingsanmu--"
"Aku sudah makan obat, Maehara-kun. Jadi jangan khawatir."
"Walaupun begitu, apa yang sedang kau lakukan disini...!?"
"Mungkin... melihat sekolah untuk yang terakhir kalinya?"
"Apa... maksudmu? Kau baru 3,5 bulan disini!"
"Waktu yang sama dengannya, bukan?"
Lensaku membesar saat melihat senyum sedih (Name). Dia... serius?
"Apa yang terjadi?" tanyaku memegang kedua bahu (Name).
(Name) hanya diam, lalu mengalihkan kepalanya dariku.
"Ayo cari taman untuk bicarakan ini."
Akhirnya kami sampai di taman yang berada tak jauh dari sekolah. Disana juga ada mesin penjual minuman jadi aku membeli 2, untukku dan untuk (Name). Setelah membelikan minuman dan memberikannya pada (Name) yang sedang duduk di bangku taman, akhirnya aku duduk di sebelah (Name).
"Kau tau kenapa aku sering pingsan saat menjelang malam, Maehara-kun?"
"Aku tidak tau tapi aku penasaran."
"Tapi sebelum itu... ada beberapa hal yang ingin kuberitahu padamu, Maehara-kun."
"Beritahu padaku?"
"Ya, hal yang hanya kau dan Isogai-kun yang boleh tau."
"Kenapa... kau begitu mempercayai kami?"
"Karena kalian sudah menyelamatkan hidupku."
"Saat kau pindah pertama kali ke sini?" tanyaku.
"Bagaimana kalau kubilang alasannya karena kalian sudah menyelamatkan hidupku 2 kali?"
"...eh?"
*** Yuuma's pov ***
"Menyelamatkan (Name)... saat dia baru kembali dari Jepang setengah tahun yang lalu?"
"Ya, percayalah." ucap Rinto, "Aku akan menceritakan masa lalu (Name) padamu, Isogai Yuuma."
'Masa... lalu (Name)?'
"Percayakah kau kalau ada 11 orang yang tersebar di dunia itu memiliki penampilan fisik yang serupa denganmu?"
"...eh?"
"Dulu aku tidak pernah percaya pada hal seperti itu. Tapi, saat melihat sosok (Name) saat berumur 3 tahun, aku langsung mempercayai hal itu."
"Eh, jadi maksud Rinto-san adalah..."
"Ya, sosok (Name) (Surname) memiliki penampilan fisik yang serupa dengan (Y/n) (L/n). Tapi, tentu saja mereka adalah sosok pribadi yang berbeda satu sama lain."
*** Hiroto's pov ***
"Tidak mungkin." ucapku.
"Tapi itulah kenyataannya, Maehara-kun." sahut (Name) meminum minumannya lalu melirik ke arahku.
"Tapi... bagaimana kalian bisa bertemu?"
(Name) terdiam, seolah sedang menyusun kata-kata di kepalanya.
"Orang tuaku... meninggal dalam kecelakaan mobil." ucap (Name) memulai.
"Eh--"
"Saat itu umurku baru 3 tahun dan aku tidak tau apa-apa. Sampai Mr.(L/n), Mrs.(L/n) dan anak mereka melihat kecelakaan itu. Keluarga (L/n) langsung membawaku ke dalam lingkup keluarga mereka." ungkap (Name) melihat langit.
Lensaku semakin membesar saat mendengar perjelasan (Name).
"Intinya, aku adalah anak angkat dari keluarga (L/n). Tapi mereka tetap memberiku pilihan, memakai nama belakang (L/n) atau (Surname)."
'Anak angkat...'
"Ah, tentu saja bukan hanya aku yang diangkat menjadi anak angkat saat itu."
*** Yuuma's pov ***
"Eh, jadi saudara kandung (Name) yang sesungguhnya adalah Yuusuke...!?" kagetku mendengar penjelasan Rinto.
"Yup, nama lengkap butler pribadi (Name) adalah Yuusuke (Surname)." jawab Rinto meminum minumannya, "Kami menjadikan mereka sebagai keluarga kami tak lama setelah kecelakaan itu terjadi, dengan umur (Name) 3 tahun dan Yuusuke 2 tahun."
"Tapi... sejak kapan Yuusuke menjadi butler (Name)?"
"Yuusuke menjadi butler (Name) tak lama setelah kecelakaan (Y/n)."
"Eh? Kenapa?"
