bab 3


*

*

Shikamaru memgendarai mobilnya menuju toko roti milik mantan istrinya. Sudah cukup 2 hari yang lalu ia mengurung diri meratapi nasip malang yang menimpa balada rumah tangganya.

Bahkan matanya masih sembab, karna menangisi foto USG dari calon bayinya. Ia memarkir asal mobil hitam miliknya.

Saat matanya menatap sosok sang mantan istri yang sibuk mondar-mandir mengisi etalase kue, ia mendorong pintu kaca tak perduli masih tergantung papan kecil bertuliskan 'tutup'.

Klining ~

" ma'af, tapi kami masih belum bu-..... Shika ?"

Naruto buru-buru melepas apron yang ia pakai, dan meletakkannya diatas meja kasir. Saat matanya menatap tubuh mantan suaminya itu terlihat kuyu berjalan pelan kearahnya.

" tolong kau bereskan sisanya kiba "

" baik "

Naruto berjalan cepat menuju Shikamaru, dan tubuhnya langsung di tarik kedalam pelukan hangat mantan suaminya itu.

" aku merindukanmu...... Merindukanmu dan anak kita "

Naruto membalas pelukan itu, dan menepuk lembut punggung kokoh yang terlihat rapuh itu. Dia melepas pelukan mereka dan menuntun Shikamaru ke salah satu kursi yang tak jauh dari pintu masuk.

Shikamaru terus menggenggam sebelah tangan Naruto. Bahkan hingga mereka duduk. Sebelah tangan Naruto yang bebas mengusap keringat yang menggantung di dahi putih Shikamaru yang duduk di depannya.

" aku tak melarangmu menemui ku dan calon anak kita, tapi kau juga harus memikirkan calon..... Istrimu "

Naruto sedikit tercekat, saat bibirnya berucap kata istri barusan.

" lalu bagaimana denganmu dan anak kita ?"

" dia juga mengandung darah dagingmu, Shika "
Shikamaru menggeleng.

" aku mencintaimu "

Hati Naruto mencelos mendengar pernyataan cinta yang terdengar putus asa itu. Kedua tangannya terangkat menangkup wajah pria di depannya.

Dia usap lelehan airmata yang membasahi pipi itu, dan membawa wajah itu untuk menatapnya.

" kau tau apa alasanku, Shika..... Aku tak bisa berbagi, apalagi itu seorang suami "

" aku bisa memilihmu waktu itu "

" dan meninggalkannya ?! Waktu tak bisa diputar"

Naruto mengambil nafas berat, butuh keasabaran ekstra untuk membuat mantan suaminya itu mengerti.

" dia wanita Shika, terlebih dia juga mengandung anak mu "

" lalu bagaimana denganmu, kau juga mengandung anak ku ?! "

" walau bagaimanapun aku pria, meski dalam sebuah hubungan aku berperan sebagai wanita "

" tapi tetap saja kau wanitaku "

" tapi.... Itu dulu Shika "

Lirihnya, tapi cukup bisa di dengar Shikamaru.

" jangan menyuruhku pergi, jangan "

" kau tetap memiliki hak untuk mengenal anakmu, Shika "

Hati Shikamaru lega, setidaknya itu sudah cukup untuk meredam kekalutannya tentang bagaimana kelanjutan hubungan mereka.

Shikamaru menarik tangan Naruto hingga berdiri. Ia sendiri kembali mendudukkan dirinya di kursi. Ia tarik pinggang ramping itu dan memeluknya. Merebahkan kepalanya tepat di atas perut Naruto.

" hey... Nak "

" ini ayah..... Ayah harap kau tumbuh dengan baik di dalam sana dan jaga ibumu. .... Karena ayah tak bisa lagi di sisinya "

Naruto meneteskan air matanya, tapi buru-buru ia hapus. Tangannya hanya bisa mengusap kepala Shikamaru yang menempel di perutnya.

" jaga ibumu..... Ayah mencintaimu.... Tidak, tapi mencintai kalian berdua. Kau dan ibumu "

Shikamaru mencium beberapa kali perut datar itu. Rasa hangat dirasakan Naruto saat mendapat sentuhan rungan dari Shikamaru, begitupula Shikamaru. Hatinya menghangat, ia bisa merasakan kehadiran sang jabang bayi.

Srett

Pelukan itu terlepas, tubuh Naruto tertarik kebelakang membentur dada bidang seseorang. Dia mendongak dan menemukan wajah Sasuke yang mengeras, dengan tatapan tajam menghunus kearah Shikamaru.

" sa -"

" apa maumu ?!"

Shikamaru terlebih dahulu menyela omongan Naruto. Ia langsung berdiri dan menatap bengis pada Sasuke.

" seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Apa maumu dengan kelasih ku !?"

Dua pasang mata membelalak. Shikamaru mendengus, ia tak kan begitu saja percaya dengan omongan pemuda di depannya. Naruto bukan type orang yang mudah berpaling, ia jelas tau itu.

" cih.... mustahil "

Merasa atmosfir yang sudah tak bersahabat, karena penuh aura kelam yang menguar dari kedua pria berambut gelap itu. Naruto menatap memohon pada Shikamaru untuk mengakhiri perang dingin itu.

Shikamaru yang mengerti akan isyarat dari Naruto memilih mengalah. Ia menghela mafas berat, ia maju dan menciup kening Naruto yang masih dalam rengkuhan Sasuke.

" aku akan kembali lagi besok "

Ia usap pipi bulat itu sebelum beranjak pergi.

*

*

Saat ini Naruto tengah duduk dengan tangan bersedekap menatap Sasuke yang duduk di depannya.

" apa yang baru saja kau lakukan ?"

Sasuke hanya diam, matanya sejak tadi tak lepas dari pemuda didepannya.

" tak seharusnya ka- "

" aku menyukaimu "

Ujarnya cepat, dengan tatapan mata serius menembus manik safire di depannya.

" apa ?"

" aku mencintaimu.... Jadilah kekasihku "

- Dan kepala Naruto kembali pening menghadapi pemuda SMU di depannya.

*

*

Sejak saat itu Sasuke terang-terangan mendekatinya. Dari perhatian yang dia berikan tak hanya untuknya, tapi juga pada anak yang dikandungnya. Seperti menuruti setiap apa yang ia inginkan selama ia mengidam.

Ia ingat waktu itu ia ingin makan jajanan khas Korea, yaitu kue beras pedas yang jelas tak ada di Jepang. Ia juga tak mengatakan pada pemuda SMU itu, tapi esoknya pemuda itu membawakannya sekotak kue beras pedas ke toko. Entah darimana pemuda itu tau.

Rasanya  memang tak terlalu enak, karna makanan itu terlalu asin. Tapi ia bisa melihat kesungguhan pemuda itu terhadapnya, karena melihat beberapa plester di jari pemuda itu. Mungkin terluka karena mengiris bawang dan sayur. Setiap ia mengingat hal itu ia selalu tersenyum sendiri.

Kiba menyenggol bahu Naruto, dia heran kenapa bosnya akhir-akhir ini terlihat aneh.

" kau kenapa ?"

"  ah... Tidak... Aku mungkin hanya lelah, aku akan duduk dulu "

Naruto berjalan dengan sebelah tanggan menopang perut bawahnya, dan sebelah tangannya memegang pinggiran meja kasir. Itu wajar, kandingannya sudah memasuki bulan ke 9. Tinggal menghitung hari untuk persalinannya.

" ahh sepertinya capek sekali, membawa-mbawa perut sebesar itu "

Naruto hanya tersenyum, ia menatap toko yang tak terlaku ramai. Ia juga sudah menambah karyawannya karna tubuhnya tak lagi bisa segesit dulu.

" Naruto-nii "

" ada apa Gaara "

" ini ada titipan, seseorang tadi memberikannya padaku. Katanya dari tuan muda, begitu "

Naruto mengambil kantung kertas itu dari Gaara dan membukanya. Didalamnya ada sebuah sepatu bayi berwarna coklat yang masih terbungkus rapi.

" ehem ehem.... Aku perlu air ... Ahahaha "

" Kiba, hentikan "

" ah ia ... Apa dia tak kemari ?"

" tidak, dia bilang ada pertemuan keluarga. Begitu katanya "

Kiba hanya mangut-mangut tanda mengerti. Gaara sendiri tersenyum tipis. Sasuke adalah teman dari kekasihnya. Dia tau pemuda SMU itu sangat gigih untuk mendekati bosnya. Tatapannya menyendu kala apa yang dilakukan sang kakak pada pemuda pirang di depannya itu. Dia sangat menyesal atas nama kakaknya yang sudah menghancurkan rumah tangga Naruto dulu, karna obsesi menakutkan kakaknya terhadap Shikamaru.

" ssttt .... Akh "

" Naru !"

Mereka berdua panik, saat mendengar ringisan Naruto.

" Gaara tutup tokonya, sepertinya Naruto akan melahirkan "

Setelah menutup toko, mereka memapah tubuh berat Naruto keluar. Di depan toko sudah ada taxi yang Kiba pesan untuk mengantar mereka.

" Gaara tolong hubungi mereka jika Naruto akan melahirkan "

" baik "

*

.

.

.

.

.

Tbc.....

Di tunggu like, coment dan kritiknya yaa...

Bay bay.... Bow

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top