Kabin

Quest 7 : Settingkan setelah melawan makhluk kemarin, tokoh utama dan ekspedisinya pergi ke sebuah gubuk tua dan menetap selama beberapa hari.

***

Aku sedikit kecewa ketika ternyata kami keluar dari sisi lain gua. Kukira gua ini tak berpenghujung dan akan ada hal yang lebih menarik di dalamya. Tetapi kami disambut oleh pemandangan hutan kembali.

"Aku merasakan ada portal di lorong gua tadi. Jika hal itu benar, maka sekarang kita ada di hutan bagian lain. Bukan di Hutan Perbatasan lagi."

Walaupun aku takjub mendengarnya, tetap saja aku masih merasa kecewa.

Hari kembali petang. Kami tidak sempat berhenti untuk beristirahat karena belum menemukan tempat yang tepat untuk menggelar tenda. Sebab, kondisi tanah di sini kurang bagus. Masih terhalang banyak semak-semak, bebatuan, serta akar-akar pohon.

Saat matahari tergelincir dari peraduannya dan langit tampak menggelap, kami baru menemukan tempat yang cocok. Beruntung sekali kami menemukan sebuah gubuk yang tampak tua dan tak terpakai.

Tetapi sebelum itu, kami memastikan lebih dulu bahwa gubuk itu tak ditempati siapa pun sebelumnya. Dirasa aman, kami membersihkannya sedikit untuk tempat beristirahat.

Jika kutilik lagi, sangat mengherankan ada gubuk sebagus ini di dalam hutan. Tidak, kurasa kata kabin lebih cocok karena kondisi dinding dan lantainya masih bagus meskipun aku sempat terpeleset karena adanya lumut yang tumbuh.

Aku dan Theron tengah sibuk membuat api unggun ketika salah seorang bandit keluar dari kabin dan membawa segulungan tenda, lalu mendirikannya. Dahiku berkerut dalam.

"Apakah kita perlu membangun tenda?"

Mendengarku bicara, Theron pun ikut mendongak. Lantas keheranan. Ia baru saja akan bicara hal serupa, tetapi Kapten lebih dulu muncul dari dalam kabin dan menyela.

"Tentu saja. Kalian harus berjaga, kami berempat beristirahat di dalam."

Sialan.

"Apa-apaan?" Theron menyahut tak terima lebih dulu.

"Kalian pikir, seluas apa gubuk jelek ini?" Kapten menatap sinis. "Ini, aku menemukan makanan di dalam. Setidaknya bisa mengisi perut kalian malam ini."

Kapten melemparkan sebuah peti kecil padaku. Saat kubuka, isinya berupa kue kering dan buah-buahan yang tampak layu. Sepertinya ini tersimpan dengan baik karena tampak masih bisa dimakan.

Tapi tetap saja. Ini kurang untuk memulihkan mana-ku.

"Bekal kami mulai menipis, jadi mau tidak mau kita akan menetap di sini sejenak. Kalian juga harus mencari perbekalan sendiri. Dalam perjanjian, aku tidak wajib mengisi perut kalian," katanya yang membuatku kesal setengah mati. "Selamat malam."

Kapten masuk, disusul si bandit yang menggelar tenda setelahnya, lalu pintu kabin ditutup rapat.

Theron menghela napas kasar. "Memangnya sebesar apa perut mereka sampai kita perlu mengisi ulang perbekalan? Kita bahkan baru satu hari satu malam perjalanan!"

Aku mengangkat bahu. "Tak bisa kupungkiri, aku juga perlu mencari perbekalan. Ke depannya pasti akan membutuhkan banyak energi."

Sempat hening sejenak. Hingga ada sebuah pemikiran terlintas di benakku. "Ngomong-ngomong, apa orang tuamu tidak akan mencarimu?"

"Itu sudah pasti," jawabnya enteng. "Tapi kurasa mereka sudah lelah memarahiku yang sering menghilang. Tenang, aku pernah melakukan yang lebih parah dari ini."

Setelah itu hening lagi, sedikit canggung juga. Aku payah dalam mencari topik pembahasan, serta tidak begitu peduli pada hidup orang. Jadi yang kulakukan hanyalah mengukir pasir tanah dengan jari telunjuk sambil bersenandung dalam hati. Tapi entah mengapa satu-dua kupu-kupu malah hinggap di kepalaku.

Kemudian kusadari, semakin malam hawa semakin dingin, dan lebih banyak kupu-kupu bercahaya yang datang. Mereka terbang di sekeliling seperti kunang-kunang, berpendar indah. Beberapa malah bertengger di punggungku.

"Sudah semakin larut," kataku memecah keheningan. "Sebaiknya kau pergi tidur terlebih dulu, setelah itu gantian kau yang berjaga."

"Tidak perlu." Theron menggeleng. "Kau saja yang tidur, aku akan berjaga sampai pagi di sini."

"Jangan bersikap sok jagoan. Aku bukan putri yang harus kau buat terpesona," tuturku kesal. "Ikuti saja apa kataku."

Tanpa kuduga, Theron malah tertawa renyah. Kupikir dia akan membantah, ternyata ia menurutiku dengan langsung bangkit dari duduknya.

"Baiklah, baiklah. Selamat malam kalau begitu."

Tepat setelah mengucapkan itu, Theron mengacak-acak rambutku, membuat kupu-kupu terusir sejenak. Lantas ia masuk ke dalam tenda.

Kutatap punggungnya sebal, lalu memikirkan hal yang baru saja ia lakukan padaku.

Kuharap otakku tidak ikut tergeser seperti miliknya.

***

638 words
Nichole_A
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top