"Selama ini mereka tinggal di Jerman bersama Mama, sejak umur 3 tahun. Walaupun mereka hanya beberapa kali ikut dengan Mama saat ingin mengunjungi (Y/n), tapi mereka berdua sangat dekat denganku dan (Y/n)."
"Tunggu, kalau (Name) itu mirip dengan (Y/n) bearti..."
Tawa Rinto langsung menggema di ruang tamu.
"Hahaha, ya kau benar. Jika kau sedikit mengacak rambut Yuusuke dan melepas kacamatanya, maka dia akan mirip denganku. Tentu saja versi mudanya diriku."
"Rinto-san! Barusan itu tidak ada hubungannya dengan Yuusuke menjadi butler (Name)!"
Tawa Rinto kembali terdengar.
"Hahaha, benar! Maaf, maaf!" ucap Rinto menghela napas, "Keberadaan (Y/n) di dunia politik (L/n) sangat besar karena (Y/n) membantu Mama mengurus beberapa perusahaan, dan (Y/n) mendapat julukan 'tuan putri' di dunia politik karena hei, mau mendapat julukan apa lagi untuk seorang remaja yang bersikap dan bertingkah seperti Ratu Inggris tapi mengurusi urusan politik seperti bos pro?"
"Rinto-san, anda keluar jalur lagi."
"Dengarkan dulu." sahut Rinto, "Jadi, kecelakaan yang dialami (Y/n) tentu membuat dunia politik menjadi panik dan para penasihat perusahaan keluarga mulai mengajukan untuk (Name) menggantikan (Y/n), dengan Yuusuke menjadi butler pribadi (Name) yang dapat membantu (Name)."
'Ah, kasihan (Name). Dianggap pengganti...'
"Tentu saja (Name) menolak, karena dia sama sekali tidak tau politik."
'Benar-benar sulit ditebak sosok (Name) ini...'
"Aku tidak tau alasannya tapi tiba-tiba (Name) mengajukan diri untuk masuk ke SMA Kunugigaoka sebagai (Y/n), mengisi absensi (Y/n) selama dia tidak masuk."
"Eh, jadi maksud Rinto-san--"
*** Hiroto's pov ***
"(Y/n)... masih hidup?"
"Ya, Onee-sama masih hidup."
"Tunggu, Onee-sama!?"
"Ya, jika Rintarou kupanggil Onii-sama bearti (Y/n) kupanggil Onee-sama, kan?"
'Ternyata... dugaanku dan Isogai hampir benar...'
"Tapi kumohon jangan beritahu siapapun selain kau dan Isogai-kun."
"Lagi-lagi, kenapa hanya kami?"
"Bukannya sudah kubilang karena kalian sudah menyelamatkan hidupku 2 kali?"
"Tapi aku tidak ingat pernah menyelamatkanmu selain hari pertama kau pindah kemari." ungkapku pada (Name).
"Baguslah kau tidak ingat karena itu sangat memalukan... bagiku." ucapnya berdiri dan berjalan hendak pulang.
"Tunggu dulu, (Name)! Kau belum memberitahuku kenapa kau ke depan sekolah tadi!"
"Bukannya sudah kukatakan--"
"(Name)."
(Name) lalu kembali mendekatiku, tanpa di duga-duga dia menarik kerah bajuku dan menciumku--
Tunggu...
MENCIUMKU!?
"Suki dayo." bisiknya melepas ciumannya.
Aku hanya bisa duduk dengan wajah bengong.
"Oh, dan alasanku mengunjungi sekolah adalah--"
*** Yuuma's pov ***
"Apa!? (Y/n) memintanya pindah ke Inggris!?"
"Ya, dan dia akan berangkat besok." jawab Rinto meminum coklat hangatnya dengan santai.
'Kenapa... disaat aku menemukan perempuan yang kucintai, mereka selalu menghilang?'
***
Ambil tuh, Chapter 6 (づ ̄ ³ ̄)づ
Siapa yang nyangka kalau (Name) bakal mencium Maehara?
Maaf kalau sudut pandang (pov)-nya pindah-pindah. Pasti reader-san bingung ya? (。・ω・。)
Oh, btw. Kalau ada yang bingung bagian masa lalu (Name), bisa langsung tanyakan pada Author dan kalau bisa akan Author jawab dan kalau tidak bisa, akan Author jelaskan di chapter selanjutnya ┐( ̄ヮ ̄)┌
Masalah penyakit (Name) juga akan dibahas di chapter selanjutnya ╮(╯▽╰)╭
Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~
-Rain
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top