Lubang Hitam

Quest 16 : Settingkan final battle antara antagonis dan protagonis. Buatlah minimal 500 kata maksimal 1500 kata. Pemberian nama bab terserah dan jangan lupa ketentuan yang berlaku.

Challenge: Jangan gunakan tanda koma (,). Apabila ada tanda koma dalam bab ini, -5 poin per tanda koma.

***

"Emyr maaf ... kami tidak tahu kalau monster kepala enam kemarin adalah saudaramu."

Kudekati lelaki yang bertekut lutut itu sampai tepat di depannya. Ia meracau tidak jelas yang membuatku iba mendengarnya. Bisa kurasakan ketakutan menekannya. Ada keputusasaan dan dendam yang menyelimutinya.

Algasta dan Zeya sempat menahanku agar tidak terlalu dekat dengannya karena khawatir. Akan tetapi aku menggeleng dan meyakinkan mereka bahwa tak apa.

Tiba-tiba sebuah ekor panjang bersisik melata di bawahku. Hampir saja aku terjerembab karena ia mengincar kakiku jika aku tidak sempat menghindar. Ekor itu kembali masuk ke dalam jubah.

Zeya yang khawatir menarik lenganku untuk mundur. Selanjutnya ia melangkah maju mengantikanku. Bulu kudukku sedikit meremang ketika ia mengeluarkan aura kuat khas putri kerajaan.

"Apa maumu? Kita bisa bicarakan baik-baik. Tidak perlu menyerang."

"Mauku?" Emyr bangkit. Jubahnya ikut tersingkap dan menampilkam wajah buruk rupa penuh sisik sampai lengannya. "Kembalikan saudaraku. Apa kalian bisa melakukannya?"

Hatiku mencelus iba mendengar nada suaranya yang lirih dan penuh harap.

Namun Zeya menggeleng. "Tidak. Kami akan tebus dengan yang lain."

Egois sekali. Kematian tidak bisa ditebus dengan apa pun.

Tetapi aku diam saja karena tidak punya usul yang baik untuk ditawarkan.

"Kalau begitu—" Entah apa yang dilakukan Emyr karena udara sekitar kami bergelenyar aneh. Serangga mulai menampakkan wujudnya dan bersuara keras. Mereka tampak terganggu dan ketakutan. Roh kupu-kupu terus mengingatkanku untuk waspada.

"—tebus kematiannya dengan nyawa kalian!"

Emyr berteriak marah. Ekornya bersisiknya kembali melayangkan sabetan. Zeya yang tampak seperti target utamanya menghindar dengan gesit. Namun siapa sangka kalau targetnya kini beralih menjadi diriku yang dekat dengan posisi Zeya.

Aku terlempar kencang dan membentur pohon dengan posisi tak mengenakkan. Mereka meneriakkan namaku dengan khawatir. Bisa kurasakan ada cairan amis yang mengalir dari belakang kepalaku. Tetapi tubuhku tidak bisa bergerak sama sekali. Sakit.

Kusaksikan sebuah lubang hitam muncul di udara dengan sisa kesadaranku. Emyr masuk ke dalamnya. Tanpa ragu Algasta dan yang lainnya mengikuti masuk ke dalam lubang hitam itu. Zeya tampak panik karena tidak bisa menentukan pilihan. Antara menolongku atau ikut mereka.

Pada akhirnya ia menjerit. "Olita maafkan aku!"

Ia pergi bersamaan dengan lubang hitam yang menutup.

Rasanya aneh ketika hutan terasa senyap seolah tidak pernah terjadi apa pun sebelumnya. Aku benci mendengar sunyi karena rasa sakitku seperti giat menyiksaku.

Sakit.

Aku menyerah. Kewalahan mempertahankan kesadaranku.

...

Aku terbangun di pangkuan seseorang. Pandanganku masih memburam tetapi aku langsung bangkit begitu tersadar siapa yang menyembuhkanku. Itu roh kupu-kupu dan dia menampakan wujudnya.

