Delapan Belas
Linda tak habis pikir, kenapa juga dirinya mau melakukan hal ini. Dirinya yang tidak suka berinteraksi dengan bangsa mereka, justru mendekati dan mencari para makhluk astral itu. Dirinya mencari nenek penunggu sumur di belakang rumahnya.
"Mbah, saya mau tanya," sapa Linda.
Tidak ada tanggapan dari nenek bongkok yang sering memperhatikannya saat dia mandi atau BAB. Linda berpikir, apakah dirinya harus mandi dulu baru Si Mbah mau menampakkan diri? Saat dirinya ingin menyerah, bau singkong bakar menghampiri hidungnya. Linda bergidik. Ini adalah tanda kemunculan Si Pocing.
Linda melongok pada pohon pisang di depan sumur. Benar saja, Pocing sedang mengeliat-geliat bak cacing kepanasan disiram air garam. Linda tak ingin mendekat. Dirinya masih segan dengan makhluk terikat itu.
"Linda, kau lebih baik dari mereka," ucapnya memberanikan diri.
Linda perlahan mendekat, setiap ada gerakan tiba-tiba si Pocing, dirinya mundur satu langkah. Linda menggelengkan kepala, sebaiknya dia cepat-cepat menanyakan hal itu. Semakin cepat semakin baik, dirinya bisa segera meninggalkan makhluk menyeramkan itu.
"Kamu tau kelemahan Pulung Gantung?" tanya Linda tanpa basa-basi.
Pocing menolehkan wajahnya pada Linda. Mata hitamnya menatap langsung pada Linda. Lalu secara tiba-tiba, sosok itu bergerak. Ia meliukkan tubuhnya ke belakang hingga kepalanya menyentuh tanah. Seperti sedang kayang.
Linda menatap ngeri. Linda mundur teratur. Lalu lari masuk rumah. Ia membaca doa tanpa henti sambil mencoba menenangkan denyut jantungnya.
Setelah merasa tenang, dirinya menyesali keputusannya untuk menemui mereka. Tidak seharusnya dirinya meminta bantuan pada makhluk mengerikan itu. Namun, siapa yang bisa ia mintai pertolongan? Dia tidak mengenal ahli spiritual di sini. Mbah Jono, guru spiritual keluarganya sudah meninggal 5 bulan yang lalu. Mungkin dirinya harus bertanya pada Mbak Katiem.
.
Linda mempersiapkan makanan untuk para buruh tani yang bekerja di sawahnya. Hari ini dia membawa misi khusus. Bertanya mengenai dukun ampuh yang mampu mengusir Pulung Gantung kepada pekerjaannya. Semakin banyak alternatif semakin banyak pilihan.
.
Sesampainya di sawah, Linda kemudian mendekati para buruh wanita. Tanpa basa-basi, Linda bertanya pada Mba Karmi yang memang sering mengunjungi dukun untuk peruntungannya menemukan jodoh.
"Mba, Aku mau cari orang pintar. Setelah Mbah Jono udah ngga ada, banyak 'itu' yang dateng ke rumah."
"Oh. Aku kemarin ke tempatnya Mas Sulis, Mba. Mba kenal ngga? Masih muda kok." Mba Karmi berujar sambil memakan mendoan buatan Linda.
"Ok, Mba. Aku ikut aja. Nanti sore bisa nganter?"
"Siap Mba,"
Linda sudah mendapat satu nama. Semoga ini menjadi yang terakhir.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top