Mahkota itu Jatuh
Gadis kecil itu terus merangkai bunga tanpa menghiraukan anak lelaki di sebelahnya yang sudah mulai bosan. Di padang rumput ini, hanya ada mereka berdua dan tidak banyak yang bisa ia lakukan selain menunggu sang gadis."Kapan kau akan selesai? Aku bosan!" ujar si anak lelaki itu pada akhirnya.
Sang gadis menghentikan kegiatannya sejenak, "bosan? kau bisa membantuku merangkai ini! Aku sudah capek-capek membawa banyak bunga untuk mu!"
" Aku tidak suka bunga!" sentak anak lelaki itu. "Aku tidak pernah meminta mu membawa banyak bunga!"
Gadis itu hanya diam lalu kembali merangkai bunganya. Anak lelaki itu terus saja menggerutu. "Nih," kata gadis itu pada akhirnya. "Ini adalah hadiah yang pertama kali kuberikan padamu."
"Aku tidak mau hadiah."
"Terimalah.." gadis itu menyorong-nyorongkan rangkaian bunganya. "Aku takut kita takkan bertemu kembali."
Anak lekaki itu terperangah, "kenapa? Kau mau pergi?"
"Entahlah," gadis kecil itu merebahkan diri di sampingnya. "Kata ibu aku harus pergi."
"Kalau kau tidak mau pergi, jangan pergi, bermain saja terus bersama ku dan Olivia" anak lelaki itu juga ikut berebah.
"Sepertinya tidak bisa.. Nanti ibu marah," sahut si gadis kecil.
"Tapi jika kau pergi, aku kesepian," kata si anak lelaki.
Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita memangil nama si gadis kecil. "Ah, ibu memangilku," gadis itu bangun. "Selamat tinggal". Si anak lelaki langsung menarik tangan gadis kecil itu hingga ia terjatuh. "Aduh!"
Gadis itu mengangkat wajahnya yang kotor kena tanah.
"Sudah ku bilang, jangan pergi!"
"Apa?" tanya gadis itu. Suara anak lelaki itu semakin tidak jelas di telinganya.
"Kalau kau pergi, nanti aku kesepian!"
"Kalau kau kembali aku takkan menemanimu lagi!"
***
Suara teriakan itu berganti dengan suara arus air terjun. Pemandangan yang terlukis dihadapan wajahnya juga sudah berbeda. Dessy hanya bisa menatap ngeri. Ia berada di tengah-tengah air terjun permata. Tangannya terikat di belakang dan mulutnya ditutupi oleh kain. Gadis itu hanya berpijak pada batu yang muncul di tengah-tengah jeram air terjun. Dessy merasa ia telah terpeleset berkali-kali, tapi entah mengapa ia masih bisa berada di tempat tanpa terjatuh.
"Nampaknya kau sudah sudah bangun," ujar sesorang di belakang Dessy.
Tiba-tiba tubuh Dessy ditarik ke belakang dengan keras, menembus air terjun. Gadis itu terjatuh di atas lututnya. Ia bisa merasakan betisnya tergores dan menyisakan lecet yang menyakitkan. Dessy mengerjapkan matanya beberapa kali hingga menyadari bahwa ia berada telah berada di dalam sebuah gua yang lebarnya beberapa meter. Gua itu telah dipasangi beberapa obor sebagai penerangan. Entah bagaimana rombongan yang mengejarnya kini telah berdiri mengelilinginya.
"Kita bertemu lagi, tuan putri," sebuah suara menyapa Dessy. Suara itu adalah milik pria berjubah coklat, ia adalah si pemilik kedai. Pria itu kemudian melepaskan kain yang menutupi mulut Dessy.
"Lepaskan aku!" bentak Dessy.
"Mengapa? Kita belum berkenalan lebih jauh," Pria itu duduk bersila di hadapan Dessy. "Aku Luke, dan mereka adalah anak buahku. Kelompok kami memang sengaja tak kuberi nama tapi kami cukup terkenal di dunia bawah tanah, jika kau pernah mendengar tentang kami."
"Apakah kalian yang menculik kakakku?!" tanya Dessy.
Luke terlihat bingung. "Kakakmu? Maksudmu orang yang tadi bersamamu? Kami tidak membutuhkannya, jadi kami tinggalkan dia di pinggir sungai. "
"Bukan. Orang itu adalah pelayanku."
Luke menaikkan alis kemudian tersenyum. "Rupanya begitu. Sepertinya kau telah dibohongi oleh keluargamu sendiri, nona. Sedihnya jika aku jadi kau."
"Apa maksudmu?!"
Pria itu masih tersenyum dengan licik. "Kalau kau belum tahu, beberapa hari lagi akan diadakan penobatan untuk penguasa baru di Kerajaan McGuaverra. Tapi yang dinobatkan bukan engkau, melainkan kakakmu, Francess. Yah, aku juga baru tahu ternyata keluarga kalian punya pasokan pewaris takhta yang dibesarkan di tempat yang berbeda. Ratu Rosalinda ingin mengenalkanmu pada kakakmu dengan cara yang tidak biasa untuk menghindari adanya penolakan darimu sekaligus membiasakan keberadaan anaknya yang satu lagi di dekatmu" Luke menghela nafas.
"Ia mengatur semua skenario. Mulai dari memecah fokusmu saat memandang wajah kakakmu, berita tentang penculikan, kepergianmu dari istana, sampai kemungkinan dimana kalian akan mendarat setelah dilempar oleh badai. Semua itu hanya untuk mengenalkan dan membiasakan kehadiran kakakmu di sisimu."
