Chapter 2
"Murid Baru yang Punya Penyakit Aneh"
*** Hiroto's pov ***
Sekarang aku sedang berada di ruang tunggu setelah mengantarkan (Surname) ke rumah sakit. Kami sempat panik saat melihatnya pingsan di depan kami.
~ Flashback ~
"(Surname)!!" panggil kami berdua saat melihat (Surname) terjatuh di depan kami.
Ada darah yang keluar dari hidung dan mulutnya, dan itu membuat kami semakin panik dari sebelumnya.
"Ayo bawa dia ke rumah sakit! Aku yakin ada 1 di dekat sini." ucapku mengangkat (Surname).
"Kau duluan saja, aku harus membersihkan sisa darah ini. Akan berbahaya jika siapapun yang melihat ini." sahut Isogai dan aku hanya mengangguk lalu pergi menuju rumah sakit terdekat.
'Kami yang saat SMP diajarkan untuk membunuh tidak tau banyak mengenai pertolongan pertama.' pikirku.
~ Flashback ~
"Maehara!" suara Isogai menggema di koridor rumah sakit dan kulihat dia sedang menuju kemari.
"Isogai..." sahutku.
"Bagaimana dengan (Surname)? Apa dia baik-baik saja?"
"Aku tidak tau, Isogai. Sekarang pihak rumah sakit sedang memeriksanya."
Tak lama kemudian keluar dokter dan beberapa asistennya.
"Apa kalian keluarganya?" tanya si dokter.
Kami berdua menggeleng. "Hanya teman sekelas yang melihatnya pingsan dan yang mengantarnya kemari." jawab Isogai.
"Pasien sudah sadarkan diri, tapi karena belum ada keluarganya yang datang jadi kami tidak bisa memberitahu apa yang terjadi pada pasien." jelas si dokter. "Tapi sepertinya keluarganya sudah tau, begitu juga dengan pasien karena saat tersadar dia tidak panik bahkan dia seperti sudah biasa pingsan seperti tadi."
"Sudah biasa..." gumam Isogai.
"Ah, apa kami boleh melihat pasien?" tanyaku.
"Oh, tentu saja. Pasien justru berkata bahwa dia ingin melihat 2 teman sekelasnya yang telah menyelamatkan dirinya." jawab si dokter. "Tapi bisakah kalian menunggu sedikit lagi? Karena kami akan memindahkan pasien ke ruang VIP."
'VIP?' heranku.
Kami berdua saling pandang lalu mengangguk.
***
Setelah menunggu sebentar, akhirnya kami memasuki ruang inap (Surname). Disana sudah terbaring (Surname) dengan pakaian rumah sakit, rambut yang terurai dan kacamata yang tetap terpasang di wajahnya. Dia juga diinfus dengan sekantong darah.
"Dokter bilang aku kekurangan darah jadi aku diinfus darah." ucap (Surname) seolah tau apa yang kupandang.
"Begitu ya--eh, kau sadar!?" kagetku dan Isogai.
"Dari tadi. Bukannya setelah pemeriksaan aku sudah tersadar?" ucap (Surname). "Dan bisakah salah satu dari kalian menegakkan kasur ini? Pihak rumah sakit melarangku untuk duduk tanpa sandaran."
"Oh, biar aku saja." ucapku lalu mengambil remote yang mengatur kasur rumah sakit. "Nee, (Surname)-chan..." panggilku.
"Panggil saja (Name) karena kalian sudah menyelamatkanku."
"Oh, baiklah." ucap Isogai.
"Nee, (Name)-chan. Apa kau sudah terbiasa pingsan seperti ini?" tanyaku.
(Name) terdiam sejenak lalu mengangguk pelan. "Ya, tapi biasanya aku pingsan saat tidak ada orang di sekitarku jadi saat aku terbangun, aku masih di tempat sebelumnya tapi pakaianku jadi berlumuran darahku dan begitu juga dengan tempat aku pingsan." jelasnya lalu tertawa. "Hahahahaha, aneh ya?"
Aku dan Isogai hanya memberikan tatapan serius pada (Name).
"Kenapa kau justru tertawa?" heran Isogai. "Jika kau pingsan di tempat yang sepi maka nyawamu akan terancam kapanpun!"
"Tapi aku masih baik-baik saja sekarang, kan?"
"Itu karena kau beruntung, kau tidak akan tau apa kau akan selamat selanjutnya, kan?" sahutku.
"Aku baik-baik saja... kalian tenang saja." ucap (Name) tersenyum.
...tapi entah kenapa itu bukanlah senyum tulus, melainkan sebuah senyum yang menyembunyikan sesuatu.
"Dan juga, biasanya aku pingsan di rumah, di tempat tidurku lebih tepatnya."
"...eh?"
