Siapa Dia?
Quest 15 : Buatlah semuanya berkumpul. Ternyata pengirim surat adalah tokoh antagonis. Buatlah pertarungan antar semua tokoh utama dengan antagonis itu. Jangan lupa beri nama si antagonis dan jelaskan ciri-cirinya. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.
Warning: Blood, harsh, sensitive content.
***
Seusai makan malam dan berbincang canggung, kami memutuskan untuk tidur, menghemat tenaga.
Silviu dan Algasta, mereka dua berbagi jadwal berjaga. Sebetulnya, aku tidak biasa tidur di tengah hutan seperti ini. Jadilah aku tertidur dengan posisi duduk sambil bersandar pada batang kayu. Aku tidak paham mengapa Zeya tampak anggun dalam tidurnya, sementara Bullet tampak pulas dengan posisi terlentang di atas batang kayu.
Lalu, aku mulai terlelap.
.
"Zeya! Olita! Bullet!"
Hanya dengan mendengar seruan itu, aku tersentak bangun dengan rasa pusing di kepala. Kupaksakan untuk bangkit, dan melihat sekitar yang temaram. Api unggun sudah padam, serta terdengar erangan kesakitan dari ... elf.
Silviu?
Aku mencoba menghampiri mereka setengah sadar. Namun, detik selanjutnya kurasakan pusing di kepalaku semakin hebat, kakiku gemetar. Atau ... gempa, ya?
Aku tidak bisa membedakannya. Yang jelas, Zeya dan Bullet menjerit heboh di belakangku. Pandanganku buram entah karena kabut atau memang berkunang-kunang. Kurasakan cairan di sekitar tanganku. Saat kulihat, lenganku banyak tergores cakaran panjang. Darah mengalir dari kedua telapak tanganku.
Kesadaranku mulai menipis. Sebelum aku mulai terlelap, terdengar suara panik roh kupu-kupu di dalam kepalaku.
"Tetap terjaga, Olita! Olita! ... Olita!"
.
.
.
Cahaya putih menyilaukanku. Di sekelilingku berupa warna putih tanpa ujung, melihatnya membuatku bingung.
Mendadak, terdengar gema suara yang sangat kuhapal. Namun, kali ini nadanya terdengar marah dan geram. Seolah benci padaku.
"Kau menyalahgunakanku, kau memperbudakku."
Wajahku pias. "Tidak! Aku tidak bermaksud!"
Selanjutnya, ia tertawa. Jahat dan nyaring sekali, rasanya seperti menusuk hingga ke dalam otak dan jiwaku. Kupejamkan mata, menutup telinga. Namun suaranya terekam jelas dalam kepalaku.
Setelah tawa itu memudar, kuberanikan diri untuk membuka mata. Kembali terdengar suara, kali ini seperti langkah kaki. Kutolehkan kepalaku cepat, tetapi aku mendapati sesosok wanita dengan rambut kelabu yang sama persis denganku. Netra hijaunya menatapku hangat. Diriku membeku mengenalinya.
"Ibu!"
Tanpa kupedulikan sosok itu nyata atau tidak, kuterjang ibu dan memeluknya sekuat tenaga, dan dibalas. Detik itu juga air mataku luruh. Kutumpahkan rindu pada sosok yang seharusnya.
Belum sempat kuucapkan sepatah kata padanya, Ibu lebih dulu direnggut dariku. Sebuah tali melilit lehernya, ia ambruk, dan ditarik dengan kasar sebelum akhirnya ada seorang pria menangkapnya dan menodongkan sebuah pisau di lehernya.
"Jangan ...," gumamku tertahan.
Pria itu memiliki rambut hitam legam dan badan tegap. Seragam yang ia pakai menunjukkan bahwa ia seperti ksatria kerajaan. Aku mematung ketika netra amethyst-nya menatapku penuh benci.
Sebuah suara berat menggema dalam kepalaku. "Anak iblis. Tidak seharusnya wanita ini melahirkanmu."
Mataku memanas, bulir-bulirnya lolos di pipiku. Seperti yang kutakutkan, pisau itu akhirnya menggores leher Ibu bersama darah yang mengucur. Kepalanya terkulai dengan leher yang hampir terputus.
Pria itu menghilang, sekitarku berubah menjadi merah darah. Aku bertekuk lutut, merasa gila dengan suara-suara mengerikan yang menyebutkan ketakutan dalam kepalaku. Rasanya sumur air mataku mengering.
Sampai sebuah cahaya datang, menepis segala hawa buruk. Tanpa melihatnya, aku mengenal dirinya dari suaranya yang menenangkan.
"Kupu-kupu ini tidak pernah membencimu, Olita."
.
.
.
Aku terbangun di hutan dengan nyanyian merdu di kepalaku. Butuh beberapa menit untukku mencerna apa yang terjadi. Sampai roh kupu-kupu berbaik hati membisikkan apa yang tengah terjadi dan sebuah fakta yang membuat kami terjebak dalam situasi ini.
Adrenalinku kembali terpacu. Melihat laki-laki gila bertudung yang tertawa dan berseru heboh penuh darah membuatku ingin membunuhnya. Setelah semua halusinasi mengerikan yang diberikanya padaku, aku tidak akan mengampuninya.
"Dia—!" Aku bangkit. Kurasakan luka di tanganku menghilang. "Monster yang kita bunuh waktu itu, adalah saudaranya!"
Semuanya tampak keheranan, bertanya-tanya dari mana aku mengetahui fakta itu. Aku tidak menjawabnya. Sementara pikiranku mengingat perkatan roh kupu-kupu, dan kuberitahu faktanya kepada yang lain
"Namanya Emyr, laki-laki, dan sepertinya shapeshifter. Halusinasi kalian berasal darinya, hati-hati.
Dia membalaskan dendam saudara monsternya yang kalian bunuh waktu itu."
Melihat Emyr kembali tertawa gila, aku waspada. Firasatku mulai tak enak.
***
613 words
Nichole_A
wga_academy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top