010 ¤ pada sinar mentari
Aku sangat sering mendengarnya, 'kau akan menyukuri semua hal yang kau miliki saat kau tak memilikinya lagi'. Aku tak terkecuali.
Entah hal apa yang mendasari hukuman semacam ini. Aku kecil, memang bernyawa. Aku putih, namun menyandang perangkat pendosa. Aku lemah, dan mempertahankan kewarasan dalam asa.
Si Topi Bundar menghadiahkanku pada Mairail, seorang penjahit sayap para penangkap mimpi. Dialah yang dulu menjahitkan sayapku di punggungku. Dialah yang dulu menyelamatiku dengan lagu-lagu dan alunan suara seruling. Membuai, kala itu. Menusuk, kala ini. Mairail tersenyum, namun kutahu hatinya terluka. Dalam dekapan telapak tangannya yang hangat aku menangis.
Wahai, Ergo. Tidak akan selamanya begini.
Bisikan Mairail menyapu seluruh tubuh mungilku. Pada siapa semestinya aku meminta pengampunan. Karena malam kini telah usai. Pagi datang dengan keangkuhan tak terkira. Hari baru telah tiba. Tak mungkin aku berdiam diri saja. Bukan begitu mental seorang penangkap mimpi. Sayangnya aku bukan salah satu dari mereka lagi.
Mairail melepaskanku ke langit biru.
Carilah kebenaranmu, Ergo.
Kau tidak tercipta untuk menjadi kecil dan tak berdaya.
Dalam balutan lurik sinar mentari aku mengepakkan sayap. Semilir angin mengiringiku dalam ketukan penuh nada. Mataku terpaku pada batas terjauh horizon. Terbang, lepas, dan berjuang. Aku tidak akan menyerah pada kepingan keruntuhan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top