CHAPTER TWENTY TWO
“Ziang Wu. Cepatlah.”
Seruan Su Li membuat Ziang Wu tersadar. Pemuda itu kemudian menarik kopernya sambil mengikuti langkah kaki antusias wanita yang sedang mengikuti arahan pelayan di depannya. Semakin mengenal sosok wanita itu, Ziang Wu seperti membuka sebuah kotak pandora. Ia harus selalu menyiapkan diri dengan kejutan-kejutan yang akan ia terima. Karena sikap Su Li sama sekali tidak bisa ditebak. Dalam beberapa waktu ini saja, ia sudah melihat tiga ekspresi yang berbeda dari Istrinya tersebut.
“Kau tahu, Nona Lin yang merekomendasikan restoran ini.”
Ziang Wu yang baru saja menyamankan bokongnya di kursi yang berhadapan dengan Su Li mengangguk. “Sepertinya kau menyukai tempatnya,” ucapnya.
Su Li mengangguk. “Aku tidak tahu ada hidden gem di tengah kota seperti ini.” Wanita itu melihat sekeliling. Ia tidak menyangka bahwa reservasi pada jam makan malam di restoran itu sangatlah banyak. “Aku terpaksa memesan ruangan VIP untuk kita karena kehabisan tempat yang reguler.”
Ziang Wu mengangguk mengerti, baru saja ingin bertanya apakah ada orang lain yang ikut, karena kursi yang melingkari meja itu adalah untuk enam orang.
“Bagaimana pekerjaanmu?” tanya pemuda itu basa-basi sambil memperhatikan buku menu yang berada dalam genggamannya.
“Yah, begitulah. Bagaimana dengan set menu?”
Ziang Wu setuju. Ia sebenarnya jarang pergi ke restoran fine dining, jadi malam ini mengikuti apa yang diinginkan oleh Su Li. Selain itu, ada perasaan lega saat akhirnya mereka bisa bertatap muka setelah sekian lama.
“Baiklah. Set menu 2 dengan tambahan ekstra macaron,” ucap Su Li kepada pelayan yang kemudian berlalu.
“Apakah ada yang tidak beres?”
Satu kebiasaan Su Li sejak dulu, gadis itu akan membutuhkan ekstra gula jika ada sesuatu hal yang mengganggunya.
“Penyelidikan yang aku lakukan tidak berjalan dengan baik. Semakin banyak yang aku kumpulkan, aku semakin merasa tersesat. Aku menemui jalan buntu.” Su Li menjambak rambutnya kemudian meletakkan tangannya di kedua pipi. Menatap Ziang Wu yang juga menatapnya bingung.
“Aku harus bagaimana?” tanyanya kemudian menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Menimbulkan suara duk yang membuat Ziang Wu meringis saat mendengarnya.
“Sejauh ini apa saja yang sudah kau kumpulkan?” Ziang Wu berpindah duduk di sebelah Su Li. Jika dibiarkan wanita itu bisa saja melukai keningnya karena beberapa kali dibenturkan ke atas meja. Su Li berhenti kala merasakan telapak tangan Ziang Wu melindungi keningnya, ia kemudian menghadap Ziang Wu. Manik keduanya saling bertemu. Tidak ada kata yang terucap, keduanya seakan menyelami keindahan dari apa yang ada di hadapan. Tangan kanan Su Li terangkat, menyentuh jembatan hidung Ziang Wu yang tinggi.
Ziang Wu terdiam. Pemuda itu diam-diam meneguk air liur, dapat ia rasa sengatan halus saat telunjuk ramping itu menyusuri batang hidungnya. Agaknya sensasi hangat dari pipi bulat yang menempel sempurna pada telapak tangannya mengalir ke dalam dirinya.
“Ada apa dengan telingamu?” ucap Su Li kala menyadari perubahan warna pada telinga Ziang Wu, ia kemudian menegakkan tubuhnya. Gadis itu terkekeh melihat Ziang Wu yang terlihat salah tingkah.
“Tidak ada. Hanya sedikit merasa panas,” jawabnya kemudian melepaskan mantel panjang yang tadi ia kenakan, menyisakan turtleneck hitam yang membalut tubuh tegap itu. Ziang Wu merasa terselamatkan karena beberapa pelayan terlihat memasuki ruangan mereka. Ada total enam piring yang disajikan, dimulai dari hors d'oeuvres atau hidangan awal berupa potongan kecil roti yang terdapat olesan krim dengan taburan alpukat dan juga sedikit daging cincang.
Hidangan selanjutnya yang disebut dengan amuse-bouche, restoran ini menghidangkan keripik ubi yang diberi tambahan keju. “Ini enak,” ucap Su Li antusias saat mencicipi hidangan tersebut.
“Aku lebih menyukai ini,” tunjuk Ziang Wu ke arah sup labu yang ditaburi dengan basil. Membuat Su Li penasaran dan ikut mencicipi miliknya. Maniknya membulat sempurna karena takjub. Ia menjadi tidak sabar untuk mencicipi appetizer yang juga sudah terhidang di atas meja. Bagaimana renyah dari remahan roti yang berpadu dengan tekstur lembut dari jamur bertemu dengan sempurna membuat sudut bibir Su Li semakin terangkat naik. Makanan enak memang membuat bahagia. Dapat terlihat dari senyum puas yang mereka berikan, keduanya tidak sabar untuk segera menuju ke main course.
“Tapi, Su Li. Apakah kau pernah berbicara dengan ayahmu mengenai masalah ini?”
Su Li yang sibuk dengan mangkuk saladnya menggeleng. “Aku belum bisa mempercayai siapapun saat ini.”
