Baux

Quest 6 : Gambarkan makhluk ini muncul di perjalanan tokoh utama dan ekspedisinya. Settingkan tokoh utama dan ekspedisinya kewalahan untuk menghadapi makhluk ini.

***

Setelah satu hari perjalanan, kami sampai. Tepatnya, di depan sebuah mulut gua yang dipenuhi sulur rambat hingga membentuk tirai untuk menutupi jalan masuk.

Aku berkacak pinggang, menatap para bandit itu sebal. "Aku belum pernah pergi sejauh ini sebelumnya. Aku bahkan baru tahu eksistensi gua aneh di sini," kataku berusaha jujur. "Jadi bagaimana? Kalian tetap ingin pergi bersamaku atau tidak?"

Sebelum mereka sempat menjawab, buru-buru kutambahkan, "Jika kalian pergi tanpaku, tidak apa. Aku bisa kembali pulang dengan selamat. Jika masih ingin denganku, ketahui resikonya bahwa aku belum pernah menjelajah gua ini."

Kalau ditelusuri lagi, kedua pilihan ini menguntungkanku. Tapi bagaimanapun, aku masih tetap ingin ikut dalam ekspedisi ini. Karena, sungguh, aku penasaran dengan apa yang mereka cari. Dan menurutku, mereka akan memilih opsi kedua.

"Kalian berdua masih ikut dengan kami. Setidaknya ada tambahan orang jika ada hal buruk menyerang."

Betul, kan?

Aku tersenyum puas, merasa sangat dibutuhkan di sini. "Baiklah."

"Theron, kau jalan pertama."

Yang disebut namanya terperanjat, wajahnya berubah masam kemudian. Aku tahu betul anak itu ingin menolak, tetapi hal itu bisa melukai harga dirinya sebagai laki-laki dan anak Duke.

"Oke," katanya kalem. "Tapi kau ikut denganku."

Tanpa bisa kuduga, Theron menyeretku ke dalam gua bersamanya. Aku sempat terkejut sebentar, sebelum akhirnya memasang wajah sebal. "Katakan jika kau takut."

"Aku tidak takut. Hanya butuh ditemani."

Kutatap dia dengan tatapan permusuhan lalu menghentakkan tanganku sampai lepas dari genggamannya.

Di belakangku, keempat bandit mengikuti dengan membawa obor untuk menerangi jalan. Merasa membutuhkan hal yang sama, kutepukkan tangan dua kali dan tiga kupu-kupu dengan sayap bercahaya datang setelahnya.

Kuucapkan terima kasih atas kehadiran mereka, lalu meminta salah satu dari mereka untuk memeriksa jalan di depan. Mereka menurut sesuai perintah.

"Matamu berubah warna." Theron tertegun. "Indah."

"Aku tahu."

Bisa dilihat Theron tampak kesal setelah memujiku.

Tak lama kemudian, si kupu-kupu kembali setelah memeriksa jalan di depan. Ia berbisik, "Hati-hati, kalian mendekati sarang Baux."

Walau aku sendiri baru pernah mendengar nama itu, kuperingatkan yang lainnya untuk bersiap.

Setelah beberapa lama kemudian, kurasakan bahwa gua melebar di dalam sini, tak sesempit di jalan masuk tadi. Langit-langitnya berlubang, dan memancarkan cahaya walau tak terlalu terang.

Lalu dari dalam sana, terdengar suara telapak kaki yang tegas. Kami bersiaga. Sampai akhirnya makhluk bernama Baux itu tampak di hadapan kami dengan jelas, berdiri di bawah cahaya dari lubang langit-langit.

Dengan badan besar dan kepala kecil, ia dipenuhi bulu berwarna ungu yang mengilap di bawah cahaya. Ia memiliki lima jari kaki dan tangan. Matanya berkilat ungu terang seolah ia tidak memiliki pupil ataupun semacamnya.

Dia telah menunggu kami.

Makhluk itu meraung. Tanpa aba-aba, ia melayangkan sebuah tembakan sihir ke arah kami. Kami menghindar ke sisi yang berbeda. Saat itulah kulihat bahwa kekuatan Baux ini adalah kristal ungu.

Ia meraung kembali, dan batu-batu di sekitar ikut berpendar ungu, memberikannya kekuatan. Lagi, tanpa aba-aba, makhluk itu menyerang, brutal.

Kekuatannya hebat, gerakannya gesit walau tubuhnya besar. Ia melompat menjauhi kami, dan menyasar kami dengan tembakan kristal. Ini baru permulaan, tetapi Baux sama sekali tidak memberi kami ruang untuk bernapas sejenak.

Pelindung dari sulur tanamanku robek, tidak mampu menghalau serangan kristal. Yang kulakukan sedari tadi hanyalah berguling ke sana-sini untuk menghindar. Mana-ku terbuang sia-sia karena tidak ada satu pun seranganku yang berhasil. Aku bersembunyi di balik kristal sejenak, beristirahat. Aku-tidak, kami kewalahan.

Belum sempat aku menengok ke arah yang lain, kristalku hancur lebih dulu. Aku terguling dan bersembunyi lagi.

"Baux adalah pertarung jarak jauh yang hebat. Dekati untuk mengalahkannya."

Bisikan dari kupu-kupu di sampingku berhasil menyulut semangatku. Setelah meneriakkan hal yang sama pada yang lain, aku mencoba menyerang. Kali ini aku terus merangsek maju walau Baux berkali-kali menembak ke arahku.

Ketika perhatiannya terfokus ke arahku dan bandit lain yang menyerang maju, Theron ikut menyerang dari belakang. Alih-alih membunuhnya, ia mengucapkan mantra penyegel. Baux yang tak sempat menghindar jatuh tertidur, ada lelehan batu yang mengurungnya. Lantas mengeras, dan menjadikannya tampak seperti patung hitam dan bersatu dengan dinding gua.

"Makhluk penjaga tidak boleh dibunuh," gumam Theron setelahnya.

Aku yang merasa lega menjatuhkan diri di atas lantai gua yang keras. Sangat kelelahan padahal pertarungan ini hanya terjadi sebentar.

***

687 words
Nichole_A
wga_academy

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top