Kebahagiaan itu tidak nyata. Apa yang sebenarnya bisa ditelusuri dari secercah perasaan yang menggemuruh kemudian menjalar ke setiap ujung saraf kita? Bagaimana sesuatu dikatakan 'membahagiakan' padahal bagi orang lain justru mampu mengiring pada perasaan terkelamnya dan membuatnya 'merana'. Ini hanyalah ilusi. Sebuah kotak raga yang menghambakan diri pada persepsi semua orang.

Aku mengharapkan anak ini 'bahagia'. Jadi tanpa ragu aku menyelam ke alam mimpinya yang pekat. Astaga, air mata anak ini bahkan mengering di sebuah mimpi berkepanjangannya. Kuulurkan tanganku, dia menyambutnya dengan lega. Kutarik dia keluar dari kungkungan mimpi yang mengikatnya begitu erat. Segalanya berlangsung begitu cepat. Mimpinya melemah. Terhenti di gerigi terakhirnya.

Dan si anak pun tertidur tanpa mimpi, tanpa nafas. Selamanya.

Aku membalikkan badan. Seluruh Penangkap Mimpi di kota ini telah berdiri di belakangku. Wajah-wajah tersenyum mereka kini menjelma menjadi deretan topeng kaku.

Ini dosaku. Aku membantu seseorang menuju kematian. Dan hukuman yang menantiku akan teramat berat.