“Lalu, bagaimana denganku?” tanya Ziang Wu sambil menunjuk dirinya sendiri. Wanita itu tersenyum kecil. “Hubungan kita itu sedikit berbeda. Kita terikat dengan kontrak. Selagi kau tidak melanggarnya, aku akan mencoba berusaha untuk mempercayaimu.”
Ziang Wu mengerti dengan baik apa yang Su Li sampaikan. Hanya saja sebagian dari sudut hatinya menolak gagasan itu. Ia sadar bahwa dirinya telah jatuh ke dalam pesona wanita mandiri dan pekerja keras yang bersamanya saat ini. “Kau bisa mempercayaiku. Karena aku sudah berulang kali mengatakannya padamu. Pergunakan aku.”
Ucapan Ziang Wu membuat Su Li terkekeh. Diksi yang dipilih oleh programmer muda itu terkesan sedikit aneh. “Kau manusia, bukan barang. Mengapa kau menyebut dirimu sendiri seakan sebuah alat?”
“Lagipula, aku tidak akan melibatkan siapapun demi kepentinganku. Yah, walau ku akui aku memanfaatkanmu dan menjeratmu dalam pernikahan ini demi sebagai undakan untuk mencapai tujuanku. Jadi, aku tidak bisa memanfaatkanmu lebih jauh,” lanjutnya. Perkataan Su Li berhasil mengubah suasana menjadi sedikit canggung. Ziang Wu terdiam dan fokus pada salmon panggang di depannya.
‘Perjuanganmu tidak mudah, Bung’ batinnya dalam hati. Ziang Wu tidak tahu kapan pastinya kuncup-kuncup itu mulai tumbuh di hatinya. Bagaimana niat awal yang tergerak membantu Su Li yang terlihat begitu ringkih dan rapuh, berkembang menjadi perasaan ingin memiliki dan menjaga di sisinya. Walaupun ternyata, Su Li bukanlah wanita selemah itu.
“Bagaimana jika kau meminta bantuan Tuan Su? Dengan kekuasaannya pastilah tidak susah baginya untuk menguak ini semua.”
“Jika dari awal aku memperhitungkan untuk meminta bantuan ayah, menurutmu mengapa aku harus bersusah payah sampai menyeretmu untuk menikah kontrak denganku?” Su Li menatap Ziang Wu lurus. “Ayah adalah orang pertama yang aku curigai,” lanjutnya.
Pernyataan Su Li membuat Ziang Wu membulatkan matanya terkejut. Ia sangat tahu bagaimana hubungan Ayah mertua dengan Istrinya tersebut tidak baik setelah sang Ayah mertua memutuskan untuk menikahi Wu Xia. Namun, ia sama sekali tidak menyangka jika Su Li sampai mencurigai Tuan Su.
“Jika Ayah memang memiliki kekuasaan yang besar seperti yang tadi kau katakan, mengapa Ayah tidak menyadari jika ada sesuatu yang janggal dari kematian Istrinya?” tatapan Su Li berubah menjadi nanar. Tangannya mengepal kuat garpu dan juga pisau steak yaang berada di genggamannya.
“Bahkan ia tega membawa wanita lain ke dalam kehidupanya. Padahal Ayah pasti tahu, luka yang disebabkan oleh kematian Ibu masih terbuka lebar padaku.” Suara Su Li menjadi bergetar, pandangannya menjadi berkabut. “Jadi, katakan padaku. Apa alasannya aku harus mempercayai Ayahku?”
Ziang Wu kembali lagi-lagi hanya bisa terdiam. Semua yang dikatakan oleh Su Li terasa masuk akal baginya. Ia memang jarang berinteraksi ataupun bertemu dengan Ayah mertuanya tersebut ketika sebelum menikah dengan Su Li. Tetapi dari apa yang bisa ia simpulkan, Tuan Su termasuk ke dalam orang yang tidak akan tinggal diam jika miliknya diganggu.
Su Li tiba-tiba teringat sesuatu. “Ziang Wu, apakah kau masih ingat dengan Paman Liu?”
“Paman Liu supir pribadi Ayahmu?”
Su Li mengangguk, ia kemudian menceritakan apa yang dikatakan oleh Bibi Lim ketika mereka bertemu di Guangzhou tempo hari. Wanita itu juga tidak lupa menceritakan tentang bagaimana keadaan rumah dari mantan sopir Ayahnya tersebut.
“Ayah memang pernah bercerita jika Paman Liu diberhentikan. Tetapi aku tidak tahu jika itu ada kaitannya dengan Ibumu.”
“Ini hanya hipotesisku saja. Ada rahasia di balik kematian Ibuku. Aku sampai tidak sanggup membayangkan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.”
Ziang Wu paham, ketakutan apa yang sekarang sedang Su Li hadapi. Rasa tidak percaya dengan orang lain cukup menjelaskan semuanya, bahwa sebenarnya wanita itu sedang melindungi dirinya sendiri. Ia takut dikecewakan dan dikhianati.
“Semuanya bisa kita pikirkan nanti. Aku tidak sanggup mengabaikan macaron lucu ini.”
Pembicaraan panjang mereka memuat Ziang Wu tidak sadar bahwa kebersamaan itu akan segera berakhir. Tidak seperti macaroon yang menjadi tanda bahwa sesi makan malam itu akan segera berakhir, Ziang Wu memberanikan diri untuk mencari topik lain agar pembicaraan mereka semakin panjang. Ada setitik rasa tidak rela jika ia harus mengakhirinya saat ini.
“Su Li, apakah aku boleh menanyakan sesuatu padamu?”
Su Li mengangguk, manik bulatnya menatap Ziang Wu. Anehnya tatapan polos wanita itu membuat degup jantungnya bertalu menggila. Butuh jeda beberapa menit sampai akhirnya suara itu dapat lolos dari tenggorokannya..
“Bagaimana perasaanmu setelah malam itu?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top