Part 1: Blue Arrow
Panah berwarna biru malam menjadi pusat perhatian anggota unit kejahatan berat saat ini. Mereka memelototinya seolah benda itu akan menyanyikan lagu sambalado dalam bahasa Spanyol.
Panjangnya kurang lebih 30 senti, badannya terbuat dari kayu tapi mata panahnya dari besi. Seluruh tubuh panah dilapisi dengan cat warna biru malam. Mata panah itu masih berselimut darah korban.
Dari semua orang di ruangan itu, James lah yang paling memandangi panah itu lekat-lekat. Dengan tangan berlapis selembar tisu, diambilnya panah itu. Iris hitam legamnya menelusuri mata panah, kemudian matanya yang sayu karena kurang tidur itu mendadak melebar.
"Panah ini ... mengingatkan aku akan kapal itu!" serunya.
Erick menoleh. "Kapal apa, James?"
Tiba-tiba James berlari keluar dari ruangan unit. Erick dan Roy mengikutinya sedangkan Andi sudah tertidur nyenyak di sofa, jelas tak dapat menahan kantuk. Tempat yang dituju James ternyata ruang arsip. Setelah kasus si rubah beberapa bulan lalu, kini ruangan itu hanya boleh dimasuki oleh segelintir orang. Termasuk James dan Erick.
Keduanya mengikuti James yang berlari bagai dikejar setan sembari membawa panah berlumur darah. Pria berumur setengah abad itu menyisir lemari-lemari penuh map berisi berkas. Setelah selesai mengecek lima lemari, James berhenti di depan lemari besi paling pojok.
"Itu lemari untuk berkas kasus kecelakaan," tukas Erick, "ada apa di dalam lemari itu?"
Tanpa mengacuhkan pertanyaan Erick, James membuka laci lemari itu satu persatu. Dengan sebelah tangan menggenggam barang bukti, tangan satunya menyisir berkas-berkas di laci.
"Ketemu!" Ia berteriak lega, tangannya mengangkat map berwarna biru.
"Biru? Kecelakaan air kan?" Roy mencoba menebak.
James mengacungkan jempol. "Benar sekali!"
Kemudian ia menaruh panah beralas tisu itu di sebuah meja, di sebelahnya dia membentangkan map biru yamg diambil barusan.
"Blue Arrow," ucapnya, "adalah sebutan untuk proyek kapal selam yang disponsori perusahaan-perusahaan swasta. Proyek ini dimulai sekitar 20 tahun lalu, saat itu aku baru jadi polisi."
Erick mengangkat selembar foto ke hadapannya. Kapal selam yang bentuknya seperti ikan, dengan beberapa orang berjas putih berdiri di depannya. "Kapal ini untuk penelitian ya?"
"Ya, untuk pengawasan hewan-hewan laut yang terancam punah," balas James, wajahnya muram.
"Apa yang terjadi pada proyek itu?" Roy terlihat penasaran.
James menghela napas. "Proyek itu sukses besar, tetapi saat percobaan ke laut untuk yang kedua kalinya ... kapal itu ... mengalami kebocoran."
"Bagaimana bisa? Aku tidak terlalu paham soal dunia kapal, tapi kalau proyek ini dibuat untuk penelitian seharusnya kebocoran bisa diantisipasi," tukas Erick.
Helaan napas kembali terdengar dari James. "Seharusnya begitu, tapi salah satu sumberku bilang kalau proyek itu ... disabotase."
*****
"Aru ngelamun ya?"
Raka memalingkan kepala, bertemu pandang dengan Erina. Gadis itu membatu di tempatnya. Entah sejak kapan dia berdiri di sana. Cepat-cepat dirapikannya kemeja hitamnya dan menatap gadis itu.
"Nggak kok, kamu gak dapet misi?"
Erina menggeleng. "Ada, tapi barusan udah selesai."
"Terus, kenapa ke sini?"
"Misi kamu ... sudah selesai?"
Raka menghela napas panjang. "Belum, masih ada beberapa orang lagi."
"Gak bisa dipercepat ya?"
"Memang kenapa?"
"Aku ... merasakan sesuatu yang aneh dengan kelo--"
Secepat macan kumbang, Raka membungkam mulut Erina dengan bibirnya sendiri. Gadis itu sama sekali tidak menyangka, wajahnya sudah semerah kepiting rebus. Hanya beberapa detik, tapi cukup membuat atmosfir di ruangan itu memanas.
"Bisakah kau tidak melakukannya secara mendadak?" Erina menggerutu, jarinya mengusap bibir.
Raka menyeringai. "Siapa yang melakukannya duluan ya?"
Rona merah kembali muncul di pipi Erina. "Maaf, aku kelepasan," bisiknya dengan penyesalan.
"Lain kali jangan lakukan lagi. Aku tak tahu apa yang terjadi pada kita kalau hal ini sampai terdengar orang dalam, apa pun yang terjadi ... " Aruda semakin memelankan suaranya. "Misi harus selesai."
*****
"Disabotase? Yang benar saja! Sebuah penelitian yang punya maksud baik untuk kelangsungan alam bawah laut di utak-atik hanya karena uang?!"
Rentetan kalimat bagai peluru itu keluar dari mulut Roy begitu mendengar berita itu langsung dari James. Pria paruh baya itu sendiri hanya bisa mengangguk lemas sementara Erick menggelengkan kepala dengan wajah jengkel.
"Siapa yang melakukannya James?" tanya Erick.
Helaan napas panjang terdengar dari James. "Sumberku yang merupakan salah satu peneliti bilang padaku kalau pelakunya adalah orang-orang dari pihak swasta. Masalahnya, swasta yang saat itu menaungi proyek ada 15 perusahaan. Dan sumberku tidak sempat mengatakan perusahaan yang mana saja."
"Apa maksudmu dengan 'tidak sempat'?"
"Dia dibungkam dengan timah panas."
Seisi ruangan mendadak hening. Bahkan Roy yang tadinya terlihat sangat emosi tiba-tiba terdiam.
"Maksud Pak James ... orang itu dibunuh?"
"Ya, tapi pelakunya sampai sekarang tidak diketahui. Dia ditemukan tewas di laboratoriumnya dengan satu peluru di kepala dan lima di dada, peluru-peluru itu tersebar merata di tubuhnya."
Erick mengambil secarik kertas dari buku catatannya. Tangan kanannya dengan lincah membuat gambar struktur tubuh manusia pada umumnya. Walau gambar tersebut agak kasar, tapi bisa dibilang bagus. Bagian kepala dan dada diberinya beberapa titik hitam besar.
"Titik-titik hitam ini apabila digabungkan ..." Erick menggabung seluruh titik pada dada dengan yang di kepala. "akan menjadi gambar sebuah busur."
Kemudian ia menaruh gambar tersebut di meja. Menatap atasannya juga bawahannya yang sama-sama menganga lebar sembari tersenyum.
"Bersiaplah, kita akan mendapat kasus besar lainnya," ucap Erick.
*****
To be continued....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top