"Di mana yang lain?" Aku kebingungan setengah mati. Tanganku meraba kepalaku yang tampaknya sudah sembuh. "Berapa lama aku pingsan?"

"Baru beberapa menit. Aku sudah menyembuhkanmu." Roh kupu-kupu ikut bangkit. Ia menyerahkan beberapa ramuan padaku. "Simpan ini. Teman-temanmu membutuhkannya."

Aku mengambilnya tanpa ragu.

"Akan aku antar dirimu pada mereka." Roh kupu-kupu diam sejenak. Lalu entah bagaimana sebuah lubang putih muncul di udara.

Aku sedikit kesal melihatnya menggunakan sihir hebatnya. "Tidak seharusnya kau menampakkan diri. Di sini berbahaya."

Kugelengkan kepalaku kepadanya. Menunjukkan bahwa diriku tidak suka apa yang baru saja ia perbuat. Tanpa berlama-lama aku melompat masuk ke dalam lubang putih.

Bagaimana dengan roh kupu-kupu? Apa aku meninggalkannya? Tidak. Kami sudah terhubung. Ia tetap bisa menggapaiku bahkan jika aku berada di dalam tanah sekalipun. Ia terlampau hebat.

Kurasakan diriku seperti terlempar. Lalu mendarat dengan kasar sampai terdengar bunyi berdebum dengan posisi terkapar.

Melihat ruang putih di sekelilingku membuatku sedikit trauma. Apa ini ruang halusinasi? Kutepis pemikiran itu kala mendengar suara riuh dan gesekkan pedang khas pertarungan.

Melihat Algasta terkapar dengan beberapa luka membuatku menghampirinya dengan khawatir. Segera saja kuminumkan cowok ini dengan ramuan yang diberikan oleh roh kupu-kupu dan membaluri luka yang tampak parah. Ia pulih perlahan dan kembali tersadar. 

Setelah itu aku bergantian memulihkan Zeya, Silviu, serta Bullet. Aku tidak paham mengapa mereka terluka parah bersamaan. Tetapi aku tidak ingin bertanya lebih lanjut karena Emyr tampak bersiap menyerang di depan sana.

Pertarungan berjalan sengit dan berbahaya. Sampai ketika Emyr roboh dan Zeya bersiap membunuhnya untuk menyudahi ini semua aku hampir menutup mata. Tetapi ada suara di dalam kepalaku yang berbisik sesuatu.

Kuhampiri Zeya cepat dan menahan tangannya yang hendak membunuh Emyr.

"Ada cara lain!" seruku mengurungkan niat Zeya. "Segel saja dia."

Semua menatapku heran. Namun masih dalam posisi siaga agar Emyr tidak menyerang kami berdua.

"Apa kau bisa menggunakan spiritmu untuk menyerap kekuatannya?" bisikku.

Zeya terdiam sejenak untuk berpikir. Lalu mengangguk untuk menyanggupi ucapanku.

Zeya menulis di gremoire-nya (semacam buku sihir). Lalu kumpulan spirit melayang mendekati Emyr untuk menyerap seluruh kekuatannya. Spirit itu mengembung. Lantas akhirnya meletup bersamaan dengan Emyr yang terkulai lemas karena energi dan kekuatannya menipis.

"Apa yang kalian lakukan?" Suara Silviu terdengar.

"Hanya mengubah bentuk kekuatannya." Bisa kulihat Zeya tampak tak yakin. Tetapi ia terus melakukannya.

Dengan bantuan roh kupu-kupu tanganku memancarkan kekuatan yang disalurkannya untuk membuat jalan kembali. Ia enggan dan tidak kuizinkan untuk menampakkan diri. Karena itu ia menggunakan diriku.

Setelah itu sebuah lubang putih muncul di belakang mereka. Mereka tampak kagum serta terheran-heran.

"Ayo kita pergi!" Aku memimpin. Lalu aku bergumam pelan. "Biarkan dia tersegel di sini."

Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya karena cerita ini berakhir begitu aku memasuki lubang putih dan kembali ke hutan sebelumnya.

***

850 words
Nichole_A
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top