🔸️ 09 | Fam Quality Time
Malam minggupun datang, Aileen yang sedang membolak-balikkan potongan sosis di atas panggangan, bersenandung ria sambil mengoleskan saus yang telah diracik Bunda ke potongan sosis menggunakan kuas khusus. Ayah memutuskan untuk membuat acara BBQ sederhana, hitung-hitung sudah lama mereka tidak makan bersama di taman belakang rumah.
"Dek, sosisnya udah matang?" kata Alvin yang datang dengan sepiring ayam mentah siap untuk dipanggang. Aileen bisa memasak walaupun tidak sering-sering. Bunda itu tipikal Ibu yang tidak memaksa anaknya untuk melakukan pekerjaan rumah.
"Belum, bentar lagi. Sebelah sininya belum matang." balas Aileen sambil menunjuk sisi makanan beku tersebut yang masih tampak kemerahan.
"Bang, bantuin Ayah susun meja." pinta sang Ayah yang datang dengan sebuah meja lipat berukuran cukup besar.
Alvin pun melaksanakan perintah ayahnya. Walaupun, diselingi dengan candaan kecil.
"Kamu bukannya anak tetangga Pak Udin, kan?" tanya Ayah tiba-tiba. "bagaimana kemarin, kamu pulang selamat pakai taksi yang Bapak pesankan?" sambung Ayah yang langsung terkoneksi ke pikiran Alvin. Drama di supermarket kemarin belum kelar ternyata.
"Aku anak Ayah, loh. Enak saja dijadikan anak Pak Udin." kata Alvin yang mengundang tawa Ayah. Sudah lama tidak menikmati waktu dengan anak-anaknya, kerjaan di kantor cukup padat membuat dia harus memotong waktunya di rumah untuk menyelesaikan urusan pekerjaan.
"Dek, bantu Ayah dan Abangmu itu. Ini Bunda saja yang urus." ucap Bunda sambil mengambil alih kuas dari tangan Aileen, area panggangan tidak jauh dari meja lipat yang sedang dibuat oleh sepasang Ayah-anak itu.
"Bantu Ayah ambil kursi lipat, Dek." kata Ayah tiba-tiba. "Bang bantuin Adeknya juga." titah sang Ayah sambil mendorong kecil punggung Alvin untuk mendekati Aileen.
"Dimana, Yah?"
"Di gudang yang itu, Dek." Ayah menunjuk ke sebuah bangunan kecil di pojok dekat dengan sisi dinding rumah.
Aileen mengangguk dan berjalan ke sana, tangannya membuka pintu lalu mendapatkan isi ruangan itu penuh dengan alat rumah tangga yang jarang dipakai, Alvin menekan saklar lampu dan sebuah bohlam bersinar kekuningan. Aileen tersenyum sumringah ketika mendapati kursi lipat yang Ayah pinta, tetapi ada sebuah kursi jenis lainnya yang membuatnya penasaran.
"Bang, ini kursi roda punya siapa?" tanya Aileen sambil mengeluarkan sebuah kursi roda berwarna hitam dan silver.
Satu keluarga diam, Bunda mengangkat sosis tersebut dan menggantinya dengan tiga potong ayam di atas.
"Itu punya Abang, Dek." celetuk Alvin akhirnya menjawab pertanyaan adiknya.
"Abang pernah pakai kursi roda?"
Alvin mengangguk.
"Mungkin kamu lupa, Dek. Abang pernah mengalami patah kaki yang cukup ekstrem, jadi Abang memakai kursi roda untuk sementara." jelas Alvin untuk menjawab keingintahuan sang adik.
"Ayah menyimpannya di sana setelah Abang sudah benar-benar sehat." timpal Ayah.
"Seperti pernah lihat." desis Aileen sambil melihat kursi roda tersebut lama-lama.
"Iya, kamu pasti pernah melihatnya dulu. Abang yang pakai sampai kamar bawah diubah jadi kamar Abang."
Bunda datang sambil membawa satu piring penuh sosis dan diletakkan di meja lipat, "Ayo makan. Yang penting sekarang anak Bunda semuanya sehat-sehat."
"Bang, kursi rodanya kembalikan ke dalam. Adek, ayo makan." kata Sang Ayah, Alvin tidak banyak berkomentar, mendorong kursi roda tersebut kembali ke dalam gudang dan menutup pintu tersebut.
Aileen menusuk sepotong sosis dan memakannya dengan hikmat, "Racikan Bunda memang paling best."
"Nih dimakan ayamnya." kata Alvin sambil memberikan ayam yang telah disuir, dan tidak lagi bertulang pada Aileen.
"Ih, Aileen bisa sendiri."
"Katakan itu pada gadis yang kemarin merengek diambilin bungkus mi karena ketinggian."
"Pergi sana, Aileen kemusuhan sama Abang."
"Ya sudah sana. Tapi, besok jangan panggil Abang kalau ada apa-apa, ya. Kerjain sendiri."
"Ish, Abangggggg! Ayah, lihat Abang." Aileen merengek sambil menunjuk Abangnya, tetapi tatapannya mengarah kepada Ayah.
"Bang, Adeknya dikerjain mulu."
Alvin menyengir, "Padahal, niat Abang, kan baik. Memberi Adek makan. Kalau gak mau, ya, sudah, kemarikan." Alvin menjulurkan sendoknya ke piring Aileen. Tetapi, Aileen lebih dulu menyingkirkan piringnya dari jangkauan sang Abang.
"Gak. Yang ada di piring Aileen berarti hak milik Aileen. Weeee."
Alvin mendengus, pura-pura kesal. Memang suiran ayam itu untuk adiknya. Sedangkan, orang tua mereka hanya terkekeh kecil.
To Be Continue
Update terus, gaspol kenceng ini mah
Hehe
See ya ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top