"Ya, dan aku pingsan itu saat menjelang malam. Karena itu aku sempat panik karena waktu biasa aku pingsan itu sebentar lagi dan aku terlambat. Hasilnya aku pingsan di depan kalian." jelas (Name).
"Apa keluargamu tidak khawatir pada kondisimu, (Name)?" tanya Isogai.
"Jika kalian jadi orang tuaku, apa yang akan kalian lakukan saat tau anak kalian lebih sering pingsan daripada bergerak?" tanya (Name) masih memasang senyum yang sama.
"Tentu saja aku akan memasukkanmu ke rumah sakit sampai kau sembuh...eh?" kaget Isogai membuat aku mengerutkan alis.
"...apa maksudmu itu keluargamu tidak tau kondisimu?" tanyaku serius.
(Name) hanya mengangkat bahu. "Apa kalian tidak pulang? Sudah malam lho." ucapnya menunjuk jam yang sudah menampakkan pukul 08.37 p.m.
"Oh, benar." ucapku. "Apa kau baik-baik saja sendiri?"
"Aku lebih sering masuk rumah sakit daripada rumahku sendiri. Keluargaku juga tau kalau aku tidak pulang ke rumah selama 1 hari bearti aku menginap di rumah temanku. Jika aku tidak kembali selama 2 hari, saat itulah keluargaku akan mencariku." ucap (Name).
"Kenapa tidak bawa handphone?" tanya Isogai.
"Keluargaku pasti akan memasang GPS agar bisa melacakku dan saat mereka tau kalau aku berada di rumah sakit maka mereka pasti akan tau kondisiku." jawab (Name).
"Oh, kalau begitu. Kami pulang dulu, (Name)-chan." ucapku melambaikan tangan padanya.
"Aku akan membawakan catatan besok kemari jika kau tidak masuk besok." sahut Isogai.
"Jika ada yang bertanya dimana aku, bilang saja aku sedang demam di rumah." jelas (Name) lalu membalas lambaian tanganku.
"Ok." ucap kami berdua.
"Terima kasih, Isogai-kun, Maehara-kun..." ucap (Name) lalu dia bergumam. "Telah menyelamatkan diriku..."
Lalu dalam perjalanan menuju asrama sekolah yang lumayan jauh...
"Hei, Isogai..." panggilku.
"Hm?" balasnya.
"Apa kau penasaran seperti apa keluarga (Name)?"
"Sebenarnya aku sangat penasaran. Memangnya kenapa?"
"Apa... sebaiknya kita beritahu mereka?" tanyaku menoleh pada Isogai yang berpikir.
"Entahlah, Maehara. Kurasa ada alasannya (Name) tidak ingin memberitahu mereka" jawab Isogai.
"Benar juga..." gumamku.
***
"Siapa yang tidak hadir hari ini?" tanya sensei saat pembelajaran akan dimulai.
"Oh, sepertinya (Surname)-san tidak hadir, sensei!" jawab salah satu siswi.
"Kemana dia?"
"Sakit, sensei!" ucapku mengangkat tangan.
"Sakit ya?" gumam sensei menulis di buku absen "Ada lagi?"
"Tidak ada lagi, sensei." ucap kami sekelas.
"Baiklah kalau begitu. Kita lanjutkan pelajaran. Buka halaman 42."
Dan kami memulai sekolah seperti biasa, dan akhirnya bel pergantian pelajaran pun berbunyi. Beberapa detik setelah sensei keluar, mejaku dan Isogai dikelilingi oleh Kayano dan duo devil.
"Yuuma, Hiroto. Tau darimana kalau (Name)-chan itu sakit?" tanya Kayano.
"Hm? Oh, kemarin dia sudah mulai demam saat kami hendak pulang ke asrama." jawabku.
Kulihat duo devil memasng tampang berpikir.
"Bukannya kemarin kalian ke---"
"Kembali ke bangku kalian, anak-anak. Pelajaran akan segera dimulai." perintah sensei memasuki kelas.
"Tck," gerutu Akabane, yang ucapannya terpotong oleh sensei lalu mereka bertiga kembali ke bangku mereka masing-masing.
"Aku punya firasat buruk tentang pertanyaan Akabane." komentar Isogai.
"Benar..." sahutku dan kami kembali fokus pada sensei.
Waktu berjalan dengan cepat dan bel istirahat makan siang telah berbunyi, membuat teman-teman sudah berhamburan keluar walaupun sensei belum menyuruh mereka. Sensei yang melihat ini hanya bisa menggelengkan kepala, lalu keluar kelas sambil menggerutu mengenai 'anak muda jaman sekarang'.
"Kertas apa itu, Yuuma-kun?" lagi-lagi mereka bertiga mengelilingi meja kami berdua.
'Mereka keras kepala, tentunya...' pikirku menutup mata, menyembunyikan rasa frustasiku.
"Kertas ini? Ini catatan hari ini, untuk (Name)-san." jawab Isogai.
