Hanya kesedihan yang dimiliki anak ini. Padahal dia begitu kecil. Lemah dan memerlukan perlindungan.

Namun dia bisa apa? Seluruh keluarganya tewas dalam kebakaran mengerikan yang terus menghantuinya. Sedangkan dia, selamat. Terbaring koma di rumah sakit. Berada dalam perbatasan hidup dan mati.

Dia menangis. Berkali-kali. Dalam tidurnya yang penuh buaian ilusi. Dalam keheningan raga yang hanya dia sendiri bisa jelaskan.

Mimpinya menakutkan. Peristiwa kebakaran itu seolah tidak cukup puas hanya merenggut semua orang terkasihnya. Kini juga memasang untaian potongan-potongan kejadian tersebut. Menjejalkannya dengan paksa ke mimpi si anak.

Dia tersiksa. Aku tersiksa. Sungguh dia sudah tersakiti begitu dalam. Dan di sinilah dimulai dosa terbesarku sebagai seorang Penangkap Mimpi. Aku... menolongnya.