Dua
Karya ini dibuat untuk mengikuti Daily Event @PseuCom yang entah kenapa tidak bisa di-tag dalam work ini. #tikel nangis
Ini bukanlah pertanda yang baik. Kepalanya berdenyut seperti mau pecah. Saat ia membuka mata, sinar lampu kamar terlalu menyakiti indra penglihatannya. Badan semampai—seratus enam puluh tak sampai—nya terasa berat. Kasur busa yang ia gunakan untuk tidur seakan memiliki magnet yang mencegahnya untuk bangun. Perutnya sangat sakit, campuran antara mulas kebelet BAB dan perut yang tegang seperti kram. Ugh, sepertinya tamu bulanannya telah datang.
Dengan susah payah, Linda bangkit dari kasur yang sudah cekung di bagian tengahnya itu. Ia menuju ke meja belajar yang berada di samping tempat tidurnya. Kemudian, dirinya membuka laci nomor dua dari meja yang terbuat dari kayu jati itu. Tangan lentik dengan kuku dipangkas rapi itu mengambil sebuah kotak obat—yang aslinya adalah kaleng bulat bekas biskuit bertuliskan 'kotak obat'. Setelah mencari diantara puluhan berbagai obat, ia menemukan strip obat berwarna pink 'Femanax'. Dirasa tanggal kadaluarsa masih jauh, Linda membuka strip obat tersebut dengan menyobeknya menggunakan gigi taringnya—meski gunting berada tepat di depan mata.
Tidak ada pisang roti pun jadi, pikirnya. Obat anti nyeri haid tersebut ia telan bersama kunyahan roti yang berada di mulutnya. Ia tidak bisa minum obat dengan air, pasti obat akan tersangkut di pangkal lidahnya. Rasa pahit yang tertinggal akan membuatnya muntah. Oleh karena itu, pada usia 5 tahun Ayahnya mengajari cara minum obat dengan menggunakan makanan. Mula-mula makanan dikunyah sampai halus. Saat akan menelan, obat dimasukkan ke dalam mulut di atas makanan yang dikunyah. Kemudian telan makanan dan obatnya.
***
Setelah lelah mengurus sawah bersama buruh tani yang bekerja padanya, Linda mencoba memejamkan mata. Akan tetapi, telinga kanannya yang terus berdengung membuatnya kesulitan untuk memasuki alam mimpi. Inilah yang ia benci dari tamu bulanannya. Selain harus berkutat dengan PMS, dia juga tidak boleh lengah. Serbuan mereka bertambah gencar pada saat dirinya tidak melaksanakan sholat. Oleh karena itu juga, mulutnya tak berhenti merapal doa agar dirinya dilindungi dari gangguan mereka. Sialnya, dia memang sudah diikuti sepulang dari sawah tadi. Sosok wanita berbaju putih itu terus saja menangis di pojokan kamar. Linda merapalkan doa dengan keras saat melihat sosok tadi mulai mendekati tempat tidurnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top