"Apa kalian berencana mengunjungi (Name)-chan??" tanya Kayano antusias.
"Kami tidak tau rumahnya." jawab Yuuma tersenyum sedih. "Kemarin sebelum pulang ke asrama, (Name)-san memintaku untuk mencatatkan materi hari ini."
"Begitu ya?" gumam Kayano.
"Tunggu, bukannya kemarin kalian pergi ke---"
|| Pengumuman! Pengumuman! Bagi seluruh pengurus OSIS dan ketua klub untuk segera ke aula sekolah! Terima kasih! ||
"Tck," kali ini Asano yang menggerutu karena perkataannya dipotong.
Aku diam-diam merasa lega. Tidak ada yang tau apa yang duo devil itu pikirkan, yang jelas itu bukanlah hal yang bagus karena mereka sangat ingin bertanya pada kami.
"Mereka sangat sibuk sejak kelas 1 semester 2." komentarku. "Asano sebagai Ketua OSIS, Kaede sebagai Bendahara OSIS dan Akabane sebagai ketua klub memanah."
"Nhn," sahut Isogai mengangguk. "Mereka terlihat... terlalu sibuk."
"Mungkin saja ada hubungannya dengan... dia..." suasana menjadi sunyi setelahnya.
"...8 bulan semenjak kejadian itu ya?"
"Ya..."
***
"Kami ingin mengunjungi (Surname) (Name)." ucapku.
"Oh, beliau ada di lantai 3 nomor 7 di ruang VIP."
"Terima kasih." ucap Isogai.
Sepulang sekolah kami diam-diam pergi ke rumah sakit untuk menjenguk (Name). Akabane dan Asano terlihat sangat ingin bertanya sesuatu pada kami karena sepanjang pelajaran selesai makan siang, mereka melirik ke arah kami dan kami yang ditatap ini hanya bisa menelan saliva kami karena tatapan intens mereka. Saat pulang sekolah, mereka kembali disuruh berkumpul ke aula yang membuat mood Akabane dan Asano menjadi sangat kesal. Dalam kesempatan itu kami pergi ke rumah sakit tanpa diketahui siapapun.
"Aku harap mereka lupa dengan pertanyaan yang ada di kepala mereka besok." pinta Isogai dan aku hanya tersenyum setuju.
Dan kami sudah sampai di depan pintu kamar inap (Name).
(Cklek!)
"Oh, Isogai-kun Maehara-kun." sapa (Name) dan dia sedang mengupas apel dengan menggunakan PISAU!! (Mau pake apa lagi Mae?)
"Apa yang kau lakukan dengan pisau itu??" tanya Isogai langsung menyambar pisau yang (Name) pegang.
"..." (Name) berkedip 2 kali "Tentu saja aku ingin makan apel. Memangnya di mata kalian aku memegang apa?"
"Kami tau itu apel. Maksudku, berbahaya kau memegang pisau (Name)." jawab Isogai.
"Aku lapar dan aku ingin apel. Jadi aku meminta pihak runah sakit untuk membawakanku apel dan pisau." ucap (Name) lalu melihat apel yang ia pegang, apelnya sudah terkupas habis "Aku akan mencuci apel ini..." gumamnya mulai bergerak
"Biarkan aku yang mencuci apelmu!" ucapku juga menyambar apel (Name) dan mencucinya.
"Aku bukan anak kecil, aku bisa melakukannya sendiri." ucap (Name) tidak senang.
"Kami tau kau bukan anak kecil dan kau bisa melakukannya sendiri. Tapi kau sekarang sedang sakit (Name)." sahut Isogai lalu kulirik dia membuka tas sekolahnya. "Ini catatan hari ini, (Name)-san."
"Terima kasih, Isogai-kun."
"Oh iya, (Name)-chan. Tadi Kayano ingin mengunjungimu ke 'rumah' tapi kami beralasan tidak tau rumahmu." ucapku selesai mencuci apelnya lalu memberikannya pada Isogai untuk dipotong.
"Oh, jangan dipotong. Aku lebih suka memakannya begitu." pinta (Name) dan Isogai hanya memberikannya pada (Name). "Baguslah kalau kalian tidak mengajaknya, aku hanya mau kalian berdua yang mengetahui kondisiku ini." sambungnya lalu mengigit apelnya.
"Kenapa hanya kami berdua?" tanya Isogai.
(Name) kembali menunjukkan senyum yang sama seperti dulu: senyum yang menyembunyikan sesuatu.
"Rahasia."
'Kau benar-benar murid misterius dengan penyakit yang aneh, (Name)...'
***
*lap keringat* selesai juga ('・ω・')
Hayo kenapa hanya duo ikemen yang boleh tau?
Nanti juga akan tau sendiri kok, reader-chan (*゚▽゚)ノ
Kritik dan saran yang membangun akan sangat diterima~
-Rain
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top