🔸️ 08 |

Aileen keluar dari kamar Ayah dan Bunda, dia tidak mendapatkan petunjuk apapun. Entah kenapa, dia merasa baik Abang, Bunda maupun Ayah menyembunyikan sesuatu darinya. 

Beruntungnya, tidak ada orang di rumah selain dirinya di jam tiga sore ini. Bunda sedang ke rumah tetangga, katanya Bunda membuat kue bareng tetangga, Ayah sedang bekerja dan Alvin sedang mengikuti les tambahan di sekolah.

Aileen berjalan ke arah ruang tamu, dia menyusuri berbagai foto keluarga yang dipajang di sekitar televisi. Dia tersenyum ketika foto yang diambil ketika pesta ulang tahunnya yang pertama terpajang di sana. Ada foto Alvin yang memenangkan olimpiade Bahasa Inggris baru-baru saja. Ada foto keluarga mereka di Singapura.

Aileen mengambil foto tersebut dan melihat dengan jarak yang lebih dekat. Foto yang diambil saat melihat Merlion.

Aileen memicing, dia melihat samar-samar bayangan sosok manusia di ujung foto tersebut. Aileen berniat membuka bingkai foto tersebut.

"Buat apa, Dek?"

Aileen meletakkan bingkai foto itu kembali dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, "Gak ada apa-apa, Bang. Abang sudah makan?"

Alvin mengangguk, dia melempar asal tas sekolahnya di sofa lalu diikuti oleh tubuhnya yang terbalut seragam sekolah, mata terpejam, "Lelahnya ...."

"Ih, Abang! Ganti baju, Bunda bisa ngomel kalau lihat Abang goleran di sofa begini."

"Bentar, doang. Nanti, Abang ke atas. Abang cape."

Aileen berdecih, lalu mengomel sendiri, "Untung Bunda di rumah Tante Lita. Kalau tidak, Abang sudah disuruh cuci piring sama Bunda."

"Bunda tidak ada di rumah?"

Aileen memutar bola matanya dengan malas, "Menurut Abang? Kenapa tidak ada sahutan Bunda daritadi?"

"Ya, sudah. Abang ke atas dulu."

"Ck. Pergi sana. Abang gangguin saja."

"Nyenyenye." Alvin mengambil tas sekolahnya lagi, lalu menyeretnya sepanjang perjalanan ke kamar.

"Untung Bunda sedang tidak ada di rumah." celetuk Aileen lalu melihat kembali bingkai foto keluarga tersebut. Lalu, meninggalkannya begitu saja dan pergi ke dapur untuk mengambil bungkusan jajan yang baru saja dibeli.

Aileen POV

Aku melihat jarum jam yang mengarah ke arah angka dua belas, sudah tengah malam, waktunya untukku beraksi. Dengan derap langkah jinjit, aku berjalan ke luar dari kamarku, menutup pintu dengan hati-hati agar tidak terdengar bunyi debuman sekecil apapun.

Di luar kamar sangat gelap, aku bisa tahu kalau seluruh penghuni rumah sudah kembali ke kamar mereka masing-masing.

Dengan flashlight yang berbekal dari ponselku, aku menuruni tangga dengan perlahan untuk kembali ke ruang keluarga tadi.

Rasa penasaranku belum terpuaskan.

Aku mengambil bingkai foto yang menarik perhatianku, lalu duduk di atas sofa. Ponselku aku letakkan di sebelahku dengan posisi terbalik, agar cahaya bisa menerangi sebagian kecil dari kegelapan ini.

Aku membuka kunci bingkai foto tersebut dan menarik keluar foto yang kumau.

Aku tertegun, foto keluarga ini masih ada yang terlihat, namun terlipat ke belakang. Aku melihat seorang gadis yang duduk di atas kursi roda, matanya melihat ke arah kamera dengan penuh binar kebahagiaan, tempatnya tidak jauh dari kami berdiri.

"Dia ... cantik." ucapku sambil melihat lebih lama gadis tersebut.

"Dia mirip dengan yang di mimpiku." sambungku dengan pelan. Aku mengambil ponselku dan menangkap gambar gadis tersebut.

"Siapa namanya? Vanessa?" tanyaku entah kepada siapa.

Aku melihat foto tersebut lebih lama, lalu kembali memasukkan lembar gambar itu ke dalam bingkai dan meletakkannya kembali ke tempat.

Aku pun kembali ke kamar untuk tidur setelah menghabiskan beberapa menit untuk mengosongkan pikiranku.

Aileen POV Off

Paginya, Aileen menuruni tangga dengan raut wajah bahagia. "Pagi, Ayah, Bunda." ucap Aileen dan berjalan ke arah dapur, menunggu sang Abang turun sambil membuatkan susu untuk diri sendiri.

"Abanggggg, ayo bangunnnnn!" jerit Aileen sambil menuangkan air panas ke dalam gelas yang terisi bubuk susu coklat.

"Abanggggg, bangun! Aileen jalan duluan nih." jerit Aileen lagi sambil mengaduk isi gelas tersebut sebelum menuangkan air dingin ke dalamnya.

"Iya, udah bangun!"

Aileen tertawa renyah ketika mendengar perkataan sang Abang dari dalam bilik kamar.

"Adek jahil, ya, sekarang." ucap Bunda yang kembali ke dalam dapur untuk membawa piring berisi nasi putih.

Aileen menyengir, "Habis, Abang lama." sembari mengikuti Bunda ke meja makan dengan segelas susu di tangannya.

Perkara foto tersebut, Aileen memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut kepada Alvin, tidak juga ingin bertanya kepada Bunda maupun Ayah.

Mungkin, lebih baik menyimpannya untuk diri sendiri.

To Be Continue

Hari ini harus kelar, sudah kelar tinggal update aja sih sebenarnya.

Tunggu ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top