Licik

Quest 11 : Setelah kembali ke dunia masing-masing, pemimpin ekspedisi langsung membatalkan perjalanan. Di sini tokoh utama sudah boleh pulang ke rumahnya.

***

"Kita sampai di sini saja."

"Apa?" tanyaku tak paham. Hampir tersedak saat minum untuk menetralisir rasa mualku. Theron di sampingku tampak khawatir.

"Monster kemarin bukan tujuan utama kami," jelasnya. "Tapi karena kami sudah dapat kepalanya, jadi kita batalkan saja."

"Mau kau apakan kepala itu?"

Kapten Roux menatap Theron sinis. "Bukan urusanmu."

Melihat mereka hendak pergi, aku tersulut amarah. Kusiapkan sihir di tangan kalau saja mereka tak memberiku sesuatu.

"Tunggu!" cegahku dengan geram. "Seharusnya kalian tetap memberi kami imbalan!"

Salah satu anak buahnya tertawa kasar. "Untuk apa? Bukankah kontrak kami dengan kalian sudah batal?"

"Dasar licik!" Tanpa aba-aba kurapalkan mantra untuk menyerang. Dari bawah tanah, muncul sulur tanaman yang mengikat kaki mereka kuat-kuat.

Anak buah Kapten Roux tampak panik, sementara ia sendiri terlihat tenang. Ia mengeluarkan belatinya dan merobek sulur tanaman dalam satu tebasan

"Aku tidak selemah yang kau pikirkan, Penyihir."

Dia mendekat, bersamaan dengan itu Theron juga tampak waswas melindungiku.

"Tak perlu marah begitu." Ia merogoh kantungnya dan menyerahkan Batu Kirana, serta sebotol cairan hitam, itu racun monster.

Setelah memberikan itu, mereka pergi. Aku mendesis dengan rasa dendam di hatiku. Ketika punggung mereka sudah tak tampak, kutepukkan tangan pelan untuk memanggil pengintai kecilku.

Aku tersenyum miring. "Ikuti mereka."

***

200 words
Nichole_A
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top