3

JANGAN LUPA VOTE!!!
AWAS LO GAK VOTE!!!
HEHEHE :3

___

Dua minggu setelah tes membingungkan yang mereka kerjakan, sekarang tujuan lima cewek itu setelah masuk gerbang sekolah adalah aula. Karena semua laboratorium dan kelas dipakai, alhasil hanya aula tempat mereka melakukan tes seperti sebelumnya.

"Aku bingung, kok semakin hari soalnya makin susah, ya? Kata-katanya juga makin sulit. "Ucap Aqila yang tengah meminum teh es dari kantin.

" Iya nih. Kita bahkan gak ada waktu buat ke pondok. Udah banyak daunnya tuh pasti. "Sahut Ayla sambil menusuk salah satu pentol dari piring yang berada di depannya.

" Kalian ngerjainnya sembarangan gak tadi? "Tanya Alicia.

" Iya. "Jawab teman-temannya bersamaan.

Setelah itu hening menguasai, semuanya sibuk menghabiskan makanan yang mereka beli sembari memandang kosong ruangan aula yang hanya ada mereka berlima.

Sampai suara pintu bergesekan dengan lantai membuyar lamunan mereka. Lima cewek itu menghembuskan napas berat saat berfikir bahwa yang memasuki aula adalah Pak Alif. Tetapi, dugaan mereka salah besar.

Yang memasuki aula adalah seorang laki-laki dengan jaket hitam dan celana yang sewarna. Kulit putihnya kontras dengan baju yang dikenakannya. Wajahnya seperti orang asia, tetapi lima cewek itu tahu bahwa wajahnya bukan seperti orang Indonesia. Dan tidak bisa dipungkiri kalau dia TAMPAN.

"Siapa? " Ucap lima cewek itu serempak. Suara mereka menggema ke seluruh ruangan.

Cowok itu tersenyum sangat tampan sebagai balasan pertanyaan mereka.

"Astaghfirullah! Ada cowok ganteng banget di sini! " (Jeritan batin anak kampung).

Mereka berlima hanya bereaksi kaget. Sampai- sampai ada yang menjatuhkan makanan yang ingin dimakan. Apakah hari ini ada pergeseran lempeng bumi? Jadi seorang cowok yang keliatan banget blasteran nya nyasar ke sekolah yang ada di pelosok begini.

Masih aneh dengan situasi, mereka kembali dikagetkan dengan kata-kata pertama yang keluar dari mulutnya.

"Kalian ternyata biasa aja ya. " Tak lupa dengan senyum yang selalu ditampilkannya seperti sebelumnya.

Tapi, berbeda dengan tadi kelima cewek itu merasa aneh dan kesal dengan kata-katanya.
Biasa? Kami tau kami gak cantik kok! Tapi gak usah diperjelas dong!

Krieet!

Pintu aula lainnya terbuka dan mengizinkan Bu Sofia dan Pak Alif masuk  ke aula. Wajah mereka berdua terlihat panik dan sedikit kesal(?).

"Kalau sudah datang, saya mohon dengan sangat untuk tidak langsung menemui murid saya. " Ujar Bu Sofia terdengar menakutkan.

Situasi berat apa ini?

Lima cewek yang berada di tengah-tengah tekanan itu hanya bisa melongo sambil terus menghabiskan makanan dan minuman mereka.

"Atmosfernya kayak film yang selalu mamaku tonton setiap hari. " Bisik Alicia di sela-sela ketegangan.

Shafila mengangguk, " biasanya abis itu ada yang nyiram muka orang pake  air putih. " Alicia melotot senang karena memiliki teman yang sepemikiran.

Yang lain berusaha menahan tawa sampai badan mereka bergetar hebat.

"Jangan sampai target penyiramannya kita ya. " Sahut Alicia sembari mengacungkan jempol kepada keempat sahabatnya.

"Tolong banget... Pftt, jangan ngomong lagi, Cil. " Kata Nara dengan masih berusaha menahan tawanya.

Di sisi lain, suasana antara ketiga orang itu masih sama. Laki-laki misterius masih memasang senyumnya. Dan ekspresi Bu Sofia dan Pak Alif masih sama.

"Itu gak capek senyum gitu? "Niat Aqila dalam hati ingin berbisik kepada keempat cewek di sampingnya, tapi ternyata suaranya terlalu besar sampai terdengar orang seisi aula.

Dan alhasil, seluruhnya menatap kearah Aqila. Dan cewek itu hanya bisa memalingkan wajahnya sembari sekuat tenaga menahan malu.

Kali ini Alicia dan Shafila ikut menutup mulut mereka agar tawanya tidak pecah ke seluruh aula.

