Enam Kepala
Quest 9 : Buatlah salah satu tokoh utama mengambil sebuah keputusan yang salah, hingga memanggil keluar seekor monster berkepala enam.
***
Belakangan aku tahu, bahwa mereka yang tengah berkumpul di sana serta berdiskusi adalah kapten dari setiap ekspedisi ini. Masih dengan tujuan yang dirahasiakan, aku menunggu di pinggir yang tak jauh dari tempat mereka.
Selepas bocah itu berbincang dengan rombongan sebelah, dan Lily-anak kecil tadi-kembali ke rombongannya juga, aku kembali bersama Theron. Dia tampak santai.
"Sepertinya kau terkenal, ya?"
Theron terkesiap. "Tidak! Jika maksudmu adalah Ayesh yang tadi menyebut namaku, maka kau salah. Aku juga tidak tahu bagaimana dia mengetahui namaku."
"Jadi, namanya Ayesh?" Kutatap perempuan itu yang posisinya kini juga tengah berdiskusi dengan pemimpin yang lain. Ah, sepertinya ia seorang kapten.
Theron mengangguk menanggapiku. Kami hening sejenak sebab perhatianku kembali teralih pada elf yang tampak di seberang sana. Aku tersenyum tipis.
Theron di samping, menatapku. Setelahnya, pandangannya juga ke arah elf itu. Ia ikut tersenyum melihat objek pandangku. "Jadi, rumor itu benar, ya?"
Kutolehkan kepalaku padanya. "Apa?"
"Bahwa elf punya pesona yang kuat," jelasnya. "Kukira buku-buku legenda hanya melebih-lebihkan, tetapi setelah melihatmu terus memandanginya, kurasa hal itu benar adanya."
"Sudah, sudah." Melihat diriku yang tak menjawab, tanpa diduga Theron mengarahkan kepalaku ke arah lain, kini objek pandangku berganti menjadi sebuah pohon. "Dia sadar kau perhatikan. Elf itu tampak salah tingkah, kau membuatnya tak nyaman."
Aku nyengir.
Tak lama setelahnya, terdengar auman yang sangat keras. Suara mengerikan itu membuatku ragu jika keluar dari hewan biasa. Dan, benar saja. Di sisi hutan sebelah sana, muncullah makhluk mengerikan dengan auman perkasanya. Suaranya terdengar marah. Seolah ia tengah diganggu dari tidur panjangnya.
Ketika dia keluar dan menampakkan diri seutuhnya di hadapan kami, barulah terlihat seberapa mengerikan wujudnya. Enam kepala dengan leher panjang, menyatu dalam sebuah badan panjang yang besar, mirip ular.
Sosoknya mengingatkanku dalam monster di dalam buku-buku legenda.
Tanpa aba-aba, salah satu kepala menyemburkan napas api. Mereka yang berada di dekat sana segera menghindar. Suasana damai di awal dengan cepat berganti menjadi mencekam.
Posisi kami memang jauh, tapi hawa panas dari monster melingkupi sekitar.
Theron bangkit, refleks aku mengikutinya. "Kita harus membantu!"
Sebelum aku sempat membalasnya, ia sudah berlari ke arah monster berkepala enam itu yang masih sibuk menyemburkan napas api. Pedangnya sudah keluar dari sarungnya. Mau tak mau, aku mengikutinya.
Di saat yang lain sibuk menyerang, aku dan Theron lebih memilih untuk pergi ke bagian belakang monster itu. Strateginya, adalah menyerang dari belakang.
Agak sedikit nekat sebab kami sama sekali tidak mengetahui apa kelemahan monster kepala enam ini. Tiba-tiba, Theron menusukkan pedangnya pada bagian tubuh ular itu. Aku sempat berteriak kepadanya karena takut perhatian si monster beralih pada kami, tapi pemikiranku tidak terbukti. Tanpa diduga, luka itu langsung sembuh bersama suara desisan.
Aku melongo.
"Lihat, kekuatan penyembuhnya mengerikan." Theron memberi kesimpulan. "Selain napas api, dia juga menyemburkam napas beracun. Tadi aku melihat ada yang terluka karena racunnya."
Aku mendengarkan, kepalaku langsung berpikir cepat. Kutepukkan tangan untuk memanggil kupu-kupu, lalu berbisik, "Cari tahu kelemahannya." Mereka langsung menuruti perintah.
Sementara itu, aku membantu mengurangi kadar napas beracun yang disemburkan dengan menumbuhkan bunga yang dapat menyerapnya. Tahu bunga-bunga yang kutumbuhkan adalah ancaman, monster itu segera membakarnya.
Tak menyerah sampai di situ, kami ikut membantu yang lain, saling melindungi.
Aku merasa lega ketika mata-mata kecilku datang. Mereka berkata, "Kelemahannya ada pada kepalanya. Potong."
Aku mengangguk takzim. Kuberitahu hal serupa pada Theron, ia berdecak.
"Sudah kuduga," katanya.
Setelah itu, kami menyusun rencana. Aku harus membuat monster itu menundukkan kepalanya, sementara Theron mengatasi sisanya.
Walau tak mudah, rencana kami berhasil. Satu kepala tumbang.
Theron sempat terluka karena menghirup napas beracun monster itu. Karenanya aku membawanya ke tepi. Tapi syukurlah, setelah itu monster kepala enam berhasil dikalahkan.
Sekarang, aku bisa fokus menyembuhkan Theron.
***
604 words
Nichole_A
wga_academy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top