Prolog

Suara teriakan pilu saling bersahutan bersama dengan petir yang tidak berhenti menyambar. Aroma karat terbawa angin hingga bermil-mil jauhnya, membuat siapa pun yang berada di ibu kota Negara Bagian Klan Fenicia merinding.

Monster berukuran besar dengan tinggi lebih dari delapan kaki berjalan dengan bebas. Gigi mereka besar, runcing, dan sangat tajam dengan liur yang menempel tipis. Mereka membawa gada yang telah berlumuran darah dan daging penduduk Fenicia.

Suara dengkusan dari mereka memberi kengerian tersendiri. Dari embusan napasnya, dapat tercium aroma bangkai yang telah berhari-hari tidak dikubur, begitu menjijikkan ... dan menakutkan.

Di belakang monster-monster itu, seorang pria bertubuh berdiri tegap. Matanya yang berjumlah empat bergerak untuk meyisir apa pun yang ada dalam pandangan.

"Cepat keliling untuk mencari semua elf itu! Tidak boleh ada elf yang berhasil kabur di bawah pembantaian ogre!" Pria itu berujar lantang dalam memberi perintah kepada kaumnya.

Para ogre berpencar ke gang-gang sempit. Mereka mengayunkan gada dengan kuat, menghancurkan pagar dan tembok perumahan.

Si pria pemimpin para ogre juga turut berjalan menuju sebuah rumah yang tidak begitu besar. Tangannya menggenggam gada yang dilapisi oleh emas dan bertaburkan berlian. Dia mengangkat gada itu tinggi-tinggi lalu menghantam dinding bata yang mengarah ke sebuah ruangan.

Di sana terdapat beberapa penduduk yang masih berkumpul. Mereka meringkuk ketakutan. Kedua mulut mereka ditutup erat dengan tangan. Air mata mengalir deras tanpa bisa mengeluarkan suara.

"Tangkapan bagus." Pria itu menyeringai lebar.

Gada berlapis emas kembali diangkat tinggi kemudian diayunkan ke arah elf yang sedang berkumpul. Mata mereka tertutup rapat, sudah tidak mampu pergi ke mana pun dengan nyawa yang sudah di ujung tanduk. Namun, sebelum gada itu mengenai mereka, sebilah pedang menahannya.

Tepat di depan pria pemimpin para ogre, seorang gadis berdiri tegap. Tangannya bergetar kala menahan tekanan dari gada yang digunakan oleh pria itu. Namun, walaupun tangannya bergetar, semangat gadis itu berada pada titik tertinggi.

Tidak ada kata menyerah dalam pertempuran.

Si pria mengernyitkan dahi melihat sosok bertopeng perak di hadapannya. Dia berujar, "Seorang elf rendahan yang bahkan tidak bisa mengontrol divina berlagak berani di hadapanku? Dengan tubuh sekecil itu, aku bahkan bisa menghancurkanmu dengan satu ayunan."

"Oh iya? Kalau begitu coba saja," ujar gadis itu lembut. Seulas senyuman terukir dari bibirnya yang semerah kelopak mawar.

Dari balik topengnya, dia menatap tepat ke mata si pria. Tatapannya begitu membara dengan semangat ingin membunuh musuh yang kini sedang berdiri di hadapannya.

Gadis itu mendorong pedang menggunakan setiap ons kekuatan yang dia miliki kemudian langsung mundur ke belakang. Ogre itu benar, dia tidak akan bisa menang jika adu kekuatan. Ogre itu juga benar dia mungkin akan langsung tewas jika terkena serangan dari gada yang berat itu. Dia sangat mengetahuinya. Namun, semua akan menjadi masalah jika dia kena.

"Sayangnya, Anda bertemu dengan lawan yang salah." Dia berujar dingin.

Gadis itu melesat dari tempatnya berdiri ke arah si ogre. Dari tempat yang dia lewati, angin berhembus lembut. Dia menggenggan pedangnya dengan kedua tangan kemudian dengan satu ayunan pedang, kepala ogre itu langsung terpisah dari tubuhnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top