Bu Sofia yang sepertinya dari tadi lupa keberadaan lima cewek itu, kini terlihat melonggarkan amarahnya. Pak Alif dan Bu Sofia menghela nafas bersamaan. Tapi seperti wajah cowok itu memang sudah terbiasa senyum berjam-jam.

"Ternyata gak capek, Qil." Sahut Ayla setelah berdehem menetralisir tawanya.

Karena iseng ingin melihat reaksi kepsek dan gurunya, Shafila melirik Bu Sofia yang menutup bagian bawah wajah beliau dengan handphone dan Pak Alif yang terlihat berbalik dengan badan yang bergetar hebat. Alhasil, Shafila yang awalnya hampir meredakan tawanya, sekarang sedang berusaha keras agar tawanya tidak terdengar.

Selang beberapa detik, Bu Sofia kembali menatap sinis cowok misterius itu. Kemudian terlihat ingin berucap sesuatu yang menyakitkan.

"Gaes, dia jago beladiri kayaknya. " Bisik Ayla.

"Ketauan dari mana? " Sahut Shafila.

"Bentuk badannya. " Jawab Ayla terlihat sangat serius dengan tangan yang seperti sedang meraba badan seseorang.

"Gaes, jangan kaget ya... "Belum cukup dengan pernyataan yang cukup mengejutkan dari Ayla.Shafila ingin mengatakan apa yang membuatnya kaget selain wajah tampan cowok itu.

"Alat yang dia sembunyikan dibalik jaketnya itu pistol, gaes. Walau awalnya aku gak terlalu perduli, tapi itu terlihat mirip pegangan pistol, dan lekukan yang keliatan dari kantong jaketnya itu, kayaknya itu jenis pistol Revolver. "Mendengar itu,Teman-teman nya melotot tak percaya.

Asumsi mereka, kenapa Bu Sofia dan Pak Alif marah dan cemas mungkin karena sensor di dekat gerbang depan menangkap sesuatu dari badan laki-laki itu adalah benda nomor satu yang membuat seseorang mati ditempat.

Hanya sebagian kecil yang tahu bahwa ada sensor pendeteksi benda berbahaya di sekolah ini. Mereka berlima juga mengetahui hal ini saat Pak Alif bercerita di sela-sela mereka mengerjakan tes tertulis.

Dan juga, siapa sangka sekolah yang jauh dari permukiman kota memiliki fasilitas seperti itu.

"Kalau begitu aku tahu apa yang akan Bu Sofia katakan. " Ujar Alicia sambil tersenyum. Yang lainnya hanya mengangkat alis sambil melihat apa yang akan terjadi dan ucapan apa yang akan terdengar.

"Seharusnya, anda masih tidak boleh memiliki nya. "Kata Alicia.

Tiga detik kemudian,

"Seharusnya, anda masih tidak boleh memiliki nya. " Dan benar saja, Bu Sofia memang mengatakan hal itu. Keempat temannya terkejut karena Alicia dapat memprediksinya.

Akibat prediksi Alicia, yang lain pun ikut bersemangat menguak apa yang ada pada laki-laki misterius itu. Mereka juga terkejut pada diri mereka sendiri karena menemukan hal yang jarang orang lain pedulikan.

"Aku tau! Senyum itu seperti yang kita duga tadi, senyumannya sudah sangat dilatih,senyum itu agar menutupi kebohongan dan membuat lawan bicara kebingungan sendiri saat sedang menuduhnya. " Kata Nara.

"Berarti, dari semua keanehan itu, bisa aku simpulkan kalau jurusan yang dia ambil adalah penyamaran." Ucap Aqila. Yang lain mengangguk sependapat.

Entah kenapa semakin banyak yang mereka ketahui, semakin misterius pula laki-laki itu.

"Saya juga lumayan kaget melihat sekolah seperti ini mampu memiliki alat yang jarang ada. " Ucap cowok misterius itu tak lupa masih dengan senyumnya.

Lima cewek itu semakin curiga dengan cowok misterius ini. Tapi tak lama, cowok itu mengalihkan pandangannya kepada mereka. Dan yang pasti mereka berlima terkejut.

"Jangan melihat aku seperti penjahat gitu dong. " Ujarnya yang masih menatap mereka berlima.

"Ibu Sofia dan Pak Alif juga,kita kan akan mengajari mereka bersama-sama. Kalau lingkungannya tidak menyenangkan. Murid akan frustasi juga kan? " Lanjutnya.

"MENGAJAR? ! "

Bu Sofia terlihat mengeluarkan ekspresi yang lebih menakutkan dari sebelumnya.

"Kalau saja bukan orang " Itu " yang mengutus kamu. Saya tidak akan mau mengajar bersama pengajar yang sama umurnya dengan muridnya."

"Apa-apaan ini?! " Jerit batin lima cewek yang disebut murid itu.

Tbc
Jangan lupa vote!!!!!!!!!!!!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top