"Aku tidak percaya!" Dessy berusaha merangsek maju meski tertahan oleh tangannya yang masih terikat.
"Hei, aku mendapatkan informasi rahasia ini dari sumber yang terpercaya, lho," Luke melemparkan sesuatu ke tanah. Itu adalah kaca pintar milik Oliver yang telah Dessy buang ke sungai. "Saat itu kami melintas di kawasan Sungai Malam. Salah satu anggota kami melihat cahaya berpendar dari dasar sungai. Kami tidak mau mengambil resiko jika mengabaikan hal kecil, jadi benda ini kami ambil. Aku berpikir siapa yang begitu ceroboh meninggalkan benda dengan informasi berharga ini? "
"Setelah itu, ya bisa kau tebak. Kami dengan buru-buru menyiapkan jebakan untuk menangkapmu, tuan putri. Akhirnya sebentar lagi tujuan kami akan tercapai," Luke menyeringai.
"Apa tujuan kalian terhadapku? Bukankah kalian sudah mengetahui bahwa bukan aku yang menjadi pewaris tahkta selanjutnya?!" Dessy berusaha merangsek lagi.
Luke tersenyum meremehkan usaha Dessy. Pria itu menopang dagunya dengan tangan kirinya dan melanjutkan, "kami ingin menggulingkan kekuasaan keluarga McGuaverra dari negara ini. Harusnya kalian sudah usai setelah pendahulu kami membakar istana sialan itu! Tidakkah kau tahu berapa lama keluargamu berkuasa dengan kejam?! Ternyata ada saja yang selamat. Kalau saja Andre McGuaverra tidak di bawa lari oleh ibunya dari kobaran api, kau tidak akan disini!"
Lelaki itu berdiri, "lebih jauh lagi, kalau saja kakekmu, Alfred McGuaverra tidak menjadi raja yang baik, kekuasaan sudah jatuh ke kelompok kami!!!"
Giliran Dessy yang menyeringai, "kau telah membuktikan bahwa kelompokmu memang tidak ada apa-apanya!"
"Diam kau! Gadis kemarin sore sepertimu tahu apa?! Pendahulu kami banyak yang mati ditangan kekuatan Superior yang keluarga kalian miliki! Kau tidak tahu betapa lamanya menyusun taktik kudeta untuk menumpas kalian semua! Tapi rakyat malah berpihak pada Alfred sialan itu! Padahal dia sama saja seperti raja-raja sebelumnya, diam-diam ia melatih kekuatan Superiornya! Simpati rakyat hanyalah omong kosong belaka! Kekuatan Superior telah menyihir mata mereka untuk membuat Alfred terlihat baik!"
"Awalnya kami idealis ingin mengalahkan kalian dengan tangan kosong. Tapi tentu saja itu tidak ada gunanya, jadi kami akan melawan kalian dengan kekuatan kalian sendiri!" Luke mencengkram kerah kaus Dessy. "Kami telah lama mengetahui bahwa leluhurmu mendapatkan kekuatan itu dari sini. Dari gua ini! Dari tambang batu sialan ini!" Luke mengangkat liontin Dessy. "Mungkin kami tidak bisa melakukan yang leluhurmu lakukan, tapi, kami bisa mengambil kekuatan itu darimu!"
"Kenapa kau malah mengambil kekuatan itu dariku?! Kenapa bukan dari kakakku saja?! Bukankah dengan begitu kalian akan lebih mudah melakukan kudeta?!" Dessy berteriak di wajah Luke.
Dengan kesal, Luke membanting gadis itu ke tanah. "Itu karena... ia tidak memiliki kekuatan Superior."
Dessy mengangkat wajahnya, ia menatap Luke dengan tatapan tidak percaya. Pria bermantel itu kembali menyeringai. "Ya... itu benar. Ia tak memiliki kekuatan itu, tapi ibumu memilikinya. Kau mungkin berpikir bahwa ibumu memiliki anak yang bukan darah daging ayahmu. Aku juga berpikir demikian. Mungkin ia telah mengandung anak orang lain dan tidak memberitahu ayahmu sebelum menikahinya..."
"Siapa tahu yang sebenarnya berkhianat adalah ibumu..?" Luke tertawa terbahak-bahak.
Dessy berusaha menahan air matanya. Tapi sia-sia, ia terlanjur menangis. Beberapa saat kemudian ia meraung. Tak tahu siapa lagi yang ia harus percayai. Air mata gadis itu berubah menjadi darah yang mengalir dengan derasnya.
Luke mengisyarakatkan kepada anak buahnya untuk memulai ritual. Orang-orang itu kemudian membentuk suatu formasi dan merapalkan mantra. Batu liontin Dessy mengeluarkan cahaya ungu. Tanah di bawah mereka juga ikut mengeluarkan cahya ungu. Tubuh Dessy yang terkapar terangkat beberapa senti dari tanah. Beberapa saat kemudian, mata gadis itu juga ikut bercahaya. Gadis itu berteriak kesakitan. Ia merasa sesuatu tercabut dari tubuhnya. Sakin sakitnya, hitam rambut gadis itu memudar menjadi putih.
Luke mengacungkan tangannya ke depan. Tangan itu bergetar seakan sedang menerima sesuatu. Tapi tangannya kemudian menjadi kaku. Kelumpuhan mendadak itu rupanya menjalar ke bagian tubuh lain. "Ke..kenapa ini?!!"
"Itu karena tidak ada seorang pun yang pantas mendapatkan kekuatan itu!!!" seru seseorang dari luar gua.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top